Sudah
3 hari aku merasa tidak enak badan, ntah kenapa akhir-akhir ini aku badanku
terasa lemas, cepat lelah, & pusing. Sehingga membuat aku tidak semangat
belajar di sekolah.
“Kamu
sudah minum obat, Bin?” tanya ibu
“Belum,
bu. Nanti saja, soalnya Bintang belum makan” jawabku
“Jangan
lupa minum obat ya, nak. Nanti sore mau ke dokter tidak?”
“Tidak
usah, bu. Mungkin Bintang Cuma kecapekan karena baru selesai Ujian Sekolah”
Keluarga
ku memang termasuk keluarga yang sederhana, sehingga aku tidak mau terlalu membebani
ibu dalam mengeluarkan uang. Aku kadang membantu paman memetik cabe dikebunnya,
sehingga ada sedikit tambahan rejeki untuk aku jajan disekolah. Meskipun aku
baru duduk dikelas 9 SMP, tetapi aku sudah disuruh untuk belajar mandiri oleh
ayah, maka dari itu aku sudah mulai mencari pekerjaan, meskipun hanya pekerjaan
sementara.
***
“Bu,
Pak, Bintang pergi sekolah dulu ya.
Assalamualakum” salam ku sambil bergegas ke sekolah
Aku
berangkat bersama sahabatku, Nana menggunakan sepeda. Diperjalanan kami berbincang
tentang rencana tour yang akan datang. Tiba-tiba aku kembali merasakan pusing,
disertai mimisan. Nana yang melihat itu segera turun dari sepedanya &
menolongku.
“Kamu
kenapa, Bin? Tanya Nana
“Ga
tau nih, akhir-akhir ini aku sering sakit kepala & capek. Tapi, baru kali
ini mimisan” jelasku
“Kamu
udah ke dokter?”
“Belum”
“Kenapa
belum? Ntar pulang sekolah kita ke dokter yah?”
“Tapi…”
“Ihh,
udah. Ga pake tapi-tapian, ntar kenapa-kenapa baru tau. Tante sama Om udah tau
belum kalau kamu sakit?”
“Udah,
tapi aku bilang aja kalau aku Cuma kecapekan karena abis Ujian Sekolah kemarin”
“Ohh,
pokoknya pulang sekolah kita langsung ke dokter. Oke?”
“Iya
deh”
Aku
tidak bisa menolak ajakan dari Nana, karena Nana itu orangnya sedikit keras
kepala, jadi semua kemauan dia yang menurutnya baik pasti harus dituruti.
***
Setelah
pulang sekolah, aku & Nana pergi ke dokter terdekat untuk memeriksakan
diri. Untung saja, hari ini aku membawa uang lebih untuk membayar biaya
pemeriksaan nanti.
“Gimana
dok keadaan teman saya?” tanya Nana
Sedangkan
aku baru saja turun dari tempat pemeriksaan
“Sepertinya
teman adik terkena Leukimia, tetapi ini perlu diberi tindakan lanjut dengan
memeriksakan teman adik ke Rumah Sakit yang lebih lengkap perawatannya” jelas
dokter
“Apa?
Leukemia?” ujar ku
“Wah,
serius dok? Kira-kira udah parah belum Leukimianya dok?” tanya Nana
“Kalau
menurut hasil pemeriksaan saya, sepertinya sudah hampirn parah. Karena belum
ada tindakan untuk mengobatinya. Sebaiknya dibawa ke Rumah Sakit, supaya
penyakitnya tidak semakin parah”
“Ohh,
baiklah dok. Kalau begitu terima kasih ya, dok. Kami pulang dulu”
“Sama-sama,
hati-hati dijalan ya dik”
Aku
tidak menceritakan hal ini kepada Bapak & Ibu, karena aku tidak mau membuat
mereka khawatir. Setelah pulang dari pemeriksaan, Nana langsung mengajakku
pergi ke Rumah Sakit untuk mengetahui kebenaran penyakitku. Aku melakukan tes
darah & harus menunggu 3 hari untuk menerima hasil tes. Aku & Nana pun
pulang.
***
Bel
tanda masuk berbunyi, seluruh siswa masuk ke kelasnya masing-masing termasuk
juga aku. Hari ini pelajaran Pak Rio guru Bahasa sekaligus walikelasku. Setelah
mengucapkan salam & berdoa, Pak Rio mengenalkan seorang murid baru kepada
siswa kelas 9A.
“Anak-anak,
hari ini kita kedatangan teman baru. Namanya Kevin, ayo perkenalkan dirimu nak”
ujar Pak Rio
“Hai
teman-teman, nama saya Kevin, saya pindahan dari SMP 21 Sanggau. Semoga kita
bisa berteman baik ya” ujar siswa baru tersebut
Setelah
itu, Pak Rio menyuruh siswa baru itu duduk. Kebetulan, Agus selama ini duduk
sendiri, jadi Kevin dipersilahkan Agus duduk disampingnya.
Siswa
baru tersebut sepertinya merupakan anak yang pintar, karena sewaktu Pak Rio
memberi tugas, ia bisa mendapat nilai 10.
“Kayanya
tuh cowo pintar deh” ujarku
“Iya
tuh, langsung dapet 10 lagi tugasnya itu” sambung Nana
“Gimana
kita ntar kenalan sama dia aja? Mau ngga?”
“Ide
bagus. Mau deh…”
Saat
istirahat, aku & Nana pun mengajak siswa baru itu berkenalan.
“Hai,
kenalin aku Bintang & ini sahabat aku Nana” ujar ku
“Hai
juga, aku Kevin” jawabnya sambil tersenyum
“Oh
iya, kamu itu pintar ya? Tugas aja bisa dapat 10. Hehe” kata Nana
“Ah,
ngga juga kok. Mungkin Cuma kebetulan aja” jawab Kevin
“Kalo
boleh tau, rahasianya apa sih? Kasi tau donk” goda ku
“Hahaha,
ga ada rahasianya, Bin. Cuma belajar dengan tekun aja, Insya Allah kita jadi
bisa ngerjain soal apapun” ujarnya
Ternyata
Kevin itu seorang cowo yang ramah, friendly, & humoris. Sebentar saja aku
& Nana sudah bisa akrab dengannya. Sepulang sekolah Kevin mengundangku
untuk datang kerumahnya untuk menghadiri acara selamatan nanti sore karena
mereka baru saja menempati rumah baru. Aku & Nana pun menerima ajakannya
tersebut.
Rumah
Kevin tidaklah mewah, sederhana sekali. Orang tuanya ramah kepada aku &
Nana, menurutku keluarga Kevin adalah keluarga sederhana tetapi bahagia. Selain
itu, ternyata Kevin sering membantu Ayahnya bekerja di perkebunan, baik sayur
atau buah. Aku menjadi kagum padanya.
3
hari pun berlalu, Nana mengingatkan ku untuk mengambil hasil tes di Rumah
Sakit, rencananya sepulang sekolah aku & Nana baru akan pergi ke Rumah
Sakit. Tetapi, saat dalam perjalanan ke Rumah Sakit, aku & Nana bertemu
dengan Kevin. Alhasil, Kevin pun ingin ikut dengan kami, aku pun
mengizinkannya.
“Emang
kamu sakit apa sih, Bin?” tanya Kevin
“Katanya
sih Leukimia, tapi ini juga butuh hasil tes untuk pembenarannya” jawab ku
“Wah,
Leukimia? Kok bisa sih?”
“Aku
juga ga tau”
“Moga
aja ga terjadi apa-apa ya sama kamu”
“Iya,
makasih ya, Vin”
Jantungku
berdetak kencang ketika ingin membuka surat hasil tes tersebut. Alangkah
terkejutnya, ternyata aku positif mengidap Leukimia. Aku pun menangis, hidupku
serasa tidak berguna lagi. Nana & Kevin pun berusaha menenangiku.
“Sabar,
Bin. Mulai sekarang kamu harus banyak minum obat, terus makan makanan yang
sehat” ujar Nana
“Betul
tuh, yang penting sekarang tetap optimis aja ya. Insya Allah penyakit kamu bisa
sembuh” sambung Kevin
“Tapi
umur aku udah ga lama lagi, aku sedih banget” kataku
“Hussh…!
Ga boleh ngomong kaya gitu. umur, jodoh, rezeki itu Tuhan yang atur. Jadi kamu
ga boleh sedih ya” kata Kevin menyemangatiku
“Betul
tuh” sambung Nana
Sejak
saat itu, aku menjadi pemurung & tidak semangat. Aku juga lebih sering
sakit kepala & mimisan, kedua orang tua ku tidak ku beritahu tentang hal
ini. Aku semakin takut jika mereka khawatir & sedih atas penyakitku ini.
Aku tahu mungkin semua ini salh, tetapi aku tidak mau merepotkan kedua orang
tuaku.
Keesokkan
harinya, aku bersekolah seperti biasa. Tetapi hari ini, Kevin tidak masuk
sekolah. Aku tidak tau mengapa, padahal baru kemarin dia menyemangati aku pada
saat di Rumah Sakit.
“Eh,
Kevin kemana? Kok ga masuk sekolah?” tanya ku pada Agus
“Dia
sakit, dia ada ngirim surat” jelas Agus
“Ohh,
demam ya?”
“Mungkin
aja kali”
Aku
pun sedikit lega mendengar penjelasan dari Agus. Rencananya aku & Nana mau
menjenguk Kevin sepulang sekolah.
***
“Assalammualaikum,
Kevin” salam ku & Nana
“Waalaikum
salam, eh ada Bintang & Nana. Yuk masuk” jawab ibu Kevin
“Iya,
tante. Kevin ada?” tanya Nana
“Ada
,kok, dia lagi demam jadi tidak sekolah” jelas ibu Kevin
“Ohh,
iya tante. Tadi aku juga tau dari Agus” kata ku
“Duduk
dulu ya, biar tante buatin minum”
“Ga
usah repot-repot tante, saya & Nana Cuma sebentar kok”
“Ohh,
ya sudah. Tante tinggal dulu ya”
“Iya
tante”
“Kamu
ga kenapa-kenapa, Vin? Pucat banget kamu” tanya ku
“Ga
kenapa-kenapa kok, palingan 3 hari aku juga udah sekolah lagi” jawab Kevin
“Ohh,
banyak-banyak istirahat ya” ujar Nana
“Iya,
makasih. Oh iya, ada PR ga?”
“Ga
ada kok, Cuma ngerjain tugas aja”
“Ohh,
syukurah”
“Emm,
udah dulu ya, Vin. Aku & Nana mau pulang dulu, soalnya udah siang. Takutnya
dimarahin orang tua lagi. Hehehe” kata ku
“Iya,
hati-hati ya”
“Oke,
cepat sembuh ya. Kami pulang dulu, Assalammualaikum”
“Waalaikumsalam”
***
Sudah
seminggu Kevin tidak masuk sekolah, & tidak ada kabar darinya, baik melalui
surat ataupun informasi dari Agus. Aku khawatir akan keadaan Kevin.
“Eh,
Bin. Ada kabar dari Kevin ga?” tanya Nana
“Ga
ada, Na. Kok demam bisa sampe seminggu gini ya?” tanyaku
“Aku
juga ga tau, Bin. Gimana kalau kita jenguk dia lagi besok?”
“Boleh,
mumpung libur gitu”
“Sekalian
beliin dia buah, mau ngga”
“Ide
bagus tuh”
“Siip”
Keesokkan
harinya aku & Nana pergi ke toko buah dahulu, untuk membelikan Kevin buah,
setelah itu kami lanjutkan pergi kerumah Kevin.
“Assalamualaikum,
Kevin” salam ku & Nana
“Waalaikumsalam,
Bintang? Nana?” jawab ibu Kevin
“Kevinnya
ada tante?” tanyaku
Tiba-tiba
ibu Kevin terdiam sebentar, sesudah itu dia menyuruh kami masuk ke rumah. Di
dalam rumah, ibu Kevin duduk disampin ayah Kevin & menangis. Aku & Nana
yang tidak tahu apa-apa hanya bisa heran.
“Ibu
kenapa? Kevin mana bu?”
“Nak,
sebenarnya Kevin telah meninggal 2 hari yang lalu” ujar Ayah Kevin
Aku
& Nana terkejut mendengar hal itu, seketika air mata ku tak dapat dibendung
lagi.
“Memangnya
dia kenapa om? Kenapa tidak kasi tau kami?” tanya Nana sambil menangis
“Di
sebenarnya mengidap penyakit Leukimia, tetapi sudah patah & tidak bisa
disembuhkan lagi. Sehingga ia sering sekali sakit, & kemarin ia tak dapat
bertahan lagi. Kami tidak memberitahu kalian karena sesuai dengan permintaan
Kevin. Karena ia tidak ingin teman-temannya sedih akan kepergiannya” jelas Ayah
Kevin
Aku
& Nana hanya bisa menangis terisak-isak, aku tidak percaya bahwa Kevin
telah tiada, rasanya baru kemarin aku melihat senyumannya. Namun sekarang ia
sudah tiada lagi.
“Oh
iya, nak. Kevin ada menitipkan surat ini untuk kalian. Om Cuma amu kinta maaf
jika selama Kevin berteman dengan kalian, ia banyak melakukan kesalahan” ujar
Ayah Kevin sambil memberikan sebuah surat.
Dear Bintang,
Bintang, mungkin saat kamu buka
surat ini, aku sudah tidak ada lagi di hadapan kamu. Aku mau minta maaf karena
aku ga bisa nemenin kamu untuk melawan penyakit leukimia kamu. Sejujurnya, aku
juga terkena penyakit leumimia, Bin. Penyakit aku udah ga bisa disembuhkan
lagi, jadi aku Cuma bisa menghitung hari. Tetapi, sambil menghitung hari
tersebut, aku melakukan hal-hal yang berguna buat ku ataupun orang lain.
Seperti membantu kedua orang tuaku bekerja di kebun, belajar dengan giat,
karena aku tau hidupku tinggal sebentar lagi. Oleh karena itu, aku berharap
kamu harus tetap kuat, ga boleh putus asa, karena jodoh, rezeki, umur, itu
urusan Tuhan. Yang terpenting sekarang kamu lakukan hal-hal positif yang
berguna ya. Oh iya, titip salam juga buat Nana, aku juga minta maaf sama dia
karena ga bisa nemanin dia saat nyemangatin kamu.
Semoga penyakitmu cepat sembuh ya, Bin.
Salam hangat,
KEVIN SEPTIAN
Air
mataku menetes deras, sosok Kevin telah menjadi seorang motivator ku untuk
menghadapi penyakit ini, dia telah mengajariku arti kehidupan, supaya tidak
disia-siakan, arti pentingnya setiap detik hidup agar dimanfaatkan sebaik
mungkin. Terima kasih Kevin, semoga kamu tenang disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar