Jumat, 11 Juli 2014

PESAN-PESAN TERAKHIR

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”


Malam itu Pontianak diguyur rintik-rintik hujan yang tak terlalu menggebu untuk jatuh ke muka bumi. Kota yang terkenal dengan kota Khatulistiwa itu kini merasakan segarnya air hujan setelah seharian dibakar oleh sang mentari. Disebuah toko kue dekat pinggiran jalan terlihat beberapa karyawan yang mengurungkan niatnya untuk pulang kerumah, sehingga mereka memilih kembali kedalam sambil menunggu hujan pergi tanpa meninggalkan jejaknya lagi. Kecuali seorang wanita muda yang masih sibuk dengan menghiasi sebuah kue dihadapannya. Wanita itu tampak serius dan hati-hati dalam setiap gerakannya untuk membuat pola hiasan kue. Sepasang baju dressan berwarna coklat sepanjang lutut menghiasi tubuhnya yang ramping, terlihat sangat pas sekali dengan warna kulitnya yang kuning langsat, rambutnya yang diikat ekor kuda bergulung-gulung indah, sebuah topi putih bertuliskan “Do & Mi” berwarna merah bertengger dikepalanya, wajahnya oval dan memiliki bola mata berwarna coklat. Dia adalah Resti seorang karyawati ditoko kue tersebut, ia sudah bekerja selama 2 tahun disana. Hidup di kota Pontianak memanglah tidak sesulit dengan hidup di Jakarta, namun Pontinak akan sama kerasnya dengan Jakarta apabila kita tidak memiliki keterampilan untuk bekerja.

Sebuah telepon berbunyi.

“Selamat malam, Do & Mi disini. Ada yang bisa dibantu?” sahut Resti menjawab telepon tersebut, “Baik, terimakasih. Besok pesanannya akan kami antar, selamat malam.”

Malam-malam seperti ini, masih saja ada memesan kue untuk acara keesokkan harinya. Untung saja ini adalah toko kue, dimana segala macam kue ada didalamnya kecuali kue tradisional. Sehingga tak perlu bersusah payah menentukan jenis kue apa yang tepat untuk dijadikan kudapan disebuah acara.

“Pesanan lagi?” Tanya Hani

“Iya nih, bagus deh kalau kita banyak dapet pesanan.” jawab Resti

“Oh iya, kamu belum mau pulang? Hujan sudah reda.”

“Tanggung nih, bentar lagi deh, aku belu selesai buat topping.”

“Oh iya deh, aku duluan ya.”

Malam itu ditutup dengan berrhentinya butiran-butiran hujan jatuh ke bumi. Suasana dingin pun menyeruak menghinggapi kulit orang-orang yang sedang terlelap, semakin membuat mereka tenggelam dalam buaian mimpinya.

Keesokkan harinya

“Permisi, ada yang bisa saya bantu?” Tanya Resti kepada seorang pelanggan laki-laki yang baru datang

“Saya mau mengambil pesanan kue tadi malam, sudah jadi?” ujar lelaki tersebut

Namanya pak Andri, sebenarnya dia bukanlah seorang yang sudah beristri ataupun tua, dia masih muda dan sepertinya seumuran dengan Resti. Sedikit lebih tinggi dari Resti, berambut cepak dan berwajah bulat serta sangat menawan dari caranya memakai kaos putih yang ditutupi jaket abu-abu, dengan celana jeans  yang menggantung. Tampak seperti anak muda biasa yang sedang menikmati hidup.

“Terima kasih sudah membeli. Ini barangnya.”

        Lelaki itu mengambil kue tersebut dan langsung berlalu meninggalkan toko kue itu. Rainbow Cake sebanyak dua buah langsung ia borong dari toko tersebut, ia tampak bahagaia ketika mendapatkannya. Sepertinya kue tersebut akan ia berikan kepada seseorang yang spesial.

“Besok libur,  jalan yuk?” ajak Hani

“Ayuk, tapi kemana?”

“Nonton bioskop aja, ada film baru Transformer, seru kayaknya.”

“Boleh banget tuh, udah lama juga aku ga nonton film.”

“Oke, besok aku jemput ya..”

Setelah seharian bekerja, kini waktunya untuk pulang kerumah. Resti mengemaskan barang-barangnya dan segera mengambil kunci motonya.

“Res, ada surat nih ntuk kamu. Aku temuin didepan pintu.” Ujar Hani menyodorkan sebuah surat

Resti langsung membuka surat itu, anehnya tidak ada nama pegirim surat tersebut, sepertinya pengirim tersebut langsung mengantarkannya kesini. Sebuah surat dengan amplop biru, dan didalamnya ada secarik kertas putih yang berisikan 1 kalimat singkat tanpa dibubuhi nama pengirimnya maupun tanda tangnnya.

Terimakasih, senang bertemu denganmu hari ini. Semoga kita bisa bertemu lagi.

Resti penasaran siapa pengirim surat ini, mengapa dia mengirim surat kepada Resti secara diam-diam. Serta kapan dia bertemu dengan Resti? Hari ini cukup banyak pelanggan pria datang membeli kue, sehingga Resti tidak dapat mengingat wajah mereka satu per satu. Resti langsung menyimpan surat tersebut dan bergegas pulang.

Libur kerja kali ini dimanfaatkan Resti bersama Hani untuk pergi menonton film di bioskop, setelah menunaikan haknya untuk memberikan suara pada PilPres 2014 mereka langsung menancap gas ke Ayani Megamall. Mall ini merupakan mall terbesar di Pontianak, dan setelah 15 menit menempuh perjalanan melewati jalan Jend. A. Yani, mereka pun sampai. 
 
“Sambil makan popcorn enak kayanknya.” Ujar Resti

“Oke, aku beli dulu. ”

Film tersebut seperti menghipnotis mereka berdua , mereka seakan masuk ke dalam film dan ikut mengambil peran didalamnya. Rasa senang dan terhibur pun mereka dapatkan setelah menonton film tersebut. Setelah puas menonton dan berkeliling untuk berbelanja, mereka memutuskan untuk pulang kerumah. Resti asik memainkan handphonenya ketika menuruni eskalator, dan tak sengaja menabrak seorang pria. Tetapi pria tersebut langsung menghilang ketika Resti berusaha mencarinya.

“Aku tak sempat melihat wajahnya tadi, apa kau melihatnya?”

“Ngga juga, makanya jangan main hape. Untung kamu ga kenapa-kenapa. Oh iya, makan kue bingke yuk? Aku lagi pengen nih.”

“Terserah lah, aku ikut kamu aja.”

Merekapun pergi menuju toko kue tradisional yang tak jauh dari Ayani Megamall, mereka melewati tugu Digulis yang berada disekitaran kompleks Universitas Tanjungpura, yang merupakan universitas tebesar di Kalimantan barat. Kue bingke merupakan makanan favorit Hani, kue tradisional ini memiliki ciri khas rasa yang legit dan manis. Serta tersedia dalam banyak pilihan rasa.

 “Ibu, pesan kue bingkenya 2 ya!”

Dengan lahap Hani menyantap kue bingke yang berbentuk bunga dan dipotong menjadi 5 bagian itu. Resti masih sibuk dengan handphone miliknya, sepertinya media sosial sudah membuat ia kecanduan.

“Eh, mawar siapa tuh res?”

"Mawar? Mana?”

“Itu di tas kamu.”

Resti langsung memeriksa tasnya, dan benar ada setangkai mawar merah yang diselipkan didalam tasnya. Tidak ada surat ataupun secarik kertas dari si pemberi. Resti teraneh-aneh

 “Itu dari siapa?”

“Aku tidak tahu.”
***
Hari ini toko agak sepi dari biasanya, sehingga suasana terasa suntuk dan membosankan. Sedangkan diluar sana, berbagai kendaraan berpacu satu sama lain dibawah teriknya matahari yang menyengat kulit. Resti kembali dikejutkan dengan kedatangan sebuah surat, yang kali ini dia temukan sendiri dipintu dapur, sepertinya pengirim tidak ingin pemilik toko tahu bahwa ada seorang karyawannya yang sedang mendepatkan surat cinta.

“Apa lagi ini…” keluh Resti sambil membuka surat tersebut

Kali ini surat tesebut dilengkapi dengan foto sebuah boneka beruang yang memegang bantal hati berwarna merah muda. Sangat lucu dan romantis menurutnya, tetapi sekali lagi, siapa pengirim surat ini? Mengapa dia tidak langsung menemuinya? Resti bertanya-tanya dalam hati.

Apa kabar hari ini? Senang bisa bertemu kamu di megamall kemarin, semoga kamu suka dengan bunga itu.

“Apa? Jadi dia yang kutabrak itu…”. Resti bingung dengan lelaki yang satu ini, Resti tidak mengenalnya sama sekali, tetapi lelaki ini mengenalnya, dan bahkan seperti memata-matai Resti. Resti mulai ingin mencari tahu siapa lelaki ini, ia berinisiatif untuk mengintai di dekat pintu dapur selama beberapa hari agar bisa mengetahui pria tersebut. Tetapi sepertinya hal itu sia-sia, karena lelaki itu tidak mengirimkan surat lagi.

“Mungkin dia tahu, sudah bosan dan pergi.”

Resti memberhentikan pengintaiannya itu, tetapi keesokkan hari setelah pengintaian tersebut berakhir, lelaki misterius itu kembali mengiriminya surat, dan kali ini diselipkan disebuah boneka beruang yang sama persis seperti didalam foto kemarin.

Terimakasih sudah menungguiku, aku harap kau suka dengan boneka ini. 

Meskipun senang karena mendapatkan sebuah boneka lucu kali ini, tetapi Resti sangat penasaran dengn sosok lelaki misterius itu. Ia yakin suatu hari nanti pasti ia bisa memergoki lelaki tersebut. Dimasukkannya boneka beruang itu ke dalam tasnya , dan Ia kembali bekerja.

“Ada yang bisa dibantu?” Tanya Resti kpada seorang pelanggan yang sedang kebingungan

Rainbow Cakenya masih ada?”

“Oh, bapak yang kemarin mesan kue itukan? Masih kok, tapi belum dikasi topping, kalau bapak mau bisa tunggu 10 menit, bagaimana?”

“Ya sudah kalau begitu, saya tunggu ya. Tetapi jangan manggil saya bapak dong, masih muda gini masa dipanggil bapak.”

“Oh, haha. Maaf, saya panggil mas aja ya.”

“Terserah enaknya bagaimana saja.”
 

“Iya mas, sebentar ya.”

Pelanggan itu, yang kemarin bernama Andri kembali datang untuk membeli Rainbow Cake ditoko tersebut. Kue ini memang banyak dicari orang, dan masih menjadi makanan favorit untuk anak-anak. Setelah 10 menit menunggu, kue yang dipesan akhirnya sudah jadi. Lelaki itupun langsung pergi meninggalkan toko tersebut dengan senyum sumringah tergurat diwajahnya, sepertinya ia puas mendapatkan kue tersebut.

“Kayaknya Rainbow Cake buatanmu itu laku keras ya, Res?”ungkap Hani

“Iya tuh, banyak kan yang mesan kuenya?” kata sofia

“Ah, biasa aja kok kak. Kue yang lain juga banyak yang beli juga kok.”

“Tapi aku nyicipin dikit kue buatanmu, emang enak kok.”

“Semua kue pasti enak kali, han. Hahaha.”

Resti juga jago membuat kue, dan kue andalannya memanglah Rainbow Cake. Dia telah belajar membuat kue sejak kecil, bersama ibunya. Tetapi ibunya sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Kini ia tinggal bersama ayahnya disebuah rumah tua milik ayah dan ibunya, ia bekerja untuk menghidupi ayahnya yang tidak bekerja karena sudah tua.

***

Sudah puluhan surat dan berbagai macam barang yang Resti terima dalam beberapa bulan ini. Boneka, cokelat, jam tangan, permen, gantungan kunci, dan kertas-kertas warna warni berisi kata-kata puitis. Siapa lagi yang mengirim kalau bukan lelaki misterius itu, Resti selalu gagal untuk megintai kedatangan lelaki itu. Semakin lama rasa jengkel mulai mendatangi Resti, ia merasa terganggu dengan semua itu. Akhirnya atas usul Hani, Resti menulis sebuah surat balasan kepada lelaki misterius itu.

Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu mengirim barang-barang ini? Aku bahkan tidak pernah bertemu denganmu, bahkan rupamu saja aku tidak tahu.

Itulah isi surat yang Resti tulis dan ia letakkan ditempat biasa ia temui surat dari lelaki misterius itu. Keesokkan harinya, surat itu menghilang. Sepertinya surat tersebut sudah dibawa oleh lelaki misterius itu, Resti berharap segera mendapatkan balasan darinya. Sore sebelum Resti memutuskan untuk pulang kerumah, ia kembali mengecek didapur. Ternyata sudah ada balasan dari lelaki tersebut. Seperti biasa, ia menyempatkan untuk membaca surat itu sebentar. Namun ada yang berbeda dari surat tersebut, kali ini lelaki itu menggunakan tinta merah yang sepertinya bocor sehingga meninggalkan bercak-bercak merah dikertas itu.

Aku hanya seorang laki-laki biasa yang tinggal satu daratan dengamu. Aku hanya seorang penggemarmu, aku menyukai kue-kue buatanmu. Tak usah khawatir, jangan merasa seperti dikuntit oleh petugas intel, aku hanya lelaki biasa, ingat itu.

Kali ini kata-kata didalam surat yang dikirim cukup panjang daripada surat-surat yang pernah dikirim sebelumnya. Siapa pria itu? Seandainya Resti bertemu dengan pria itu, ia akan sangat berterimakasih dengan semua pemberiannya selama ini.

“Gila, tuh orang sampai segitunya ya?” ungkap Hani

“Iya, aku juga ngga nyangka.” Jawab Resti

 “Namanya juga fans. Seharusnya kamu bangga dong bisa punya fans.”

“Tunggu, tapi dia ada bilang kalau dia menyukai kue-kue buatanku. Berarti dia pernah kesini dong?”

“Hmm, bisa jadi kan?”

Resti makin penasaran dengan lelaki tersebut, ia menduga bahwa lelaki tersebut sering membeli kue ditokonya. Lelaki itu tetap mengirim surat kepada Resti seperti biasa, dan isinya paling hanya menanyakan kabar dan ucapan-ucapan selamat pagi, malam, dan sebagainya. Resti mencoba membalas surat itu, tetapi tidak mendapat balasan lagi dari lelaki misterius tersebut. Resti pun mulai biasa-biasa saja dengan semua hal itu, ia menganggap seperti memang menjadi seorang idola yang memiliki penggemar rahasia.

“Sepertinya diabaikan, ya sudahlah.” Gumam Resti

Di rumah.

Malam ini, ayah tiba-tiba mengajak Resti untuk berbincang-bincang sebentar. Tak seperti biasanya, wajah ayah serius kali ini.

“Ada apa, yah?”

“Ayah ingin tahu, apakah kamu sudah memiliki pacar?”

“Belum, yah. Resti kan masih mau fokus kerja dulu, ada apa yah?”

“Ayah kan sudah tua, nak. Takutnya sewaktu-waktu ayah dipanggil, ada yang menggantikan ayah untuk melindungi kamu.”

“Jangan ngomong begitu dong, yah. Resti bisa kok jaga diri sendiri.”

“Tapi ayah tidak tenang sampai kamu memiliki suami.”

“Bagaimana aku mau menikah, yah. Pacar saja tidak punya.”

“Oleh karena itu, ayah ingin menawarkan sesuatu padamu. Kamu masih ingat kan dengan pak Rajimo?”

“Ingat, yah. Kenapa?”

“Dia sahabat ayah sampai sekarang, dan dia memiliki anak laki-laki bernama Putra, dan ayah ingin kamu menikah dengannya.”

“A..apa? aku saja tidak terlalu dekat dengannya, yah. Terakhir kami bertemu dua tahun yang lalu.”

“Tenang, nak. Kemarin ayah sudah berbicara dengan pak Rajimo dan Putra langsung, mereka setuju, Putra juga belum memiliki pasangan. Dan semua kembali kepada kamu, nak.”

Resti terdiam, apakah ia harus mengikuti perjodohan ayahnya? Putra memang seorang lelaki yang baik, dan bekerja disebuah toko Elektronik milik ayahnya, Pak Rajimo. Dia dapat dikatakan tampan dan dewasa. Tapi apakah Resti siap dengan perjodohan ini? Namun, memikirkan perasaan ayahnya juga, yang pasti ingin kebaikan untuk anaknya. Maka Resti menerima penawaran ayahnya itu. Besok, direncanakan pertemuan keluarga untuk membahas pernikahan Resti dan Putra.

“Apa? Kamu mau menikah?”

“Apa?!”

“Hah?!”


Semua teman-temannya terkejut mendengar berita yang baru Resti sampaikan tadi.

“Selamat ya, Resti. Jangan lupa undangannya.” Ujar Tiwi

“Iya, tenang aja. Kalian semua akan aku undang kok.”

“Pilihan orang tua pasti memang yang terbaik untuk anaknya, Res.” Sambung Hani

“Betul, Han. Aku percaya dengan pilihan, ayahku. Semoga memang yang terbaik.”

***

“Bulan depan saja, lagipula kita tidak perlu membuat acara yang terlalu mewah, bukan?” ujar pak Rajimo kepada ayah Resti

“Iya, tidak perlu yang muluk-muluk.” Jawab ayah Resti

Perbincangan antar keluarga tersebut masih berlangsung, sedangkan Resti bersama Putra duduk diluar sembari berbincang masalah lain. Sekalian untuk pendekatan diri satu sama lain karena selama ini mereka tidak pernah dekat sama sekali.

“Aku tidak menyangka, haha.” Ungkap Putra

“Aku juga, tetapi aku harap kita sama-sama ikhlas menjalaninya.” Jawab Resti

Saat itu terlihat semburan bahagia terpancar dari mata kedua insan tersebut, saling tertawa dan membuat lelucon satu sama lain semakin membuat mereka mabuk dalam cinta dadakan, meskipun awalnya terlihat canggung tapi Putra selalu saja bisa mencairkan suasana. Dan Resti mulai merasakan sesuatu yang berbeda kepada Putra, semoga ini merupakan awal yang baik untuk kedepannya.

Detik-detik pernikahanpun sudah didepan mata, tinggal seminggu lagi. Hari ini, Resti pergi ke toko kue tempatnya bekerja untuk meminta untuk cuti selama dua minggu. Serta ia menyempatkan diri untuk mengambil surat-surat dari penggemar rahasianya, ternyata lelaki misterius itu masih saja mengirimkan surat kepada Resti. Terlihat lima amplop warna warni berjejer rapi ditempat biasa ia diletakkan oleh lelaki itu, karena sudah 5 hari Resti tidak memeriksanya. Karena tidak sempat untuk membaca surat-surat tersebut, Resti memasukkannya kedalam tas dan segera pergi untuk fitting baju bersama Putra.

“Sampai ketemu nanti ya, Res. Semoga lancar.” Ujar Hani sambil memeluk Resti

“Iya, terimakasih ya, Hani…” jawab Resti sambil membalas pelukan Hani

Resti langsung pamit kepada teman-temannya, dan pergi bersama Putra menggunakan sepeda motor. Mereka langsung bertolak ke sebuah butik untuk memilih baju pernikahan mereka. Walaupun sederhana, tetapi baju dengan nuansa hijau yang dihiasi dengan motif akar-akaran sangat cocok dipakai Resti dan Putra, mereka akhirnya memutuskan bahwa baju ituolah yang akan digunakan dihari spesial mereka nanti. Setelah selesai Resti diantar pulang oleh Putra, dan rencananya besok mereka akan pergi mengantarkan undangan yang belum sempat diantar oleh Putra beberapa waktu yang lalu.

“Hati-hati, ya…” ujar Resti

“Iya, aku duluan ya.” Jawab Putra

Malam itu Resti beristirahat dengan bahagia, karena sebentar lagi ia akan menikah. Ternyata benar, pilihan ayahnya memang yang terbaik untuknya. Tak perlu menunggu waktu lama, Resti sudah terleleap memasuki alam mimpi yang membawanya keangan tertinggi.

Keesokkan harinya.

“Kita pergi kerumah sepupuku dulu, ya.” Kata Putra

Putra tak banyak menceritakan tentang sepupunya yang satu ini, yang Resti thu bahwa sepupunya adalah seorang laki-laki yang sedang sakit parah. Namun Resti tak terlalu ingin tahu tentang hal itu.

“Eh, nak Putra. Ada apa?”

“Ari mana ya, tante?”

“Wah, Ari lagi pergi ke toko kue katanya.”

“Oh begitu, kenalin tante ini calon istri saya. Saya kesini mau antarin undangan ini, minggu depan saya menikah, tante.”

“Wah, selamat ya… Siapa namamu, cantik?”

“Saya Resti, tante.”

“Semoga lancar ya pernikahannya, nanti tante kasi tahu Ari, ya.”

“Iya tante, makasih ya. Kami duluan ya, tan. Mau nganterin undangan yang lain soalnya.”

“Oh iya, hati-hati ya, nak.”

Tante Ari sangat ramah kepada Resti, walaupun beru pertama kali bertemu. Resti senang karena mendapat penerimaan yang baik dikeluarga Putra. Awalnya ia merasa minder, karena ia hanya seorang karyawan ditoko roti, tetapi Putra mau menerima dia apa adanya. Tak lama setelah diperjalanan, Resti mendapat telepon dari Hani, Hani meminta Resti untuk segera ke Do & Mi karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Resti dan Putra langsung menuju ke lokasi.

“Ada apa, Han?” Tanya Resti

“Ikut aku.” Ujar Hani

Resti diajak untuk masuk ke dalam dapur, agar pembicaraan mereka tak terdengar oleh Putra.

“Semalam ada laki-laki yang nyariin kamu, Res. Dan tadi juga dia datang mencari kamu lagi. Kayaknya aku pernah ngeliat dia, tapi lupa dimana.”

“Apa? Dia nyariin aku? Terus kamu bilang apa?”

“Aku bilang kamu lagi cuti nikah, lalu tadi dia nitipin ini dan dia minta aku ngasi ke kamu.”

Hani menyodorkan sebuah amplop besar yang sepertinya berisi sebuah CD dan sepucuk surat.

“Makasih, Han. Aku pulang dulu, ga enak sama Putra.”

***

Sesampainya Resti dirumah, ia langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat. Ia menghidupkan laptopnya, sembari menunggu laptop tersebut siap digunakan ia buka amplop besar berwarna coklat itu. Benar saja, ada sebuah surat dan sebuah CD, pertama ia membaca surat tersebut.

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu…

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” (Aku Ingin, karya : Sapardi Djoko Damono)

Aku tahu mungkin selama ini aku hanya bisa mengirimkan surat-surat dan semua barang itu tanpa menampakkan diriku yang sebenarnya. Jujur saja, aku sangat ingin bertemu langsung denganmu, berbincang-bincang sambil memandang bola matamu yang indah itu. Tetapi mungkin kau tidak sadar, bahwa selama ini kita pernah berbincang-bincang. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam, sungguh aku benar-benar mencintaimu. Tetapi aku tahu kita tak bisa bersama, kau tidak perlu tahu kenapa, tetapi yang perlu kau tahu hanya “bahwa aku mencintaimu”. Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan, keadaan ini memang menyakitkan. Tetapi dengan kau bahagia saja aku sudah bisa tersenyum. Aku harap kau tidak keberatan dengan semua ini. Aku harap kau tidak merasa dikuntit oleh seoerang agen intelijen, padahal aku hanya orang biasa yang ingin berusaha dekat denganmu, dan aku sekarang memang benar-benar ada didekatmu. Tetapi kini kau akan menjadi milik orang lain, hatiku terpukul saat melihat surat-suratku sudah tak kau baca lagi, ditambah ketika aku mengetahui kenyataan ini, bahwa kau akan menikah… Aku tak meminta kau membalas surat ini, bahkan membalas cinta ini. Tapi aku mohon, mengertilah…

Tiba-tiba Resti teringat dengan beberapa kata yang ada didalam surat tersebut, surat itu adalah surat dari lelaki misterius yang selama ini mengakui adalah penggemar Resti! Resti terkejut membaca surat itu. Ntah kenapa hatinya sedikit pilu membaca surat tersebut. Ia langsung mengambil CD yang ada bersama surat tersebut dan membuka dilaptopnya. Betapa terkejutnya Resti ketika melihat sebuah video rekaman lelaki yang duduk manis didepan kameranya dan membuat video itu untuk Resti. Lelaki itu adalah ANDRI.

“Hai Res, mungkin kau akan terkejut melihat video ini. Iya, aku adalah Andri, seorang pelanggan yang dua kali membeli Rainbow Cakemu. Aku lah lelaki misterius itu. Maaf jika selama ini aku tidak memberitahu yang sebenarnya. Kau wanita yang sederhana, terlihat dari cara kau menyapaku, kau langsung memikat hatiku.”

Didalam video itu, terlihat mata Andri berkaca-kaca, dan tak lama kemudian bulir-bulir air mata jatuh dipelupuk matanya.

“Jadi, kau akan menikah? Selamat kalau begitu, haha. Hiks… Semoga lelaki yang akan 
 mendampingi hidupmu dapat membahagiakanmu, ya. Maaf kalau aku cengeng, a…aku hanya berusaha menyadarkan diriku bahwa kau dan aku memang tidak bisa bersama. Kira-kira kau bisa bayangkan tidak betapa hati ini teriris. Ah, mungkin aku yang bodoh..”

Ditengah video itu, tiba-tiba aliran darah segar keluar dari hidung Andri. Resti semakin terkejut dengan semua itu, apa yang terjadi dengan Andri? Tetapi seakan tidak merasakan apa-apa, Andri membiarkan darah itu menetes hingga membasahi tangannya. Sayangnya itu hanya video, jika benar-benar Andri ada didepan Resti maka Resti akan mengelapnya.

“Mungkin setelah kau menonton video ini, aku sudah tiada Res… I…iya… aku sudah tiada. Lihat kan? Betapa lemahnya aku sekarang? Kanker otak yang sudah tak bisa ditolong. Kematian sudah didepan mata untukku. Tetapi aku senang karena diakhir hayatku, aku bisa mencintai wanita sepertimu. Kaulah cinta terakhir untukku, bahkan aku tak sempat untuk memelukmu terakhir kalinya, aku juga tak sempat untuk melihat bola matamu yang indah itu. Mungkin… mungkin inilah pesan-pesan terakhirku, setidaknya aku masih bisa memberikan isyarat kepada hujan yang telah menjadikanku tiada. Aku  akan selalu mencintaimu…

Semoga kau bahagia, doaku selalu menyertaimu. Selamat tinggal, Resti.”

Diakhir video itu, Andri menangis sesenggukkan. Tak sadar Resti pun ikut menangis, 
kenapa diam-diam ternyata ada orang yang benar-benar mencintainya? Resti merasa bersalah, ia bingung dengan semua ini. Tiba-tiba Putra menelpon.

“Halo, Res. Kamu dimana? Ayo kita kerumah sakit, Ari meninggal.” Ujar suara Putra disebrang yang terlihat sangat tersekat ingin menangis.

Tak lama kemudian Resti dijemput Putra untuk segera melaju ke Rumah Sakit Sudarso, Resti memahami luka yang menyelimuti Putra. Ia hanya diam saja, Putra pernah bilang bahwa ia dan Ari memiliki kedekatan seperti kakak adik, jadi Resti mengerti perasaannya.

Sesampai di rumah sakit mereka berdua berlari menuju ruangan yang telah diinformasikan tante Ari keada Putra sebelumnya. Sesampainya diruangan tersebut, tangisan pecah karena seluruh keluarga telah berkumpul dan menangis satu sama lain. Betapa terkejutnya Resti, melihat sosok yang terbujur kaku dengan darah segar masih mengalir dihidungnya, ia adalah… ANDRI. Jadi, ternyata selama ini Andri atau yang disapa Ari itu adalah…

“Andri mengalami tekanan beberapa hari ini, puncaknya ketika dia baru pulang dari sebuah toko kue tadi. Dia sudah tidak bisa bertahan, sesuai dengan prediksi kami, ia hanya mampu hidup selama beberapa bulan saja. Mari kita doakan yang terbaik untuknya, semoga ia tenang disana.” Jelas seorang dokter yang jasnya juga ikut berlumuran darah segar.




Rabu, 09 Juli 2014

The Sorrowful of Palestine

Today i'm so sad, because i have been read the news about Gaza... Gaza bleeding again...
And now, the majority vicitms are child, why? It's so hurt me, and make me wanna to cry. Does the soldiers still have their heart?
Why are this war not stopped? Why should make others suffering. This is Ramadhan, Palestine's people want to fasting and celebrate their special month! But why, this Ramadhan have to be a saddest month?



I just thinking, why should this happen? This is not about religion, but this is about humanity!

And one thing again, where is the United Nations? Where is the tool of world's peace? Why are they just silent about Gaza? And where are UNICEF? There  are many children killed in Gaza, why are they just silent? That should there's no that organization i think, because they can't do anything for Gaza today.





But, this incident not spread widely because there's no mass media want to make it big. I'm very disappointed. Everyone looks like blinded by world's cup, they forget about suffering in Palestine!

We are same here, we are human, who have rights to life prosperous and peacefully. Can you imagine that, you being in Palestine now? Be threaten by guns, bomb, and rockets?




DEAR ISRAEL, I BEG YOU TO STOP THE ATTACK WHO KILLED MUCH INNOCENT PEOPLE... PLEASE LISTEN TO YOUR HEART... THERE ARE MANY PEOPLE WHO LOSING THEIR CHILD, MOM, DAD, FRIENDS BECAUSE YOUR GUN...