Kamis, 16 April 2015

Problema Ujian Nasional (UN) 2015

Beberapa hari yang lalu, Ujian Nasional tingkat SMA/MA/sederajat telah selesai dilaksanakan. Namun, ada sesuatu yang menarik dari Ujian Nasional kali ini, yaitu soal yang bocor dan beredar melalui internet. Diduga pelaku yang mengunggah soal UN ini berasal dari Perusahaan Percetakan Negara. (Global Tv)

Ujian Nasional sampai sekarang tetap menjadi momok yang menyeramkan bagi seluruh pelajar di Indonesia, padahal tahun ini kelulusan tidak ditentukan oleh UN melainkan dari keputusan sekolah. Oleh karena itu, setiap penyelengaraan UN selalu diwarnai dengan bumbu-bumbu kecurangan yang sudah tidak menjadi rahasia umum lagi. Baik itu kunci jawaban yang diperjualbelikan, dengan jaminan bahwa 100% kunci itu benar, maupun soal-soal yang sengaja dibocorkan dengan digandakan oleh oknum-oknum tertentu. Berkualitaskah pendidikan kita jika seperti itu?

Terkadang bagi orang-orang yang iri, ketika berlaku jujur kita terlihat seperti orang yang sok alim.

Saya sendiri adalah seorang siswi SMA yang juga baru saja mengikuti Ujian Nasional 13-15 April yang lalu. Saya bukan ingin pamer, ataupun disebut sok pintar. Tetapi memang saya mengerjakan UN selama 3 hari itu murni dari hasil pemikiran otak saya, bukan dengan pemikiran otak orang lain maupun otak kunci jawaban. Saya mengamati sendiri kondisi serta situasi selama UN itu berlangsung 3 hari. Jika dihitung, tidak sampai 10 orang yang jujur dengan tidak membeli kunci jawaban maupun menyontek seangkatan saya. Saya miris melihat kondisi seperti itu. Memang yang tidak melihat kunci jawaban itu adalah siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik disekolah, rangking 1 dikelas, termasuk saya. Ketika SMP saya juga mengambil keputusan yang sama, dengan tidak menggunakan kecurangan sama sekali. Hal yang saya alami sekarang, kurang lebih sama ketika saya SMP.


Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai.


Saya tidak ingin munafik, tetapi saya tidak ada terbesit sama sekali niat untuk menyontek dengan kunci jawaban yang banyak diperjualbelikan oleh teman-teman saya. Tetapi dengan keputusan saya untuk tidak membeli kunci dan memilikinya, dianggap sesuatu yang aneh menurut teman-teman saya, saya  dibilang sok pintar, diejek, dibully, dan disumpah-sumpah. Saya tidak merasa saya pintar, saya hanya merasa saya bisa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Walaupun pada akhirnya, saya merasa pesimis dengan hasil pekerjaan saya dalam Matematika (hanya bisa mengerjakan 19 soal), Fisika, dan Kimia. Saya mengakui kekurangan saya di mata pelajaran tersebut, karena saya lemah dalam hitung-hitungan. Faktor lain yang membuat saya lemah dalam beberapa pelajaran karena saya jarang masuk sekolah, bukan karena bolos ataupun sakit. Tetapi selama 5 semester saya aktif dalam organisasi di sekolah baik OSIS, Kader Anti Narkoba, Komunitas Sekolah Hijau, dll. Serta saya sering diikutkan lomba disana-sini, ntah kenapa siswa-siswi yang dipercaya untuk mengikuti lomba-lomba yang ada hanya itu-itu saja. Belum lagi saya aktif organisasi diluar sekolah, forum-forum dan komunitas. Sehingga saya jarang masuk pelajaran, saya memiliki waktu luang untuk belajar yang sedikit, tak jarang saya tertinggal ulangan, dll. 

Tetapi Alhamdulillah, saya sampai semester 5 ini masih tetap bisa mempertahankan rangking 1 dikelas, semoga saja disemester 6 saya masih bisa mempertahankan rangking 1 itu.


Disinilah saya sedikit merasa kesal dengan teman-teman saya (yang melakukan kecurangan saat UN), mereka yang memiliki waktu belajar lebih banyak malah tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Seharusnya mereka yang hanya datang, duduk, diam, belajar, pulang, bisa lebih daripada saya, lebih tahu dan lebih bisa. Ketika UN semakin dekat, mereka juga tidak memanfaatkan waktu belajar dengan maksimal, mereka malah tidak sekolah, bolos les, cuek dengan pelajaran saat saya dan beberapa teman-teman saya sibuk diskusi dengan guru tentang soal-soal UN. Mereka hanya berpikir, bagaimana caranya agar bisa melewati UN dengan gampang.


Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.


Kembali lagi ke topik awal, menurut saya sistem UN manual yang masih dipertahankan saat ini masih akan terus membuat pelajar untuk melakukan kecurangan. UN yang sejatinya digunakan sebagai indikator pendidikan hanya sebagai sebutan saja, karena baik dalam pihak pemerintah maupun pelajar sama-sama memiliki oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Jika kita sebut bahwa indikator pendidikan yaitu UN dalam rentang 1-10 adalah baik, maka itu adalah kebohongan besar. Kejujuran masih sangat minim dilakukan oleh sebagian pelajar, perbandingan siswa yang jujur dengan yang tidak jujur bisa menjadi 1 : 100. Mereka yang melakukan kecurangan berpikir, 3 hari ini akan menentukan 3 tahun yang telah mereka lewati. 3 tahun bukan waktu yang sebentar, apakah  sekolah hanya menjadi rutinitas wajib yang tidak memberikan bekal apa-apa kepada pelajar? Apa yang mereka dapatkan selama 3 tahun dibangku sekolah jika mereka lebih percaya terhadap sesuatu yang belum tentu kebenarannya, jadi selama 3 tahun ini mereka hanya sekolah tanpa menyimpan ilmu sama sekali?


Sebenarnya mereka sadar bahwa mereka memudahkan hidup mereka selama 3 hari, tetapi mereka tidak sadar bahwa mereka akan menyusahkan hidup mereka sendiri selama 30 tahun yang akan datang.


Sebenarnya, lulus SMA bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari segalanya. Disinilah kita akan memulai, kemana kita akan melangkah, kemana kita akan menjadi, dan kemana kita akan bertindak. Jika diawal saja sudah dimulai dengan kecurangan, bagaimana nantinya? Hasil tidak pernah mengkhianati proses. Kemarin mereka boleh saja dengan nyaman melalui tantangan besar, tetapi tidak menjamin mereka bisa dengan nyaman pula melalui tantangan-tantangan lain yang menanti.


Wacana tentang UN yang akan diulang pun mulai menyeruak dimedia massa, hal ini menimbulkan respon positif dan negatif. Berdasarkan hasil pengamatan saya terhadap teman-teman saya, baik itu disekolah maupun digrub belajar, ada yang setuju dan ada yang tidak. Sisi positif jika UN diulang, maka siswa akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki nilai mereka dengan mempelajari materi yang tidak mereka kuasai saat UN kemarin. Tetapi dampak negatifnya adalah, akan ada penambahan anggaran untuk memproduksi soal-soal UN lagi, berdampak pada banyaknya pohon yang akan ditebang untuk keperluan kertas. Selain itu, siswa akan dipusingkan lagi dengan kondisi dan situasi UN yang dikenal banyak menimbulkan stress. Serta, ada yang berpendapat bahwa dengan diulangnya UN akan merugikan pelajar yang berbuat jujur, karena mereka yang memang sudah belajar dengan baik dan optimis dengan UN mereka terpaksa mengulang lagi, dan peluang nilai kedua lebih rendah dari nilai pertama juga membuat khawatir mereka.


Satu-satunya Ujian yang dapat menentukan kualitas dari individu tersebut adalah tes masuk perguruan tinggi, sudah pasti tes tersebut akan menyeleksi orang-orang terbaik dari yang terbaik. Disinilah kualitas individu akan terlihat, dan nilai hanya akan menjadi tulisan saja. 

Intinya, bagaimanapun pemerintah berusaha agar pelajar yang mengikuti UN tidak melakukan kecurangan adalah sesuatu yang hampir mendekati mustahil. Karena selalu ada orang-orang yang mencari celah dan kesempatan, serta selalu ada pelajar-pelajar yang membutuhkan bocoran. Mungkin dengan hadirnya sistem UN Online bisa memperbaiki kualitas pendidikan penerus-penerus bangsa ini menjadi lebih baik. Karena kami adalah calon guru, calon dokter, calon polisi, dan calon yang lain harus bisa memberikan contoh yang baik. Bagaimana seorang calon guru yang lulus dengan kecurangan bisa mendidik anak muridnya agar tidak melakukan kecurangan? Bagaimana calon penyalur aspirasi rakyat yang lulus dengan kecurangan bisa dipercayai untuk tidak melakukan penyimpangan ketika dia duduk dikursi jabatannya nanti?


Mungkin bagi kalian yang membaca tulisan ini ada yang merasa tersinggung, saya meminta maaf.  Tetapi inilah kenyataannya, bahwa kejujuran masih sangat minim diantara kita. Padahal, perkembangan zaman yang semakin modern menuntut kita agar memiliki bekal untuk menghadapinya, jangan sampai kita menjadi budak oleh orang asing dinegara kita sendiri karena tidak cukup pintar untuk melawannya.


Untuk teman-temanku yang berlaku jujur : Ingatlah teman, sesuatu yang diawali dengan kejujuran pasti akan diberkahi oleh Allah, mungkin bukan sekarang kita merasakannya, tetapi nanti. Karena perbuatan sekecil apapun pasti akan ada balasannya, Allah maha adil. Ia tidak mungkin membiarkan kita jatuh terpuruk ketika kita melakukan kebaikan. Yang terpenting adalah, terus berusaha diperjalanan awal kita saat ini, kita sudah mempunyai bekal untuk menghadapi dunia. Kita tinggal memilih jalan mana yang akan kita ambil, karena kita sudah memiiki visi kedepan. InsyaAllah jalan yang kita mulai dengan jujur ini akan dimudahkan oleh Allah. Jadikan mereka-mereka yang menjatuhkanmu, menghinamu, maupun menjelek-jelekanmu karena tidak mengikuti kecurangan sebagai acuan untuk maju, tunjukkan pada suatu hari nanti siapa yang bisa mencapai langit terlebih dahulu. 
Akan ada masanya dimana yang susah akan menjadi mudah, dan yang mudah menjadi susah. Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan.




{Tulisan ini hanyalah suatu opini dari pribadi saya sendiri dan hasil pengamatan saya terhadap lingkungan disekitar saya.}