"DON'T JUDGE MY CHOICE BEFORE YOU KNOW MY REASON"
Setelah dipikir-pikir, apa
untungnya punya blog pribadi? Ya, semakin kesini saya semakin sadar bahwa
didalam blog ini saya bisa menuliskan apapun baik kisah maupun informasi. Blog
ini awalnya merupakan satu tugas wajib sekolah ketika saya SMP, dan saya baru
menyadari kalau kualitas blog saya masih kurang menarik. Tetapi setidaknya,
saya ingin agar blog ini bisa dibaca dan bermanfaat bagi orang lain.
Dari beberapa tulisan, mungkin
saya menceritakan sebuah kisah atau pengalaman yang kurang mendalam. Mungkin karena
pada saat itu saya menulis hanya by the accident, ketika saya timbul hasrat
menulis, maka saya akan menulis. Tetapi jika tidak, untuk mengetikkan satu
kalimat saja malasnya minta ampun.
Baiklah saya akan memulai untuk
memperkenalkan diri saya agar lebih jelas sejelas-jelasnya. Nama saya Fithriyyah,
lahir di Mempawah dan besar serta hidup di Kota Pontianak. Sejak SD,
Alhamdulillah saya selalu memegang juara kelas, walaupun dengan notabene anak “broken
home” dan diasuh oleh nenek saya, tapi ternyata saya bisa mengalahkan anak-anak
yang masih memiliki keluarga lengkap. Saya ingat masa kecil saya, ketika saya
bermain dan berteman dengan anak laki-laki, penampilan saya juga tomboy, dengan
rambut cepak pendek. Masa kecil saya habiskan dengan bermain gambar, kelereng,
tembak-tembak, petak umpet dan bermain layaknya anak-anak (sebelum muncul
gadget seperti saat ini). Jika kalian bertanya kepada anak-anak, mau jadi apa
kalian ketika sudah besar? Sudah pasti mereka akan dengan lantang menyuarakan
pendapat mereka, ingin jadi apa nanti. Tetapi, saat itu saya belum memiliki
cita-cita, jadi ketika ditanya mau jadi apa nanti, saya hanya menjawab tidak
tahu. Dalam mengenyam pendidikan SD, saya sempat sekali pindah sekolah, karena
pindah rumah, saya yang awalnya bersekolah di SD Negeri 29 Pontianak selama
kurang lebih 5 bulan, lalu pindah ke SD Negeri 10 Pontianak. Masih teringat
jelas bagaimana kondisi lingkungan disekitar rumah baru saya, sepi dan tidak
ada anak-anak seumuran saya. Tetapi seiring berjalannya waktu saya menemukan
teman dari gang sebelah, dan tetangga baru. Baru pada akhirnya saya bermain
seperti layaknya anak perempuan, bermain masak-masakan, boneka pasang, dan
lain-lain. Ntah kenapa, dilingkungan tempat tinggal baru ini saya saat itu
menjadi sering melihat sosok-sosok supranatural yang menyeramkan, dan ini
berlangsung sampai akhirnya saya lulus SD.
Perjalanan baru dimulai, saya
lulus SD dan melanjutkan ke SMP Negeri 21 Pontianak yang berada cukup dekat
dengan rumah saya sehingga saya hanya perlu jalan kaki selama 5 menit untuk
sampai kesana. Dan Alhamdulillah, bahkan saat SMP pun saya masih bisa
mempertahankan prestasi saya untuk menjadi juara kelas, karena persaingan saya
terkadang menempati posisi 2 dan bahkan pernah jatuh ke peringkat 4. Saya sangat
ambisius saat itu, dan mulai tertarik untuk belajar keluar negeri. Saya memiliki
impian itu. Dan pada saat itu, karena saya terus bingung dan saya sadar bahwa
saya harus menemukan cita-cita saya, akhirnya saya putuskan untuk menuliskan
dokter sebagai cita-cita saya, dan pengacara. Dari SMP, saya mencoba untuk
aktif di OSIS, saya mencalonkan diri sebagai kandidiat OSIS dan hanya terpilih
sebagai sekretaris. Ntahlah, saya merasa bahwa pemilihan tersebut bukan
berdasarkan kualitas, tetapi banyaknya kuantitas teman yang mendukung. Tidak masalah
menurut saya, saya pasti bisa menjadi yang terbaik nanti, ungkap didalam benak
ini. Saya bertekad untuk melanjutkan SMA di dekat rumah saya juga, kebetulan
SMA tersebut berada dalam wilayah komplek Sekolah Terpadu yang berisi SMP
Negeri 21, SMA Negeri 9, dan SMK Negeri 7. Saya ingin melanjutkan ke SMA dan
mengambil program IPA agar saya bisa mewujudkan cita-cita sebagai dokter. Masa SMP
saya isi dengan kegiatan Pramuka dan Taekwondo. Pikiran saya belum terbuka saat
itu, saya masih seperti katak dalam tempurung. Karena saya sadar bahwa banyak
hal yang bisa saya lakukan didunia ini, dan saya rasa saya sudah menghabiskan
waktu dengan sia-sia, meskipun tidak semuanya terhabiskan seperti itu.
Ujian
Nasional pun diambang pintu, tradisi khas yang tidak bisa lepas pasti kita
semua tahu. Ya, disaat sebagian anak bangun subuh hanya untuk menjemput “sang
kunci”, saya dan beberapa teman (dapat dihitung dengan jari) hanya bisa bangun
subuh untuk mengingat kembali apa yang sudah dipelajari selama ini. Saya tidak
ingin memulai suatu jalan dengan kecurangan, saya ingin kejujuran mendampingi
jalan saya, membuka jalan saya. Meskipun saya digunjing, dikatakan sok pintar,
tetapi kita akan lihat siapa yang benar-benar akan memenangkan ujian itu, ya
meskipun saya mengakui bahwa saya juga sering menyontek saat ulangan, tetapi
tidak dalam UN ini. Di pengumuman kelulusan, saya terlempar ke peringkat 6, dan
teman-teman yang mengandalkan “sang kunci” dan tidak pernah masuk ke dalam 10
besar tiba-tiba naik ke peringkat atas, 1-5. Saya terima, toh saya juga masih
10 besar. Saya yakin, nilai diatas kertas tidak akan membuktikan apa-apa, jika
tanpa ilmu yang dibawa ketika kita meninggalkan tempat dimana kita menutut ilmu
itu sendiri. Pemikiran saya perlahan-lahan mulai berkembang, sedikit demi
sedikit terbuka. Saya berambisi untuk kuliah dengan mendapatkan beasiswa, dan
merasakan kuliah di luar negeri. Saya sudah mulai berambisi dalam hal-hal yang
berbau seperti itu.
Perjalanan terakhir sebelum
perjalanan yang sesungguhnya, saya melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 9
Pontianak. Saya sedikit kaget ketika proses pembelajaran dan sosialisasi di
kelas 10 berlangsung, atmosfir yang saya rasakan sangat berbeda, ketika SMP
situasi yang saya hadapi sangat kompetitif, saya saling kejar mengejar dengan
teman saya, meskipun teman dekat tetapi kalau masalah prestasi saya tidak mau
kalah dengan mereka. Tetapi dikelas baru ini, suasananya berbeda sekali,
situasi kompetitif tidak tampak, karena dikelas 1 ini semua murid baik dari
nilai tertinggi maupun terendah dicampur baur. Di SMA lah, masa keemasan saya
berlangsung. Saya berhasil mempertahankan peringkat 1 dari awal sampai akhir,
sesuai dengan impian saya yang sudah saya targetkan ketika kelas 2 SMA. Tetapi semua
butuh proses.
Dikelas 1, masih menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekolah, belajar, dan indahnya cinta monyet. Saya akui,
sempat menjalin hubungan dengan salah satu teman sekelas, dan berakhir ketika
menginjak 7 bulan hubungan. Dan menurut saya itu adalah batu loncatan yang
sangat berharga, ketika hubungan tersebut berakhir, saya patah hati setengah
mati, pelajaran saya sedikit terganggu. Saya tidak pernah menjalin hubungan
sedekat itu sebelumnya dan dia sudah sangat dekat dengan saya, tiap hari
mengantar jemput dan belajar bersama-sama. Dan itu juga pertama kalinya saya
patah hati, sehingga saya harus berusaha move on, tetapi tidak mudah, butuh
waktu setahun lebih untuk benar-benar bebas dan kembali baik-baik saja. Dalam masa
penyembuhan itu, saya mengambil kesibukan, baik organisasi maupun lomba-lomba. Ketika
kelas 1 saya mencalonkan diri sebagai kandidat OSIS dan terpilih kembali
menjadi sekertaris OSIS. Tetapi saat itu saya masih menjalin hubungan dengan
dia, dan terlena sehingga bekerja tidak maksimal. Saya ditegur oleh Pembina
OSIS saat itu karena tidak menjalankan peran sebagai sekretaris dengan baik,
saya dianggap remeh saat itu, dan saya dianggap tidak berkualitas. Seiring dengan
berjalannya waktu, menunggu untuk pemilihan OSIS selanjutnya, saya berniat
untuk naik sebagai Ketua. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa. Tetapi dalam
perjalanan tersebut tak lepas juga dari keaktifan saya didalam kelas sehingga
saya terus menerus dipercayai untuk ikut berbagai macam lomba akademik, karena
disekolah tersebut yang “mau” dan “mampu” hanya dapat dihitung dengan jari,
sehingga guru-guru selalu mengandalkan orang yang sama dalam lomba yang
berbeda. Saya mengikuti mulai dari lomba matematika, fisika, sejarah, olimpiade
kebumian, bahasa inggris, karya tulis, ceramah, pidato, tenis meja, taekwondo,
seputaran itu, dan mungkin ada beberapa yang saya lupakan. Tetapi meskipun
banyak yang saya ikuti, terutama lomba matematika, fisika, dan bahasa inggris
tidak pernah menang, karena persiapan yang kurang dan terlalu banyak merangkap
sehingga tidak fokus.
Naik ke kelas 2, saya lolos ke
program IPA. Dikelas 2 ini siswa siswi mulai disortir dan saya kembali
merasakan lagi atmosfir kompetisi tetapi tidak terlalu pekat. Saya semakin
dikenal oleh guru-guru seantero sekolah, saya dipercaya dalam banyak hal, patah
hati membuat saya rakus kesibukkan demi melupakan dia. Dalam pemilu OSIS
2013/2014 saya terpilih dan naik sebagai Ketua OSIS, akhirnya target saya
tercapai. Tetapi tanpa saya sadari, saya akan memegang tanggungjawab besar
selain OSIS. Ya, bukan hanya lomba yang membutuhkan saya untuk merangkap banyak
bidang, didalam organisasi juga saya harus memegang jabatan ketua, tak
tanggung-tanggung Gerakan Anti Narkoba dari Kader Anti Narkoba SMA N 9 (Gertinar
El-Nino), Sekolah Hijau Go Green, Kantin Kejujuran, semua saya ketuai. Belum
lagi Pramuka, dan Karya Ilmiah Remaja saya naungi juga, serta menjadi ketua
kelas pada saat itu, sejak SD saya sudah dipercayai terus menerus menjadi ketua
kelas, mungkin karakter ini yang membuat saya selalu ingin menjadi seorang
leader dimanapun saya berada. Merangkap banyak baik di organisasi maupun
kegiatan akademik membuat saya merasa saya telah menemukan apa yang telah saya
cari, prestasi-prestasi akademik mulai saya raih, saya menemukan bakat saya
dalam bidang kepenulisan, memang sejak SMP saya senang menulis cerpen dan
puisi, untuk diikutkan lomba di facebook, dan ketika SMA saya berubah haluan
dari menulis fiktif menjadi menulis ilmiah melalui karya tulis ilmiah. Disinilah
puncak karir saya, dikelas 2 ini. Jika diakumulasikan maka bisa hampir 2 bulan
saya absen belajar hanya untuk ikut seminar, rapat, lomba, dan lain-lain. Saya pernah
bersekolah hanya 1 hari dalam seminggu, bahkan seminggu full tidak sekolah juga
pernah saya rasakan. Disisi lain, karena sering ikut seminar tentang motivasi
saya akhirnya menuliskan impian-impian saya pada buku impian yang saya miliki,
impian, rencana hidup, target, saya tulis semua disitu. Karena katanya kekuatan
impian yang dituliskan lebih besar daripada hanya diingat.
Saya hanya berfokus
pada satu hal, tetap sama saat SMP yaitu ingin melanjutkan kuliah dengan
beasiswa dan merasakan kuliah diluar negeri. Saya masih belum memiliki pilihan
lain selain bercita-cita untuk menjadi dokter, pengacara telah saya coret dari
cita-cita karena saya pikir saya akan berkesempatan untuk membela orang yang
salah, karena pada dasarnya pengacara itu akan membela bagaimanapun kliennya. Saya
lebih memilih untuk menjadi dokter karena saya ingin agar saya dapat bermanfaat
bagi orang lain. Allah pasti menciptakan saya dengan suatu tujuan, tujuan
hidup. Lalu apa tujuan hidup saya sebenarnya? Apakah saya hidup hanya untuk
diri saya sendiri? Atau orang lain? Akhirnya saya memutuskan untuk hidup dengan
bermanfaat bagi orang lain, karena menurut saya sebaik-baiknya manusia adalah
yang bermanfaat bagi sesama.
Mengapa saya ingin menjadi Ketua
OSIS? Karena saya menargetkan untuk bisa mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan
Nasional seperti yang pernah diikuti ketua OSIS sebelumnya. Di bulan Juni 2014
saya diberikan kesempatan untuk mewakili Kalimantan Barat mengikuti Lawatan
Sejarah Nasional (LASENAS) di kabupaten Siak, Provinsi Riau. Hal ini saya dapatkan tidak
mudah, saya awalnya harus mengikuti Lawatan Sejarah Daerah di Bengkayang
terlebih dahulu, awalnya saya tidak mengira bahwa dari kegiatan ini akan
berlanjut ke nasional. Tetapi karena tujuan dari kegiatan ini untuk memilih
perwakilan ke tingkat nasional, maka saya memasang target bahwa saya harus
terpilih. Selama kegiatan saya berusaha memberikan yang terbaik, dan
Alhamdulillah saya dipercayai bersama satu rekan dari Bengkayang bernama Jhon
untuk pergi ke Riau. Ini merupakan suatu hal yang tak pernah saya rencanakan
sebelumnya, tetapi Allah memberikan hal ini kepada saya, saya sangat bersyukur.
Kegiatan tersebut sangatlah menyenangkan, dan berkesan. Selang beberapa bulan,
saya dipanggil oleh kepala sekolah, dan Alhamdulillah saya dipilih untuk ikut
Latihan Dasar Kepemimpinan Nasional di Sekolah Calon Perwira (SECAPA AD)
Bandung, Jawa Barat bersama 8 rekan OSIS dari sekolah lain. Saya sangat
bersyukur dengan semua pencapaian yang sudah saya dapatkan saat itu, meskipun
sibuk saya tetap bisa mempertahankan peringkat pertama, karena saya sudah
menargetkan bahwa tidak ada yang boleh merebut posisi saya yang satu ini. Meskipun
terkesan egois, tapi hal ini yang memacu saya belajar, sehingga saya tidak mau
membiarkan diri saya tenggelam dalam kemalasan. Semakin mendekati semester
akhir kelas 2 ini, mata serta pikiran saya mulai terbuka. Ternyata banyak
sekali hal yang dapat saya lakukan selama ini. Saya mulai tertarik dengan dunia
kepemudaan seperti Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN), pertukaran pelajar,
magang diluar negeri, dan semua hal yang berhubungan keluar negeri. Saya mulai
tertarik dengan Hubungan Internasional ketika ada salah satu teman dalam
seminar Gender Fair Camp yang mengatakan bahwa ia ingin menjadi Duta Besar dan
kuliah mengambil jurusan itu. Saya tertarik dan menuliskan Duta Besar sebagai
salah satu cita-cita saya. Akhirnya saya memiliki 2 opsi pilihan, akan jadi apa
saya nanti dimasa depan?
UN semakin mendekat, sebelum UN
diselenggarakan siswa-siswi akan didaftarkan untuk mengikuti Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau biasa kita sebut masuk PTN melalui
jalur rapot. Siswa diberikan 2 opsi PTN 3 prodi. Saya bingung, semua hal yang
telah saya alami selama ini membuat saya semakin terobsesi ingin keluar negeri,
dan juga bermanfaat bagi orang lain. Saya bingung ingin meletakkan Pendidikan
Dokter atau Hubungan Internasional dipilihan pertama? Mengambil keputusan
sendiri dan dengan sharing bersama guru les, nilai rapot saya diprediksi akan
lolos di kedokteran jika saya meletakkan Pendidikan Dokter di pilihan pertama. Saya
masih belum tau tentang biaya serta apa yang akan terjadi ketika saya sudah
memilih, yang ada dibenak saya saat itu adalah, perkuliahan terlihat akan lebih
mudah untuk mencoba hal-hal baru daripada di SMA. Saya bingung, saya sedikit
pesimis, dan akhirnya saya meletakkan Pendidikan Dokter dipilihan pertama dan
Hubungan Internasional di pilihan kedua, keduanya sama-sama di Universitas
Tanjungpura Pontianak. Dan opsi pilihan PTN lain adalah Universitas Indonesa
prodi Sastra Jepang. Pilihan telah dibuat, saya tidak bisa mengubahnya lagi. Dan
tanpa saya sadari, ternyata pilihan tersebut menimbulkan sebuah masalah disuatu
hari nanti.
UN tahun ini tidak menentukan
kelulusan, kelulusan hanya ditentukan dari pihak sekolah. Saya sedikit lega
mendengar hal tersebut. Kejujuran saya kembali diuji saat itu, diantara semua
angkatan, hanya sekitaran 6 orang termasuk saya yang tidak menggunakan kunci. Sisanya?
You know. Berat? Sangat berat, ntah kenapa UN ini tidak seperti yang saya
bayangkan, tidak mudah, sulit. (Baca Problema Ujian Nasional (UN)). Setelah UN
selesai, saya masih bimbang dan gelisah karena saya merasa akan ada nilai yang
jebol, yaitu matematika. Saya akui bahwa saya sering ketinggalan pelajaran
sehingga harus belajar seadanya, dan itu resiko yang harus saya hadapi ketika
UN, tidak mengerti dengan soal dan bingung harus memulai darimana. Saya kembali diuji, saya digunjing dan dibicarakan dari belakang, karena tidak memakai kunci itu. Saya terima, sekali lagi, saya tidak ingin memulai jalan hidup ini dengan kecurangan, saya ingin kejujuran yang membuka jalan tersebut. Dan Alhamdulillah, ketika saya SMA saya tidak pernah mencontek seperti yang saya lakukan ketika SMP, dan ketika pengumuman kelulusan saya malah mendapatkan bertubi-tubi penghargaan dari sekolah, mulai dari siswi berprestasi hingga Juara 1 umum angkatan IPA SMA Negeri 9 Pontianak. Meskipun pada akhirnya nilai Matematika saya memang benar-benar jebol sehingga saya harus mengambil keputusan untuk ikut Ujian Nasional Perbaikan 2016 untuk memperbaiki nilai Matematika saya. Saya harap hal ini tidak menjadi masalah nantinya.
Untuk mengisi kekosongan waktu, sembari menunggu hasil pengumuman UN serta seleksi jalur rapot saya mengikuti Duta Lingkungan Hidup Kota Pontianak, Alhamdulillah saya berhasil duduk di peringkat 8. Serta mulai aktif ikut lomba-lomba dan kegiatan pelatihan yang saya dapatkan dari teman-teman saya. Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai bergaul dengan orang-orang hebat serta menginspirasi saya, membuat saya memiliki keinginan menggebu-gebu agar bisa menjadi seperti mereka. Dan akhirnya saya sadar, bahwa passion saya adalah di Hubungan Internasional, ya saya suka berbicara dan berdebat, saya suka bersosialisasi. Saya mulai yakin akan lolos di pilihan kedua yaitu Hubungan Internasional (HI) dan menaruh pesimis di Dokter. Kenapa saya pesimis? Karena hal utama yaitu saya bersekolah disekolah yang tidak terlalu terkenal dan ada banyak sekolah-sekolah terkenal yang lebih unggul sisi akademisnya untuk para siswa yang dididik, sehingga peluang kecil untuk saya lulus di kedoketeran, karena saya pasti saya akan kalah saing dengan siswa dari SMA Favorit.
Untuk mengisi kekosongan waktu, sembari menunggu hasil pengumuman UN serta seleksi jalur rapot saya mengikuti Duta Lingkungan Hidup Kota Pontianak, Alhamdulillah saya berhasil duduk di peringkat 8. Serta mulai aktif ikut lomba-lomba dan kegiatan pelatihan yang saya dapatkan dari teman-teman saya. Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai bergaul dengan orang-orang hebat serta menginspirasi saya, membuat saya memiliki keinginan menggebu-gebu agar bisa menjadi seperti mereka. Dan akhirnya saya sadar, bahwa passion saya adalah di Hubungan Internasional, ya saya suka berbicara dan berdebat, saya suka bersosialisasi. Saya mulai yakin akan lolos di pilihan kedua yaitu Hubungan Internasional (HI) dan menaruh pesimis di Dokter. Kenapa saya pesimis? Karena hal utama yaitu saya bersekolah disekolah yang tidak terlalu terkenal dan ada banyak sekolah-sekolah terkenal yang lebih unggul sisi akademisnya untuk para siswa yang dididik, sehingga peluang kecil untuk saya lulus di kedoketeran, karena saya pasti saya akan kalah saing dengan siswa dari SMA Favorit.
Tetapi semuanya terbantahkan oleh
hasil pengumuman SNMPTN tersebut, saya tidak percaya, saya kaget setengah mati,
saya lulus di pilihan pertama, Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura
Kalimantan Barat. Itu artinya, saya akan menghabiskan 6 tahun disana. Untung saja
saya mendaftarkan diri saya dalam program beasiswa bidikmisi, sehingga saya
dapat meringankan beban orang tua agar tidak pusing mencarikan biaya untuk
kuliah yang terkenal sangat tinggi.
Sedih, tidak percaya, ingin tidak
mengambil pilihan itu, semuanya berkecamuk didalam pikiran saya. Kenapa saya
malah terlihat menyesali apa yang sudah saya pilih? Jawaban saya yaitu, saya
hanya takut. Takut apa? Saya hanya takut, bahwa impian-impian saya yang sudah
saya susun rapi, dan sudah saya rencanakan untuk saya ikuti nanti, tidak bisa
diwujudkan sama sekali. Karena kuliah di kedokteran pada dasarnya adalah
belajar untuk menyelamatkan nyawa orang lain, sehingga tidak boleh main-main
dan harus fokus. Banyak sekali hal-hal yang sudah saya rencanakan untuk saya
coba ikuti ketika kuliah, seperti Pertukaran Pemuda Antar Negara, Kapal Pemuda
Nusantara, Youth Exchange, tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Intinya kegiatan
tersebut jika ddikuti akan memakan waktu berhari-hari, saya hanya takut ketika
saya mengikuti kegiatan tersebut saya malah akan membuat masa kuliah saya
semakin lama dan beasiswa saya akan tidak cukup memenuhi kebutuhan kuliah saya.
Jika seandainya saya lulus di HI, maka mungkin akan mudah bagi saya untuk
mengejar ketertinggalan kuliah saya, karena menggunakan SKS, sedangkan di
kedokteran itu sendiri menggunakan sistem modul. Belum lagi dengan regulasi
dari beasiswa bidikmisi yang mewajibkan saya untuk menjaga IPK agar tetap
diatas 3, maka itu akan semakin membuat saya susah untuk aktif di kegiatan
apapun, saya menjadi harus membatasi diri.
Tetapi saya mulai sadar, bahwa
semua ini seharusnya saya syukuri, nikmat Allah yang telah saya terima begitu
luar biasa. Lulus kedokteran melalui rapot tanpa harus repot-repot tes, lalu
dibiayai penuh oleh beasiswa. Apa lagi yang harus saya ingkari? Belum lagi
dukungan penuh dari guru-guru dan keluarga, semakin membuat saya tidak bisa
melepaskan kesempatan yang sudah saya dapatkan ini dan tanpa saya sadari saya
sudah mengangkat nama baik dan keluarga ini dimata tetangga dan keluarga lain, dan terutama saya mengangkat nama baik sekolah saya sendiri, karena saya adalah siswa pertama yang masuk kedokteran melalui nilai rapot, semua guru-guru seantero sekolah sangat membanggakan saya ketika saya datang berkunjung kesekolah, terharu serta bersyukur yang saya rasakan.
Memang pada awalnya saya ingin melepaskan dan ikut tes untuk tetap mengejar HI,
tetapi jika saya melepaskan kesempatan ini maka akan membuat nama sekolah saya
jelek dan saya akan menjadi seseorang yang merugi karena sudah melepaskan
kesempatan yang tidak semua orang bisa dapatkan.
Jika memang Allah memberikan
takdir kepada saya untuk lulus di pilihan kedua, tidak ada susahnya untuk Ia
mengatur segalanya bukan? Mengganti siang menjadi malam saja mudah, apalagi
mengganti nasib seorang hamba-Nya. Ini sudah menjadi jalan takdir saya, dan
saya harus menerimanya. Lagipula jika ditelusuri, menjadi dokter adalah tujuan
yang sudah saya targetkan jauh-jauh hari, sehingga untuk apa saya mati-matian
belajar demi masuk IPA?
Saya hanya merasa baru menyadari
passion saya yang sebenarnya, saat itu juga passion saya di kedokteran hilang
tak berbekas. Dan akhirnya setelah semua ini terjadi saya harus mencari lagi,
mengumpulkan passion agar saya kembali bersemangat untuk kuliah di kedokteran. Saya
hanya khawatir jika jalan yang akan saya hadapi ini membuat saya tidak bisa
mencapai impian-impian saya yang lain, saya hanya ingin menjadi seseorang yang
valuable dalam usia muda, berpengalaman, dan menjadi yang terbaik diantara yang
terbaik. Sepertinya hanya saya yang mengkhawatirkan hal-hal seperti ini,
teman-teman saya yang lain terlihat tidak memikirkan apapun. Saya tau, bahwa
mereka belum menemukan hal-hal apa saja yang bisa mereka lakukan sebenarnya,
tetapi saya saat ini sudah menemukan banyak hal yang bisa saya coba lakukan,
tiap kesempatan saya akan coba ambil. Saya paham dengan kekuatan memiliki
target, saya menuliskan target-target saya dengan jelas, dan berharap semuanya
akan terwujud dalam waktu yang tepat.
“Jika kau bergaul
dengan pencuri, maka kamu juga akan mencuri. Jika kamu bergaul dengan penjual
minyak wangi, sudah tentu pasti kau juga akan ikut wangi.”
Saya ingin memepersiapkan diri sedini mungkin, mengetahui banyak kesempatan sebelum waktunya daripada mengetahui kesempatan setelah itu berlalu, serta bergaul dengan orang-orang sukses. Orang-orang luar biasa yang ada disekitar saya membuat ambisi saya terbakar, saya menyadari bahwa prestasi serta pengalaman yang saya dapat kan selama ini masih belum sebanding dan sebanyak mereka. Tingkat pengalaman saya hanya sampai nasional, sedangkan mereka hingga internasional. Terkadang aku merasa minder untuk bergaul dengan mereka. Tetapi, jika saya bergaul dengan mereka maka saya pasti juga akan bisa sukses seperti mereka.
Saya ingin memepersiapkan diri sedini mungkin, mengetahui banyak kesempatan sebelum waktunya daripada mengetahui kesempatan setelah itu berlalu, serta bergaul dengan orang-orang sukses. Orang-orang luar biasa yang ada disekitar saya membuat ambisi saya terbakar, saya menyadari bahwa prestasi serta pengalaman yang saya dapat kan selama ini masih belum sebanding dan sebanyak mereka. Tingkat pengalaman saya hanya sampai nasional, sedangkan mereka hingga internasional. Terkadang aku merasa minder untuk bergaul dengan mereka. Tetapi, jika saya bergaul dengan mereka maka saya pasti juga akan bisa sukses seperti mereka.
Sebentar lagi saya akan mulai
masuk kuliah, memulai perjalanan hidup yang sesungguhnya. Semakin lama saya
merasa semakin memiliki banyak kesempatan namun belum bisa mencoba. Saya hanya
bisa berdoa meminta kepada Allah agar segala urusan akan dipermudahkan. Sesungguhnya
jika saya banyak bersyukur maka Allah akan menambah nikmat-Nya. Selalu ada
harapan bagi yang terus berdoa, selalu ada jalan bagi yang mau berusaha.Saya akan terus mengasah dan memperisapkan diri, sehingga jika nanti pada akhirnya kesempatan benar-benar datang, saya akan siap untuk menangkap kesempatan tersebut dengan persiapan yang matang.
SUCCES TIPS
Don't be afraid TO FAIL
Be DIFFERENT
Cherish the PROGRESS
DISCIPLINE
Have your PASSION
Ready for the OPPORTUNITY
Have FAITH
(Mery Riana)