Tampilkan postingan dengan label Orang Utan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Orang Utan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 September 2012

SELAMATKAN AKU ! (SAVE OUR ORANG UTAN)


Di pedalaman hutan Kalimantan, terdapat beberapa kelompok orang utan yang hidup sejahtera. Rumah (hutan) mereka sangatlah luas, terdapat banyak makanan, ekosistem yang masih terjaga. Semuanya terlihat indah & alami. Semua orang utan disana bebas bergelantungan dimana-mana, bermain, & mencari makan. Namun, keadaan itu perlahan-lahan berubah sejak hadirnya manusia didalam kehidupan mereka. Manusia-manusia tersebut sedikit demi sedikit menebang rumah mereka tanpa menanamnya kembali, bahkan ada yang mendirikan bangunan asing & menanam tanaman yang bukan semestinya menjadi pengganti rumah mereka. Kehidupan mereka makin lama makin terusik dengan bisingnya suara alat-alat untuk menebang pohon baik dari orang-orang dari kota yang menggunakan alat canggih, maupun penduduk sekitar yang masih menggunakan kapak & sejenisnya, suara kendaraan-kendaraan proyek yang berlalu lalang, serta suara-suara manusia yang berteriak ntah membicarakan apa. Orang utan-orang utan tersebut hanya bisa bersembunyi ketakutan di atas pepohonan sambil melihat apa yang telah terjadi terhadap rumahnya. Namun, kini selain ancaman kehilangan rumah, orang utan-orang utan itu pun terancam nyawanya, karena sekarang manusia-manusia itu sedang memburu mereka. Ntah untuk dijual sebagai hewan peliharaan atau dibunuh untuk dijadikan obat-obatan, yang pasti orang utan-orang utan itu hanya bisa lari & bersembunyi dari manusia yang sedang membawa sebuah senjata untuk menangkap mereka.
Malangnya nasib para orang utan, sudah rumahnya perlahan-lahan diambil, untuk mencari makan pun juga susah, karena makanan-makanan mereka sedikit demi sedikit habis. Sekarang malah mereka diburu untuk 1 kepentingan yang tidak jelas, apa salah mereka?
Karena makanan mereka sedikit demi sedikit habis, & rumah mereka hilang. Mereka pun terpaksa masuk ke wilayah manusia untuk mencari makanan. Ternyata disana, disebuah kebun terdapat banyak sekali makanan, baik buah-buahan maupun sayuran & masih segar. Apalah daya dari seekor binatang yang tidak mempunyai akal untuk berpikir? Mereka pasti tidak menyangka bahwa makanan yang mereka makan adalah milik manusia yang sengaja ditanam untuk kepentingan hidup manusia itu sendiri.
“Orang Utan! Orang utan! Mereka hama! Sudah berani mereka mengganggu kebun kita!” teriak manusia-manusia yang memergoki para orang utan yang sedang makan tanaman mereka.
Sudah pasti para orang utan lari ketakutan melihat manusia yang berbondong-bondong mengejar dirinya sambil membawa senjata, ntah itu golok, tongkat, maupun senapan. Namun sayangnya ada beberapa orang utan yang terlambat menyelamatkan diri sehingga mereka tertangkap, & apa yang terjadi? Orang utan tersebut dipukuli layaknya seorang maling yang ketahuan membobol rumah, tanpa kenal kata “kasihan” . seandainya mereka bisa berbicara, pasti saat itu mereka berkata :
“Jangan siksa aku! Jangan bunuh aku! Aku hanya ingin makan, aku tak punya tempat tinggal…!”
Namun manusia-manusia itu tidak mengerti karena orang utan-orang utan tersebut hanya menjerit-jerit saja, karena itulah bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Mereka tetap dipukuli tanpa ampun, hingga ada beberapa dari orang utan itu yang mati mengenaskan, & sisanya dikurung dalam kandang sempit tanpa diberi makan, kalaupun ada pasti hanya sedikit, karena manusia-manusia tersebut lebih mementingkan kehidupan dirinya & keluarganya sendiri. Untuk makan saja susah, bagaimana mau memberi makan orang utan & merawatnya? Betapa menyedihkannya jika posisi kita seperti itu.
Kini hidup orang utan yang selamat dari  incaran manusia, kembali terancam. Manusia-manusia itu pergi ke hutan untuk mencari mereka, menangkap, bahkan membunuh. Karena orang utan telah dianggap sebagai HAMA oleh manusia, padahal orang utan tersebut tidak akan menjadi hama apabila rumah mereka tidak dirusak oleh manusia itu sendiri. 1 per 1 orang utan ditangkap, bahkan ada yang tega menembak ibu orang utan yang sedang menjaga anaknya dari ancaman bahaya, sehingga membuat orang utan kecil menjadi yatim piatu. Bayangkan jika orang utan kecil itu dapat berbicara :
“Jangan bunuh ibuku! Dia tidak bersalah, kami tidak tahu apa-apa…!”
“Ibu, bangun… Ibu, jangan  tinggalin aku. Nanti aku tinggal dengan siapa?”
Hal ini terjadi terus menerus sehingga menekan jumlah populasi orang utan menjadi terus menurun tiap tahunnya. Untungnya didunia ini masih ada manusia-manusia yang berhati mulia, memiliki prikemanusiaan & tingkat kepedulian yang tinggi terhadap hewan, mereka bisa kita sebut Aktivis Lingkungan, Pecinta Hewan, tokoh masyarakat, & organisasi-organisasi lain yang peduli dengan lingkungan & hewan. Mereka datang kerumah penduduk 1 per 1 maupun ke hutan untuk menyelamatkan orang utan yang terlantar, tidak terurus, & yang kehilangan tempat tinggal. Namun sayangnya jumlah mereka tidak sebanding dengan orang-orang yang telah merusak lingkungan & membuat orang utan menjadi salah satu hewan langka didunia.
Sungguh mengenaskan keadaan orang utan-orang utan yang ditemukan, ada yang matanya telah buta akibat ditembak, ada yang sedang depresi/stress berat, kekurangan makan, dehidrasi, kondisi badan yang kurus & cacat, & keadaan-keadaan menyedihkan lainnya yang susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Orang utan-orang utan tersebut ditampung di suatu penangkaran untuk direhabilitasi, mengembalikan keadaannya seperti semula, setelah itu baru dilepas liarkan lagi, namun semua itu membutuhkan proses yang lama, apalagi untuk orang utan yang depresi berat akibat terlalu lama dikurung & disiksa.
Tapi sekali lagi, orang utan masih saja diburu, namun kini untuk diperjual berlikan secara gelap menjadi binatang peliharaan, harganya? 50-150 ribu! Itukah harga dari seekor hewan yang sedang terancam punah saat ini? Belum lagi jika orang utan tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, orang utan itu pasti tidak akan terurus, bahkan mati. Sayangnya hukum di Negara kita Indonesia ini masih belum tegas dalam menghukum pelaku perdagangan gelap hewan yang dilindungi, sehingga masih banyak nasib-nasib orang utan yang perlu diselamatkan. Kesadaran masyarakat masih kurang, sehingga sulit juga untuk memberantas perjual-belian hewan yang di lindungi di Indonesia.
Orang utan sedang diambang kepunahan, jumlah orang utan Kalimantan & Sumatera makin tahun makin menurun. Bagaimana dengan 10 tahun kedepan? Mungkin mereka hanya tinggal nama & gambar, serta anak cucu kita tidak dapat melihatnya. Akankah Indonesia kehilangan 1 spesies asli dari Indonesia sendiri? Hutan mereka perlahan-lahan menjadi sempit, bahkan musnah, kemana mereka akan pergi?
Setiap makhluk dimuka bumi ini memiliki perannya masing-masing, begitu juga dengan orang utan, ia memiliki peran untuk menyebarkan biji-bijian di hutan. Jika mereka punah, akankah hutan kita akan tumbuh subur? Bisakah ekosistem alam berlanjut jika orang utan tiada? Seandainya orang utan-orang utan tersebut dapat berbicara, pasti mereka akan berkata :
“Kembalikanlah rumah kami… Kami juga makhluk Tuhan yang ingin hidup sejahtera.”
“Kembalikanlah rumah kami yang rusak, janganlah kalian hancurkan lagi…”