Minggu, 07 Juli 2013

AKHIR DARI SEBUAH MENUNGGU (Short Story By Fithriyyah)


Olive masih duduk menunggu & termenung memeluk sebuah lukisan di depan sebuah danau dimana ia bertemu dengan pujaan hatinya, Reza. Pada waktu itu Olive sedang melukisa pemandangan danau yang indah itu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang pria.
 
“Wah, lukisannya bagus ya” ujar pria itu

“Makasih. Ngomong-ngomong kamu siapa ya?”

“Kenalkan nama aku Reza, aku seorang fotografer. Kebetulan aku ingin memotret pemandangan disekitar danau ini. Kalau kamu pasti seorang pelukis ya?”

“Oh, fotografer. Hm, nama aku Olive aku bukan pelukis kok. Melukis Cuma hobi aku”

“Ohh, gitu ya. Tapi lukisan kamu bagus kok, bener deh. Ga kalah sama pelukis profesional”

Dari perbincangan itu Olive & Reza pun semakin dekat, tepat bulan ke 5 setelah mereka bertemu, Reza menembak Olive didanau mereka bertemu dulu.”

“Sejak awal kita bertemu sampai saat ini, aku ngerasa nyaman sama kamu, aku ngerasa kamu orang yang tepat untuk aku cintai terakhir kalinya. Will you be my girlfriend?” ucap Reza

“Sama, Za. Aku ngerasa sama kayak kamu, aku mau kok jadi pacar kamu.” jawab Olive
Sejak saat itu mereka resmi berpacaran, Reza berjanji akan segera mengajak Olive menikah apabila ia telah mengumpulkan cukup uang untuk pesta pernikahannya, suatu hari nanti.

***
Pada suatu hari, Reza diminta untuk menjadi fotografer di sebuah acara pameran bergengsi diluar negeri, sudah pasti gaji yang akan diberikan cukup besar daripada acara didalam negeri.

“Sayang, aku akan pergi ke Jerman selama 2 minggu. Aku janji setelah aku pulang nanti, aku akan langsung melamarmu & kita akan menikah.” ujar Reza

“Tapi sayang, apa ga kejauhan ke Jerman? Aku takut kamu kenapa-kenapa” jawab Olive sedih

“Aku tahu sayang ini mungkin sulit, tapi ini demi masa depan kita.”

Olive hanya bisa terdiam, kata-kata Reza benar. Reza melakukan hal ini untuk masa depan mereka.

Hari itupun tiba, Olive mengantar Reza ke bandara.

“Aku pergi dulu ya, sayang. Kita akan bertemu di danau itu lagi ya, Dah” kata Reza
Olive pun melepas kepergian Reza, dalam hatinya ia selalu berdoa agar semuanya akan baik-baik saja.

***

2 minggu sudah Reza pergi, seharusnya hari ini ia sudah pulang. Mungkin Reza mengalami suatu kendala sehingga ia tidak bisa pulang.

 ***

Sebulan sudah Reza tidak pulang, Olive masih menanti kedatangan Reza didanau tersebut.Wajahnya pucat, badannya agak kurus, pandangannya menerawang kosong. Ia pun jatuh pingsan, tak lama nafasnya pun perlahan-lahan hilang, detak jatungnya sudah tak terdengar, burung-burung sudah tidak berkicau lagi, hanya senja yang menyelimuti badannya yang dingin. Sebuah Koran tergeletak disampingnya, terdapat sebuah berita yang berbunyi:
PESAWAT PENERBANGAN JERMAN-JAKARTA JATUH TERGELINCIR & MENEWASKAN 10 ORANG PENUMPANG.
Jakarta, (04/02) Pesawat penerbangan Jerman-Jakarta jatuh tergelincir & membuat 10 orang penumpang tewas akibat terbakar, 40 penumpang lainnya berhasil selamat karena cepat menyelamatkan diri 10 menit sebelum terjadinya kebakaran didalam pesawat & penumpang yang tewas diperkirakan terjebak & pingsan tertimpa barang bawaan sehingga tidak dapat mengevakuasi diri. Penumpang yang tewas antara lain : Bcsing Thom (38), Anne Hchitz (50), Reza Putrawarsa (22),………

Sabtu, 22 Juni 2013

CINTA ADA KARENA LUKA (Special Short True Story About Broken Heart)


Senja itu langit perlahan berubah warna menjadi gelap, ya, mendung. Hiruk pikuk orang-orang di sebuah taman yang sedang berjalan ke satu tujuan dimana untuk menghindari hujan yang akan datang, atau bisa dikatakan mereka pulang kerumah. Namun, Evlin masih saja tetap bertahan dibangku itu, letaknya ditengah taman didekat danau, disampingnya terdapat sebuah pohon akasia yang daunnya mulai berguguran satu persatu diterpa angin.

“Huhhh…” rintih Evlin pelan

Kenangan itu kembali melesat dalam pikirannya, bayangan itu, seakan nyata didepan matanya. Ia masih bisa mengingat betapa basah pipinya karena air mata yang mengalir, ia juga masih bisa mengingat kejadian itu, yang rasanya baru saja terjadi, padahal itu telah terjadi berminggu-minggu yang lalu, serta ia bahkan masih bisa merasakan luka yang baru tergores saat itu, yang masih basah, tersayat dalam, & takkan terlupakan.

“Aku tahu, aku yang mengakhiri semua ini. Itu semua karena aku ga sanggup kamu buat seperti ini, aku sakit. Namun disisi lain, aku benar-benar tulus mencintaimu, tapi kenapa kamu ga pernah menghargai perasaan aku?”

“Maafkan aku, Evlin. Kita udah ga bisa bersama lagi, aku udah terima keputusanmu itu. Dan aku rasa lebih baik kita berteman saja…”

“Tapi Ben…”

Cinta memang menyakitkan untuk Evlin, ia yang selama setahun terus tersakiti oleh Ben, terpaksa mengakhiri hubungannya sendiri. Dan dari situlah, Evlin tahu. Bahwa Ben selama ini tidak pernah tulus mencintainya, tidak pernah ingin memperjuangkan hubungan mereka, dan ketika terbebas dari Evlin, Ben seperti burung yang lepas dari sangkar, Evlin sudah lelah berjuang sendirian untuk mempertahankan hubungannya itu. Walaupun sebenarnya berat, cinta itu sudah seperti akar pohon akasia yang hidup berpuluh-puluh tahun ditaman itu, kuat & dalam menembus tanah, banyak menyimpan kenangan, serta sukar untuk dihancurkan.
Tak terasa, air mata pun jatuh membasahi pipi Evlin, seiring dengan turunnya rintik-rintik hujan yang jatuh membasahi bumi.
***
“Ev, jalan yuk?” ujar Bella
“Kemana?” jawab Evlin
“Nonton bioskop, aku udah lama nih ga nonton film. Temenin yuk? Sekalian aku mau kenalin kamu teman-teman kuliah aku. Ya sebagai murid universitas yang baru & baik, harus punya banyak teman dong?”
“Hm, iya deh iya. Aku juga lagi bosen nih.”
“Oke sip, siap-siap gih sana!”
“Iya iya, bawel.”

Bella, merupakan sahabat Evlin. Mereka berteman sejak SMA, meskipun sekarang mereka berbeda universitas. Bella sangat mengetahui semua kisah yang dialami sahabatnya Evlin, seperti yang ia tahu sekarang bahwa Evlin trauma dengan suatu hal yang namanya CINTA. Semenjak putus dengan Ben, hidup Evlin kini tak jauh dengan air mata, oleh karena itu sebagai sahabat yang baik, Bella selalu ada disamping Evlin untuk menghibur.

“Ev, nih kenalin teman aku namanya Jill, Lily, & cowok yang satu ini namanya Kevin.” ujar Bella seraya menunjuk orang-orang yang dibilang temannya itu.
“Hai. Evlin…” ucapku dengan melemparkan sebuah senyuman ke mereka bertiga & berjabat tangan satu per satu.
Tiba-tiba saat bersalaman dengan Kevin…
“Hai, Ev. Aku Kevin…”
“Hei? Kok melamun? Ada yang salah dengan aku?”
“Oh, ngga ngga kok.”

Evlin melamun, terasa seperti Kevin memancarkan aura tersendiri saat didekat Evlin, rasanya Evlin pernah bertemu dengan Kevin. Namun, momen itu juga mengingatkan Evlin pada saat pertama kali berkenalan dengan Ben. Sesak & bingung, itulah yang ada dibenak Evlin sekarang. Ia tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Ternyata kegelisahan Evlin terbaca oleh Bella.

“Ev, kenapa?” tanya Bella
“Ngga kok, Bel. Oh iya aku tiba-tiba ga enak badan nih, aku pulang duluan yah?”
“Jangan bohong deh, Ev. Aku tahu, pasti sekarang kamu keingat sama Ben, kan? “
“Hm… Iya, Bel. Ntah kenapa perkenalan aku sama Kevin mengingatkan aku dengan Ben…”
“Ev, aku tahu kamu tulus mencintai Ben, karena dia juga cinta pertama kamu kan? Tapi Ev, sampai kapan kamu begini terus? Apakah Ben juga ngerasain apa yang kamu rasain sekarang? Ngga kan? Bahkan dia ga mungkin sering keingat dengan kamu, lihat aja kemarin dia ga ada usaha buat jelasin semuanya pas kamu bilang putus kan? Untuk apa mikirin orang yang ga pernah mikirin kamu? Untuk apa nangisin orang yang ga pernah nangisin kamu? Open your eyes, Ev!”

Evlin cuma diam, didalam hatinya ia membetulkan kata-kata Evlin. Namun semua itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Luka itu butuh waktu untuk sembuh, dan ketika sembuh juga pasti akan meninggalkan bekas, bekas yang akan dibawa seumur hidup. Cinta yang membuat semua ini, hanya cinta yang dapat membuat sebuah taman berbunga menjadi gurun pasir yang gersang.
***
Handphone Evlin berbunyi, ternyata ada seseorang yang menelpon. Namun, nomor tersebut tidak terdaftar dikontak handphone Evlin.

“Halo. Ini siapa ya?”
“Halo, ini Evlin kan? Aku Kevin…”

Evlin terkejut mendengar hal itu, siapa yang telah berani memberikan nomor handphonenya ke orang lain? Jawabannya pasti, Bella!

“Oh, iya ada apa ya?”
“Ngga, oh iya tadi Bella pesan sama aku, katanya nyuruh kamu untuk pergi ke taman ntar sore.”
“Hah? Ngapain? Kok dia ga telpon atau sms aku yah?”
“Ga tau juga sih, tapi tadi dia sibuk banget soalnya.”
“Oh iya deh, thanks ya, Kev.”
“Sama-sama.”

Suasana taman itu tidak terlalu ramai sore ini, mungkin karena hari ini bukan hari Minggu atau Sabtu, melainkan hari Senin. Dimana mungkin sebagian orang lelah akibat sibuk bekerja dan memilih pulang kerumah daripada menikmati keindahan taman ini.

“Mana sih Bella? Udah sejam nunggu, eh ga muncul-muncul.” gumam Evlin sambil memindahkan posisi duduknya.
“Hai, Ev!” panggil suara yang tidak asing ditelinga Evlin
“Kevin? Kok kamu disini?”
“Aku disini buat ketemu sama kamu.”
“Ketemu aku? Untuk apa?”
‘“Ga kenapa-kenapa. Oh iya kenapa kemarin kamu kelihatan murung?”
“Kapan?”
“Pas kita pertama ketemuan, kamu ada masalah?”
“Hm, ngga kok. Kamu jangan asal tebak deh.”
“Terkadang kita harus dipertemukan dengan seseorang yang salah, sebelum akhirnya dipertemukan dengan seseorang yang benar. Masa lalu bukanlah sebuah kejadian yang perlu disesali akan kehadirannya dalam hidup, namun masa lalu harus dijadikan sebuah pelajaran agar kesalahan itu tidak terulang untuk kedua kalinya. Mungkin Tuhan memisahkan kamu dengan orang yang kamu cinta, karena dia bukan yang terbaik untukmu, dia tidak tulus mencintaimu, dia tidak pernah berjuang untuk hubungan kalian, & dia dengan mudahnya membiarkan orang yang mencintainya pergi dari hidupnya. Percayalah, Tuhan akan menggantinya dengan seseorang yang cintanya lebih besar dari cintamu, yang akan berjuang dalam hubunganmu, & yang akan terus menggenggammu agar kamu tidak pergi dari hidupnya.”

Evlin terkejut mendengar semua perkataan Kevin barusan. Kenapa dia bisa tahu? Apa Bella sudah membocorkan rahasia hidupnya dengan orang lain? Evlin ingin marah, namun ia kembali teringat dengan Ben. Apa yang diucapkan Kevin memang betul apa adanya, namun sekali lagi, cinta yang dapat membuat seseorang bertahan sendirian dalam luka.

“Ayolah, Ev! Move on! Masih ada orang yang mencintaimu didunia ini, termasuk AKU!”
Bagai tersambar petir disiang hari, hal gila apa lagi ini? Seorang cowok yang baru sekali ia temui menyatakan cinta?
“Hah? Apa kamu gila? Kamu boleh menasehatiku dengan kata-kata puitis itu! Tapi ingat, kita baru sekali ketemu, dan dengan semudah itu kamu menyatakan cinta? Sepertinya kamu belum tahu makna cinta yang sesungguhnya…”
“Aku sudah tahu, bahkan sejak 4 tahun yang lalu! Sejak kita masih duduk di bangku SMA, ingat?”
Apa? SMA? Rasanya Evlin tidak pernah mempunyai teman SMA bernama Kevin, apa-apaan semua ini? Apa Evlin pernah amnesia sehingga tidak bisa mengingat dengan baik teman-temannya?
“SMA? Siapa kamu? Aku rasanya tidak mengenalmu sebelumnya!”
“Aku, Hobert Kevianus Eldern. Aku adalah cowok yang pernah menyukaimu, penampilanku memang culun dulu, dan aku biasa dipanggil Hobert. Ingat? Dan ketika aku masuk universitas, aku mengubah penampilan dan nama panggilanku. Dan sampai sekarang rasa suka itu berubah menjadi cinta, Ev. Oleh karena itu aku masih mencari tahu tentang informasi kamu, dan untungnya ada Bella.”
“Astaga? Jadi kamu Hobert? A-apa? Kamu ga bercanda kan?”

Hobert, ya, nama cowok itu tidak asing ditelinga Evlin. Dulu sewaktu diacara perpisahan Hobert pernah menembaknya sekali, namun ditolak Evlin. Evlin tidak menyangka Hobert itu adalah Kevin yang sangat jauh berbeda sekarang, tidak dapat dipungkiri, Hobert atau Kevin yang sekarang memang lebih tampan & berwibawa.

“Sekarang kamu sudah tahu kan? Ev, aku masih menunggu untuk cintaku diterima olehmu. Jadi, maukah kamu menjadi pacarku?” ujar Kevin sambil menyodorkan sebuah mawar merah yang telah layu.
“Mawar itu? Mawar itu yang dulu kamu sempat ingin berikan ke aku kan? Tetapi aku buang. Maaf, Kevin. Aku ngga bisa terima kamu…”
“Kenapa? Masih tentang Ben? Ev, life must go on, jangan gara-gara hal ini kamu menutup pintu hatimu. Jika Ben benar-benar tulus dan cinta sama kamu, mungkin pada saat kamu bilang putus dia tidak membiarkan mu pergi begitu saja. Apakah dia masih pantas diperjuangkan jika ia saja tidak mempedulikanmu?”

Evlin hanya diam, ia bingung, disisi lain ada hati yang terluka & cinta yang mulai tumbuh.

“Baiklah, Ev. Aku akan masih menunggu cintaku diterima olehmu. Tapi ingat Ev, Ben saja dengan mudahnya melupakanmu, tetapi kenapa kamu tidak dengan mudahnya juga melupakannya? Aku tahu cinta pertama memang sangat berbekas, tapi tak ada untungnya jika kita terus hidup dimasa lalu. Kamu masih punya kehidupan, Ev. Masih banyak yang harus kamu lakukan tanpa Ben, masih ada bintang yang menemani bulan, masih ada Tuhan yang menemanimu, Ev. Dia tahu yang terbaik untukmu, dan setiap kejadian yang terjadi adalah atas dasar kehendakNya, atas dasar rencanaNya yang suatu hari akan indah pada waktunya…”

Kevin pun pergi meninggalkan Evlin. Evlin hanya terdiam dan memandang kosong kejauhan. Ntah apa yang bergejolak dalam hati dan pikirannya, yang jelas semua itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Air mata pun mulai perlahan-lahan jatuh dari matanya.
***
Para pelayatpun satu per satu pulang meninggalkan makam tersebut. Namun ketika semua pelayat pergi, masih ada satu yang tertinggal, yaitu Evlin yang masih duduk disamping makam yang penuh dengan bunga tersebut. Evlin terisak, tidak menyangka bahwa semua akan berjalan secepat ini. Air matanya jatuh saat membaca sepucuk surat yang berikatan dengan setangkai mawar layu.

Dear Evlin,
Ev, mungkin ketika kamu baca surat ini, aku sudah tidak berada disampingmu lagi, mungkin aku telah pergi kesisi-Nya. Penyakit leukemia ku semakin parah, dan aku takut pada saat detik-detik terakhir hidupku, aku tidak bisa melihatmu dan menyatakan cintaku padamu untuk yang kesekian kalinya. Maka dari itu, aku meminta Bella untuk mempertemukan kita di bioskop kemarin, dan akhirnya pada pertemuan kedua, aku bisa menyatakan cintaku dan melihat wajahmu dari dekat lagi. Namun, aku berharap bahwa di detik-detik terakhir hidupku, aku dapat merasakan cinta dari mu, Ev. Tapi ternyata tidak, ternyata kamu masih belum bisa menerima cintaku. Tetapi itu tidak masalah bagiku, Ev, mendengar suara mu saja sudah bisa menghapus rinduku yang telah kusimpan selama setahun lamanya setelah kita lulus. Terima kasih Evlin, sudah menjadi orang terakhir yang aku cintai. Semoga kamu bisa menemukan cinta lain yang bisa membuatmu bahagia, ya. Berhenti tangisi masa lalu, karena tangisan itu akan berubah menjadi senyuman bahagia disuatu hari nanti.

Salam hangat,
Hobert Kevianus Eldern

“Kevin, maafkan aku, sampai diakhir hayatmu, aku belum bisa menerima cintamu… Jika aku tahu kalau usiamu tinggal 3 hari akibat leukemia itu, pasti aku akan menerima cintamu hari itu, disaat kita bertemu ditaman. Dan aku menyadari, bahwa kata-katamu benar, terima kasih telah menyadarkanku. Aku mencintaimu juga, Kevin…”

Kamis, 20 Juni 2013

Silhouette, A Litlle Story

Let the sun running to hide in the west, i still standing here. Alone in the decreasing light, with the most hurt pain here...
I see you in my silence, and trying to say something that you never know. We used to walk together, we used to laughing together, and we used to loved each other.
I try to carve a rainbow up on my day, in order it can make me smile, but it's useless...
And now is night, may stars and moon shining in the dark sky, brighting the life.
Because...

I'm tired of waking up in tears
'Cause I can't put to bed these phobias and fears
I'm new to this grief I can't explain
But I'm no stranger to the heartache and the pain

The fire I began is burning me alive
But I know better than to leave and let it die

I'm a silhouette asking every now and then
"Is it over yet? Will I ever feel again?"
I'm a silhouette chasing rainbows on my own
But the more I try to move on, the more I feel alone
So I watch the summer stars to lead me home

I'm sick of the past I can't erase
A jumble of footprints and hasty steps I can't retrace
The mountain of things I still regret
Is a vile reminder that I would rather just forget (no matter where I go)

The fire I began is burning me alive
But I know better than to leave and let it die

I'm a silhouette asking every now and then (now and then)
"Is it over yet? Will I ever smile again?"
I'm a silhouette chasing rainbows on my own
But the more I try to move on, the more I feel alone
So I watch the summer stars to lead me home

'Cause I walk alone
No matter where I go
'Cause I walk alone
No matter where I go
'Cause I walk alone
No matter where I go

I'm a silhouette asking every now and then (now and then)
"Is it over yet? Will I ever love again?"
I'm a silhouette chasing rainbows on my own
But the more I try to move on, the more I feel alone
So I watch the summer stars to lead me home

I watch the summer stars to lead me home.

I don't even want to see the past, whereas now i've most hurting by time who keep healing this deep pain. Yes you know, that i can't easily to forget you. As like as the moon and stars, who never with together, but it's still near to each other. Do the same thing together, but never be united...

Minggu, 20 Januari 2013

Berpetualang Di Dunia Misteri



Berpetualang, yap! Itulah yang paling disukai oleh Reza, siswa SMP kelas 9 itu. Ia paling senang jika diajak jalan-jalan ke hutan maupun pantai. Reza memang bukan murid pintar dikelasnya. Ia terkenal akan kenakalan & kejahilannya, akan tetapi kalau sudah berurusan dengan pelajaran, ia berubah menjadi sosok yang serius & antusias, ia juga tidak pernah menyontek jika ada ulangan maupun tes. Tidak mengherankan kalau ia terlihat cuek jika diajak bercanda maupun menjahili temannya ketika belajar. Sahabat karibnya, Firman juga sehobi dengan Reza, yaitu berpetualang. Reza & Firman sudah bersahabat selama 2 tahun. Karena hobi mereka sama, tidak jarang Reza & Firman pergi berpetualang bersama-sama. Persahabatan mereka sudah sangat erat.
Pada sore hari, seperti biasanya, Reza pergi ke rumah Firman untuk bermain-main, tiba-tiba Firman mengajak Reza untuk pergi berpetualang di suatu tempat.
”Eh, Za! Besok kita pergi berpetualang lagi yuk? Kan besok hari Minggu & hari Seninnya kita libur!” ajak Firman.
”Boleh, mau kemana kita?” jawab Reza.
”Aaaah, ada deh. Ikut aja besok! Aku yakin pasti seru! Soalnya Ilham juga mau ikut, jadi ramai deh.” jawab Firman.
”Duuuh, kemana sih? Baguslah kalau Ilham mau ikut, kan jadi ramai juga...”
”Ya udah, besok kamu harus siap-siap pukul 7. Kita ngumpul disini, ok?”
”Oke deh..”
Pagi pun datang, bunyi kokok ayam pun  telah terdengar. Jam masih menunjukkan pukul 06.30, Reza telah bersiap-siap untuk makan. Ibu Reza tidak pernah khawatir akan anaknya yang mempunyai hobi berpetualang tersebut, karena itu sudah menjadi keturunan dari ayahnya yang juga suka berpetualang.
”Bu, Reza pergi dulu ya...” pamit Reza.
”Iya, hati-hati ya nak! Oh iya, kamu mau pergi berpetualang kemana lagi?” tanya Ibu.
”Tidak tahu, Bu. Firman yang mengajak Reza. Tapi ibu tenang ya, Ilham juga ikut.” jawab Reza.
”Kok tidak tahu sih? Ya sudah, hati-hati ya dijalan, ini ibu buatkan nasi goreng untuk kamu & ini juga ada cemilan buat kamu, Firman, & Ilham.” ujar Ibu.
”Terima kasih ya, Bu. Reza pergi dulu, Assalammualaikum.” pamit Reza.
Reza pun pergi menuju rumah Firman, & ternyata disana sudah ada Ilham yang menunggu.
            ”Yuk, kita pergi sekarang?” ajak Firman.
            ”Ayo!” jawab Reza & Ilham.
Reza & Ilham tidak mengetahui kemana mereka akan pergi, yang tahu hanyalah Firman seorang. Akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan, setelah melalui perjalanan menggunakan sepeda 2 jam.
            ”Tempat apa ini?” tanya Reza.
            ”Iya, tempat apa ini?” Ilham pun ikut bertanya.
            ”Ini dia! Hutan Karikatus! Kita kan belum pernah ke sini, katanya disini banyak binatang & tumbuhan langka, tapi jarang ada orang yang datang ke hutan ini, entah kenapa.” jawab Reza.
            ”Ih, kayaknya serem deh. Tapi kayaknya juga seru.” ujar Ilham.
            ”Yah, Ilham. Makanya sering-sering ikut kita, jadi nggak penakut! Ayo kita berpetualang sekarang!” ajak Reza.
Mereka pun masuk ke Hutan Karikatus itu, & ternyata hutan tersebut adalah hutan misterius yang di dalamnya terdapat gua-gua & lubang-lubang menjebak yang apabila kita masuk atau jatuh kedalam gua atau lubang tersebut, kita akan langsung masuk ke dunia misteri, dimana belum ada orang yang selamat atau bisa keluar dari dunia tersebut.
            Mereka akhirnya berjalan semakin dalam ke hutan tersebut, & tiba-tiba langit berubah jadi mendung & hujan pun turun. Mereka segera mencari tempat untuk berteduh. Akhirnya mereka menemukan sebuah gua, didalam sana mereka berteduh.
            ”Huuhh, kenapa sih harus hujan?” keluh Firman.
            ”Iya nih, nggak seru jadinya...”sambung Reza.
            ”Perasaan aku nggak enak nih....” ujar Ilham.
            ”Husss, kamu ini! Jangan ngomong yang nggak-nggak” larang Firman.
            ”Iya, maaf, maaf...” kata Ilham.
Didalam gua itu, Reza, Ilham, & Firman meilhat beberapa ekor kucing, spontan Reza mengejar kucing-kucing tersebut & diikuti oleh Firman & Ilham.
            ”Eh, ada kucing tuh! Kok banyak ya? Kita ikutin yuk?” ajak Reza.
            ”Yuk!” sahut Firman & Ilham.
Mereka tidak menyadari bahwa kucing-kucing tersebut telah membawa mereka masuk kedalam gua. Tiba-tiba. . . . . .
”Aaaaaaaaa . . . . Reza! Ilham! Tolong!” teriak Firman.
Ternyata Firman jatuh ke sebuah lubang, untung saja ia berpegangan pada sebuah akar. Reza & Ilham pun membantu Firman. Tapi, tiba-tiba tanah yang Ilham & Reza injak terbelah menjadi 2 bagian. Reza, Ilham, serta Firman jatuh kedalam lubang tersebut, mereka telah memasuki dunia misteri & mereka akan berpetualang disana.
            Reza, Ilham, & Firman pun pingsan untuk beberapa saat. Ketika Reza membuka matanya setelah pingsan tadi, ia terkejut melihat lingkungan di sekitarnya, langit-langit berwarna hijau, berkabut dengan warna biru, serta suara-suara yang menyeramkan. Reza melihat Ilham & Firman yang belum sadarkan diri, segera membangunkan mereka.
”Ilham! Firman! Bangun!” ujar Reza.
            Setelah berkali-kali mencoba menyadarkan Ilham & Firman, akhirnya mereka pun sadar.
            ”Ada apa ini? Dimana kita?” tanya Ilham takut.
            ”Aku nggak tau! Aku nggak tau!” jawab Reza.
            ”Ini adalah dunia misteri, Hutan Karikatus!” cetus Firman.
            ”Apa? Apa maksudmu, Man? Dunia misteri apa?” tanya Reza.
            ”Maaf ya, teman-teman. Aku tidak jujursama kalian. Sebenarnya Hutan Karikatus itu angker, setiap orang yang masuk kesana tidak akan kembali karena masuk ke dunia misteri ini.” jelas Firman.
            ”Apa? Ya ampun Firman, kenapa kamu tidak bilang ke kita kalau kita sebenarnya sedang menantang maut!” ungkap Ilham.
            ”Iya, Man. Kenapa kamu tidak bilang ke aku? Kamu tahu nggak, disini kita nggak bisa apa-apa” jelas Reza.
            ”Maafkan aku, teman-teman. Aku nggak bilang karena kita ini adalah anak-anak petualang, & aku yakin kita bisa keluar dari sini!” jawab Firman.
            ”Benar juga katamu, ya sudah, kita harus bekerja sama untuk keluar dari sini!” ungkap Reza.
            ”Baiklah, kamu nggak marah kan, Ham?” tanya Firman.
            ”Sedikit, tapi sekarang gimana caranya kita keluar dari sini?” tanya Ilham.
            ”Tenang aja, aku pernah dengar dari orang-orang, kalau mau keluar dari sini kita harus menemukan Pintu Gerbang Karikatus.” jelas Firman.
            ”Dimana itu?” tanya Reza.
            ”Aku juga tidak tahu pastinya dimana, lebih baik sekarang kita mulai saja petualangannya!” ajak Firman.
            ”Ayo!” jawab Ilham & Reza.
            Mereka akhirnya melakukan petualangan di dunia misteri, di sana mereka melihat hal-hal yang aneh. Seperti ada sebuah perkampungan tetapi tidak ada penduduknya, adanya ular yang berwajah singa, burung yang bisa berenang, kadal-kadal yang terbang, kucing raksasa, pegasus/kuda bertanduk, jenis-jenis spesies dinosaurus, dan banyak lagi. Tiba-tiba Reza, Firman, & Ilham dihadang oleh sesosok makhluk.
            ”Siapa kamu?” tanya Reza takut.
            ”Iya, siapa kamu? Mau apa disini?” tanya Firman.
Sementara Ilham ketakutan. Makhluk itu seperti manusia, tetapi berwajah macan & berbadan kadal.
”Saya adalah penguasa di daerah ini, nama saya Demala. Siapa kalian?” tanya makhluk itu.
”Kami berasal dari dunia manusia & sekarang kami tersesat di tempat ini.” jelas Reza.
”Oh, jadi begitu. Kalian tidak perlu takut kepada saya, saya sudah biasa menolong manusia-manusia yang terjebak di sini, tetapi para manusia-manusia tersebut lari karena takut kepada saya, sehingga akhirnya mereka keluar dari daerah saya & tidak kembali ke dunia mereka. Siapa nama kalian? Baru kali ini saya menjumpai manusia-manusia seberani kalian.” ungkap Demala.
”Nama saya Reza, ini teman saya, Ilham & Firman.” jawab Reza.
”Ya sudah, sekarang kalian ikut saja dengan saya, tidak perlu takut, saya janji tidak akan berbuat macam-macam pada kalian.” ajak Demala.
Ternyata makhluk itu adalah penguasa di tempat Reza, Ilham, & Firman tersesat. Demala ternyata sifatnya tidak seperti tampilannya yang menyeramkan, ia baik hati & suka menolong. Di perjalanan menuju rumah Demala, Demala menceritakan bahwa dunia misteri ini adalah dunia dimana semua misteri-misteri di dunia manusia terdapat disini, dari tentang misteri segitiga bermuda, pulau Atlantis, bahkan bangkai pesawat Adam Air yang jatuh beberapa tahun lalu ada disini. Semuanya membuat Reza, Firman, & Ilham takjub akan misteri-misteri yang tidak diketahui oleh manusia. Akhirnya mereka pun sampai di rumah Demala. Rumah Demala berbentuk oval dengan warna hijau. Anehnya, rumah tersebut melayang, tidak menyentuh tanah. Reza, Firman, & Ilham semakin tercengang dibuatnya.
            ”Kalian mau makan apa?” tanya Demala.
            ”Tidak usah, terima kasih. Kami sudah membawa makanan sendiri.” jawab Firman.
            ”Ya sudah, terus sekarang kalian mau berbuat apa di sini?” tanya Demala.
            ”Kami hanya ingin menemukan Pintu Gerbang Karikatus, supaya kami bisa keluar dari sini.” jelas Firman.
            ”Ooh, begitu. Saya tahu dimana pintu gerbang tersebut berada.” ujar Demala.
            ”Kamu tahu dimana pintu gerbang tersebut? Tolong beri tahu kami dimana pintu itu! Tolong!” pinta Reza.
            ”Saya akan mengantarkan kalian ke sana, tapi jika kalian ingin pergi ke sana, kita harus melewati Hutan Raksasa & Jalur Atlantis.” jelas Demala.
            ”Hutan Raksasa? Jalur Atlantis? Apa itu?” tanya Reza.
            ”Di Hutan Raksasa, kita harus melewati hutan tersebut tanpa diketahui oleh para raksasa-raksasa disana, sedangkan Jalur Atlantis adalah jalur yang melewati Kota Atlantis & disana kita harus membuat barang yang bisa ditukar dengan koin emas untuk membuka Pintu Gerbang Karikatus.” jelas Demala.
            ”Ya, sudah. Ayo kita berangkat sekarang!” ajak Reza.
            ”Ayo!” jawab Ilham, Reza, & Demala.
            Mereka pun pergi menuju hutan Raksasa & tidak terlalu lama di perjalanan mereka pun sampai di Hutan Raksasa. Ternyata benar, di sana banyak sekali para raksasa & ukuran pohon disana lebih besar dari biasanya, siapapun tidak boleh melewati hutan tersebut karena disana adalah tempat tinggal & wilayah para raksasa. Jadi, jika ingin melewati hutan tersebut, Reza, Firman, & Ilham harus bersembunyi di balik pohon-pohon yang ada di dalam hutan tersebut.
            ”Sekarang kita sudah sampai, supaya kita bisa melewati hutan ini,kita harus bersembunyi dibalik pohon. Setiap raksasa itu lengah, kalian lari ke pohon satunya untuk bersembunyi. Jika kalian berhasil keluar dari hutan tersebut, kalian sudah aman. Karena raksasa-raksasa tersebut tidak bisa keluar dari wilayahnya. Bisa?” tanya Demala.
            ”Bisa! Jadi kamu bagaimana?” tanya Reza.
            ”Iya, kamu bagaimana?” tanya Firman.
            ”Tenang saja, kalian tidak perlu memikirkan saya, yang penting lakukan apa yang sudah saya katakan tadi.” jawab Demala.
            ”Baiklah” jawab Reza, Firman, & Ilham.
Akhirnya mereka pun memulai untuk bersembunyi, masing-masing anak sudah mengambil posisinya sendiri. 10, 13, 15, 17, 20. 23, 25 pohon telah berhasil mereka lewati, sekarang tinggal 15 pohon lagi untuk dilewati oleh mereka. Saat tinggal 2 pohon lagi untuk mereka lewati, tiba-tiba Ilham terjatuh & membuat salah satu raksasa mengetahui keberadaan Reza, Firman, & Ilham. Reza pun segera merangkul Ilham & berlari sekuat-kuatnya untuk keluar dari hutan tersebut. Untung saja mereka berhasil keluar sebelum raksasa tersebut menangkap mereka.
            ”Huuuhh... kenapa sih kamu bisa jatuh, Ham?” tanya Firman sambil mencari nafas.
            ”Duuhh, kaki ku itu tersangkut akar-akar disitu. Tuh, lihat kaki ku sampai luka.” jawab Ilham.
            ”Ya udah, yang penting sekarang Ilham selamat & kita aman.” ungkap Reza.
Tiba-tiba Demala muncul.
            ”Bagaimana? Hampir saja kalian ditangkap oleh mereka.” ujar Demala.
            ”Iya nih, si Ilham jatuh, hampir saja tadi. Aduh, capek sekali.” keluh Firman.
            ”Ya sudah, sekarang ayo kita selesaikan tantangan terakhir kita” ajak Demala.
            ”Baiklah” ujar Ilham, Reza, & Firman kelelahan.
            Reza, Firman, & Ilham pun melanjutkan perjalanan ke jalur Atlantis. Di Jalur Atlantis mereka harus membuat barang-barang yang bisa mereka tukarkan dengan koin emas agar bisa membuka Pintu Gerbang Karikatus. Setelah sampai di sana, ternyata benar, Jalur Atlantis adalah jalur yang melewati kota Atlantis. Reza, Firman, & Ilham takjub melihat peradaban orang-orang Atlantis yang selama ini menjadi misteri di dunia manusia. Di sana mereka harus membuat barang yang bisa ditukar dengan koin emas, tapi untuk mendapatkan 1 koin emas, mereka harus mengumpulkan 10 koin perak untuk ditukarkan dengan 1 koin emas.
            ”Sekarang kita sudah sampai, jadi kini tinggal kalian yang berusaha untuk mengumpulkan 10 koin perak untuk ditukarkan dengan 1 koin emas, buatlah sesuatu yang berguna! Saya akan menunggu kalian di pintu gerbang ya. Selamat berjuang!” ucap Demala.
            ”Baiklah!” sahut Reza, Firman, & Ilham.
Demala pun pergi meninggalkan mereka.
            ”Eh, buat apaan nih? Aku bingung!” keluh Ilham.
            ”Hmmm... gimana kalau kita membuat kerajinan anyaman? Kan disini banyak pohon kelapa!” jawab Reza.
            ”Iya! Betul katamu, Za! Kan ada pohon kelapa, pasti ada buahnya. Buahnya kita buat minuman kelapa, terus batoknya kita buat mangkok sama mainan untuk anak-anak. Mungkin bisa laku!” ujar Firman.
            ”Ide bagus itu!” sahut Ilham.
Akhirnya, mereka pun membuat kreasi-kreasi yang telah dibicarakan tadi. Reza, Firman, & Ilham membuat 5 anyaman dari daun kelapa, 4 mangkok berisi kelapa, 3 buah mainan batok kelapa untuk anak-anak, & 3 mangkok hasil kreasi mereka masing-masing. Barang-barang tersebut akhirnya ditukarkan dengan koin-koin perak oleh para pedagang disana. Dengan kerja keras, mereka berhasil mengumpulkan 15 keping koin perak, & akhirnya ditukarkan dengan 1 koin emas. Sisa koin perak yang ada rencananya akan diberikan ke Demala.
            ”Alhamdulillah, akhirnya kita dapat koin emas juga! Ayo kita susul Demala!” ajak Ilham.
            ”Senang banget kamu? Ayolah kita pergi sekarang!” jawab Reza.
Mereka pun menyusul Demala, dengan suka ria mereka berlari menuju pintu gerbang yang sudah semakin dekat. Akhirnya mereka pun bertemu dengan Demala.
            ”Bagaimana? Sudah ada koin emasnya?” tanya Demala.
”Sudah ada, Demala. Ini koin emasnya & 5 koin perak ini untukmu.” ujar Reza.
            ”Wah, terima kasih ya. Kalian memang anak-anak yang baik, terima kasih ya!”
            ”Iya, sama-sama. Lagipula, kamu kan sudah menemani kami untuk keluar dari sini.” jawab Reza.
”Iya, betul” sambung Firman & Ilham.
            ”Ya sudah. Sekarang, masukkan koin emas itu ke celah disamping pintu itu & pintu itu akan terbuka” jelas Demala.
            ”Iya, sebelum kita pergi, kita hanya ingin ucapkan terima kasih. Terima kasih banyak ya, Demala!” ujar Reza sambil menangis haru.
            ”Iya, tidak usah cengeng, anak laki-laki tidak boleh begitu. Sudahlah, kalian jangan menangis. Pesan saya hanya, jangan ceritakan apa yang kalian alami disini. Karena itu bisa berakibat fatal, bsia-bisa nanti terjadi kehancuran dimana-mana bila rahasia ini terungkap. Kalian bisa jaga rahasia kan?” tanya Demala.
            ”Pasti bisa! Kami akan jaga rahasia ini. Petualangan ini tidak akan kami lupakan.” jawab Reza sambil memeluk Demala.
            ”Iya, kami akan jaga rahasia.” sambung Ilham & Firman yang juga ikut memeluk Demala.
            Akhirnya mereka pun memasukkan koin emas & pintu gerbang itu terbuka. Mereka masuk ke pintu tersebut & melihat cahaya yang menyilaukan, ketika mereka membuka mata, mereka terkejut karena mereka sudah berada di depan Hutan Karikatus. Mereka pun akhirnya pulang dengan membawa cerita petualangan yang tidak bisa mereka lupakan seumur hidup.