Di
pedalaman hutan Kalimantan, terdapat beberapa kelompok orang utan yang hidup
sejahtera. Rumah (hutan) mereka sangatlah luas, terdapat banyak makanan,
ekosistem yang masih terjaga. Semuanya terlihat indah & alami. Semua orang
utan disana bebas bergelantungan dimana-mana, bermain, & mencari makan.
Namun, keadaan itu perlahan-lahan berubah sejak hadirnya manusia didalam
kehidupan mereka. Manusia-manusia tersebut sedikit demi sedikit menebang rumah
mereka tanpa menanamnya kembali, bahkan ada yang mendirikan bangunan asing
& menanam tanaman yang bukan semestinya menjadi pengganti rumah mereka.
Kehidupan mereka makin lama makin terusik dengan bisingnya suara alat-alat
untuk menebang pohon baik dari orang-orang dari kota yang menggunakan alat
canggih, maupun penduduk sekitar yang masih menggunakan kapak & sejenisnya,
suara kendaraan-kendaraan proyek yang berlalu lalang, serta suara-suara manusia
yang berteriak ntah membicarakan apa. Orang utan-orang utan tersebut hanya bisa
bersembunyi ketakutan di atas pepohonan sambil melihat apa yang telah terjadi
terhadap rumahnya. Namun, kini selain ancaman kehilangan rumah, orang
utan-orang utan itu pun terancam nyawanya, karena sekarang manusia-manusia itu
sedang memburu mereka. Ntah untuk dijual sebagai hewan peliharaan atau dibunuh
untuk dijadikan obat-obatan, yang pasti orang utan-orang utan itu hanya bisa
lari & bersembunyi dari manusia yang sedang membawa sebuah senjata untuk
menangkap mereka.
Malangnya
nasib para orang utan, sudah rumahnya perlahan-lahan diambil, untuk mencari
makan pun juga susah, karena makanan-makanan mereka sedikit demi sedikit habis.
Sekarang malah mereka diburu untuk 1 kepentingan yang tidak jelas, apa salah
mereka?
Karena
makanan mereka sedikit demi sedikit habis, & rumah mereka hilang. Mereka
pun terpaksa masuk ke wilayah manusia untuk mencari makanan. Ternyata disana,
disebuah kebun terdapat banyak sekali makanan, baik buah-buahan maupun sayuran
& masih segar. Apalah daya dari seekor binatang yang tidak mempunyai akal
untuk berpikir? Mereka pasti tidak menyangka bahwa makanan yang mereka makan
adalah milik manusia yang sengaja ditanam untuk kepentingan hidup manusia itu
sendiri.
“Orang
Utan! Orang utan! Mereka hama! Sudah berani mereka mengganggu kebun kita!”
teriak manusia-manusia yang memergoki para orang utan yang sedang makan tanaman
mereka.
Sudah
pasti para orang utan lari ketakutan melihat manusia yang berbondong-bondong
mengejar dirinya sambil membawa senjata, ntah itu golok, tongkat, maupun senapan.
Namun sayangnya ada beberapa orang utan yang terlambat menyelamatkan diri
sehingga mereka tertangkap, & apa yang terjadi? Orang utan tersebut
dipukuli layaknya seorang maling yang ketahuan membobol rumah, tanpa kenal kata
“kasihan” . seandainya mereka bisa berbicara, pasti saat itu mereka berkata :
“Jangan
siksa aku! Jangan bunuh aku! Aku hanya ingin makan, aku tak punya tempat
tinggal…!”
Namun
manusia-manusia itu tidak mengerti karena orang utan-orang utan tersebut hanya
menjerit-jerit saja, karena itulah bahasa yang mereka gunakan untuk
berkomunikasi dengan sesamanya. Mereka tetap dipukuli tanpa ampun, hingga ada
beberapa dari orang utan itu yang mati mengenaskan, & sisanya dikurung
dalam kandang sempit tanpa diberi makan, kalaupun ada pasti hanya sedikit,
karena manusia-manusia tersebut lebih mementingkan kehidupan dirinya &
keluarganya sendiri. Untuk makan saja susah, bagaimana mau memberi makan orang
utan & merawatnya? Betapa menyedihkannya jika posisi kita seperti itu.
Kini
hidup orang utan yang selamat dari
incaran manusia, kembali terancam. Manusia-manusia itu pergi ke hutan
untuk mencari mereka, menangkap, bahkan membunuh. Karena orang utan telah
dianggap sebagai HAMA oleh manusia, padahal orang utan tersebut tidak akan
menjadi hama apabila rumah mereka tidak dirusak oleh manusia itu sendiri. 1 per
1 orang utan ditangkap, bahkan ada yang tega menembak ibu orang utan yang
sedang menjaga anaknya dari ancaman bahaya, sehingga membuat orang utan kecil
menjadi yatim piatu. Bayangkan jika orang utan kecil itu dapat berbicara :
“Jangan
bunuh ibuku! Dia tidak bersalah, kami tidak tahu apa-apa…!”
“Ibu,
bangun… Ibu, jangan tinggalin aku. Nanti
aku tinggal dengan siapa?”
Hal
ini terjadi terus menerus sehingga menekan jumlah populasi orang utan menjadi
terus menurun tiap tahunnya. Untungnya didunia ini masih ada manusia-manusia yang
berhati mulia, memiliki prikemanusiaan & tingkat kepedulian yang tinggi
terhadap hewan, mereka bisa kita sebut Aktivis Lingkungan, Pecinta Hewan, tokoh
masyarakat, & organisasi-organisasi lain yang peduli dengan lingkungan
& hewan. Mereka datang kerumah penduduk 1 per 1 maupun ke hutan untuk
menyelamatkan orang utan yang terlantar, tidak terurus, & yang kehilangan
tempat tinggal. Namun sayangnya jumlah mereka tidak sebanding dengan
orang-orang yang telah merusak lingkungan & membuat orang utan menjadi
salah satu hewan langka didunia.
Sungguh
mengenaskan keadaan orang utan-orang utan yang ditemukan, ada yang matanya
telah buta akibat ditembak, ada yang sedang depresi/stress berat, kekurangan
makan, dehidrasi, kondisi badan yang kurus & cacat, & keadaan-keadaan
menyedihkan lainnya yang susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Orang
utan-orang utan tersebut ditampung di suatu penangkaran untuk direhabilitasi,
mengembalikan keadaannya seperti semula, setelah itu baru dilepas liarkan lagi,
namun semua itu membutuhkan proses yang lama, apalagi untuk orang utan yang
depresi berat akibat terlalu lama dikurung & disiksa.
Tapi
sekali lagi, orang utan masih saja diburu, namun kini untuk diperjual berlikan
secara gelap menjadi binatang peliharaan, harganya? 50-150 ribu! Itukah harga
dari seekor hewan yang sedang terancam punah saat ini? Belum lagi jika orang
utan tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, orang utan
itu pasti tidak akan terurus, bahkan mati. Sayangnya hukum di Negara kita
Indonesia ini masih belum tegas dalam menghukum pelaku perdagangan gelap hewan
yang dilindungi, sehingga masih banyak nasib-nasib orang utan yang perlu
diselamatkan. Kesadaran masyarakat masih kurang, sehingga sulit juga untuk
memberantas perjual-belian hewan yang di lindungi di Indonesia.
Orang
utan sedang diambang kepunahan, jumlah orang utan Kalimantan & Sumatera
makin tahun makin menurun. Bagaimana dengan 10 tahun kedepan? Mungkin mereka hanya
tinggal nama & gambar, serta anak cucu kita tidak dapat melihatnya. Akankah
Indonesia kehilangan 1 spesies asli dari Indonesia sendiri? Hutan mereka
perlahan-lahan menjadi sempit, bahkan musnah, kemana mereka akan pergi?
Setiap
makhluk dimuka bumi ini memiliki perannya masing-masing, begitu juga dengan
orang utan, ia memiliki peran untuk menyebarkan biji-bijian di hutan. Jika
mereka punah, akankah hutan kita akan tumbuh subur? Bisakah ekosistem alam
berlanjut jika orang utan tiada? Seandainya orang utan-orang utan tersebut
dapat berbicara, pasti mereka akan berkata :
“Kembalikanlah
rumah kami… Kami juga makhluk Tuhan yang ingin hidup sejahtera.”
“Kembalikanlah
rumah kami yang rusak, janganlah kalian hancurkan lagi…”