Rabu, 01 Januari 2014

AKHIR DARI SEBUAH MENUNGGU


Olive masih duduk menunggu & termenung memeluk sebuah lukisan di depan sebuah danau dimana ia bertemu dengan pujaan hatinya, Reza. Pada waktu itu Olive sedang melukisa pemandangan danau yang indah itu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang pria.

“Wah, lukisannya bagus ya” ujar pria itu

“Makasih. Ngomong-ngomong kamu siapa ya?”

“Kenalkan nama aku Reza, aku seorang fotografer. Kebetulan aku ingin memotret pemandangan disekitar danau ini. Kalau kamu pasti seorang pelukis ya?”

“Oh, fotografer. Hm, nama aku Olive aku bukan pelukis kok. Melukis Cuma hobi aku”

“Ohh, gitu ya. Tapi lukisan kamu bagus kok, bener deh. Ga kalah sama pelukis profesional”

Dari perbincangan itu Olive & Reza pun semakin dekat, tepat bulan ke 5 setelah mereka bertemu, Reza menembak Olive didanau mereka bertemu dulu.”

“Sejak awal kita bertemu sampai saat ini, aku ngerasa nyaman sama kamu, aku ngerasa kamu orang yang tepat untuk aku cintai terakhir kalinya. Will you be my girlfriend?” ucap Reza

“Sama, Za. Aku ngerasa sama kayak kamu, aku mau kok jadi pacar kamu.” jawab Olive
Sejak saat itu mereka resmi berpacaran, Reza berjanji akan segera mengajak Olive menikah apabila ia telah mengumpulkan cukup uang untuk pesta pernikahannya, suatu hari nanti.

***

Pada suatu hari, Reza diminta untuk menjadi fotografer di sebuah acara pameran bergengsi diluar negeri, sudah pasti gaji yang akan diberikan cukup besar daripada acara didalam negeri.

“Sayang, aku akan pergi ke Jerman selama 2 minggu. Aku janji setelah aku pulang nanti, aku akan langsung melamarmu & kita akan menikah.” ujar Reza

“Tapi sayang, apa ga kejauhan ke Jerman? Aku takut kamu kenapa-kenapa” jawab Olive sedih

“Aku tahu sayang ini mungkin sulit, tapi ini demi masa depan kita.”

Olive hanya bisa terdiam, kata-kata Reza benar. Reza melakukan hal ini untuk masa depan mereka.

Hari itupun tiba, Olive mengantar Reza ke bandara.

“Aku pergi dulu ya, sayang. Kita akan bertemu di danau itu lagi ya, Dah” kata Reza

Olive pun melepas kepergian Reza, dalam hatinya ia selalu berdoa agar semuanya akan baik-baik saja.

***

2 minggu sudah Reza pergi, seharusnya hari ini ia sudah pulang. Mungkin Reza mengalami suatu kendala sehingga ia tidak bisa pulang.

Sebulan sudah Reza tidak pulang, Olive masih menanti kedatangan Reza didanau tersebut.Wajahnya pucat, badannya agak kurus, pandangannya menerawang kosong. Ia pun jatuh pingsan, tak lama nafasnya pun perlahan-lahan hilang, detak jatungnya sudah tak terdengar, burung-burung sudah tidak berkicau lagi, hanya senja yang menyelimuti badannya yang dingin. Sebuah Koran tergeletak disampingnya, terdapat sebuah berita yang berbunyi:

PESAWAT PENERBANGAN JERMAN-JAKARTA JATUH TERGELINCIR & MENEWASKAN 10 ORANG PENUMPANG.
Jakarta, (04/02) Pesawat penerbangan Jerman-Jakarta jatuh tergelincir & membuat 10 orang penumpang tewas akibat terbakar, 40 penumpang lainnya berhasil selamat karena cepat menyelamatkan diri 10 menit sebelum terjadinya kebakaran didalam pesawat & penumpang yang tewas diperkirakan terjebak & pingsan tertimpa barang bawaan sehingga tidak dapat mengevakuasi diri. Penumpang yang tewas antara lain : Bcsing Thom (38), Anne Hchitz (50), Reza Putrawarsa (22),………

GADIS RUMAH A13


Jam bekerpun berdering membangunkan Rio yang sedang tertidur pulas. Matahari perlahan mulai menampakkan wujudnya, udara segarpun menusuk penciuman. Rio memulai hari pertamanya disebuah komplek perumahan baru yang ia tinggali 3 hari yang lalu. Ia pun memulai aktivitasnya dengan jogging sebentar mengelilingi kompleksnya, sebelum ia bergegas untuk pergi kuliah. Ia memang sengaja pindah ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah S2-nya.

“Kok masih sepi ya? Orang-orang disini kayaknya jarang olahraga pagi nih…” ujar Rio

Setelah 30 menit jogging mengelilingi komplek, Rio bergegas pulang, dalam perjalanannya ia melihat seorang wanita sedang membereskan barang belanjaannya yang jatuh berantakan dijalan. Tanpa pikir panjang, Rio pun segera membantu wanita itu.

“Barangnya kenapa mbak?” tanya Rio sambil ikut membereskan barang wanita itu

Namun, wanita itu tidak menjawab, ia tetap menunduk & membereskan barangnya tersebut. Tak lama kemudian setelah selesai membereskan barang-barang tersebut, wanita itupun mengucapkan terima kasih kepada Rio.

“Terima kasih” ujarnya

“Sama-sama, kalau boleh tau mbak tinggalnya dimana ya?” Tanya Rio

“Di sekitar sini, A13” jawab wanita itu sambil meninggalkan Rio

“Wanita itu lumayan cantik, rambutnya terurai sampai ke punggung, tappi terlalu pendiam” ujar Rio sambil melanjutkan perjalanannya pulang.

Ketika ingin sampai dirumahnya, ia sadar bahwa ia sedang melewati rumah bernomor A13, rumah gadis pendiam yang ia temui tadi. Jaraknya hanya 2 rumah dari rumah Rio. Sebenarnya ia ingin singgah sebentar ke rumah itu, tetapi ia masih sungkan untuk sekedar menyapa pemilik rumah tersebut.

***

“Hai, anak baru ya?” sapa seorang wanita kepada Rio

“Iya, hehe” jawab Rio

Ternyata wanita itu bernama Nina, akhirnya merekapun berkenalan & menjadi dekat. Kebetulan, rumah Nina juga dekat dengan rumah Rio,hanya saja rumah Nina terletak diseberang perumahan Rio.

“Udah berapa lama disini?” Tanya Nina

“Hmmmm, belum ada seminggu sih…” jawab Rio

“Ohh… Sendirian tinggal disini?”

“Iya, sendiri”

“Ntar malam boleh ga aku kerumah kamu?”

“Boleh, boleh… Emang mau ngapain?”

“Ngga ngapa-ngapain sih, cuma main-main doang, boleh kan?”

“Ohh, boleh dong… Aku tunggu ya”

“Oke, tapi rumah kamu nomor berapa?”

“Rumah aku no A11”

***

“Assalammualaikum” salam Nina sambil mengetuk pintu

“Waalaikumsalam, yuk masuk” jawab Rio sembari membuka pintu

Belum beberapa lama Nina bertamu, tiba-tiba lampu rumah Rio padam.

“Wah pemadaman listrik tiba-tiba nih” ujar Rio

“Keluar aja yuk?” ajak Nina

Akhirnya mereka berdua bersantai di luar rumah sambil menikmati indahnya malam. Namun, tiba-tiba Rio melihat wanita yang kemarin ia temui lewat di depan rumahnya.

“Mbak…!” teriak Rio sambil berjalan ke arah wanita itu

“Oh iya, kemarin aku belum sempat nanya nama kamu, nama aku Rio. Kalau boleh tau nama mbak siapa?”

“Selly” jawab singkat wanita itu

“Eh, ngapain?” kejut Nina sambil menepuk bahu Rio

“Kamu ini ngagetin aja, nih aku mau kenalin kamu…” kata Rio belum selesai, karena ia melihat Selly sudah tidak ada di hadapannya.
“Siapa hayoo?” tanya Nina

“Tadi ada orang kok disini” jawab Rio

***

Seperti biasanya, Rio melakukan aktivitasnya setiap pagi, yaitu jogging. Ia pun kembali bertemu dengan Selly lagi.

“Sel, semalam kemana? Padahal aku ngenalin kamu ke teman aku” jelas Rio

“Pulang, A13” jawab Selly

“Hmmm, boleh ngga kapan-kapan aku main kerumah kamu?”

Selly tak menjawab, tapi langsung pergi meninggalkan Rio. Tiba-tiba Rio melihat sebuah kalung berliontin jatuh dihadapannya.

“Jangan-jangan ini kalung Selly” ujar Rio                       

Rio pun membuka liontin kalung tersebut & ia melihat foto Selly didalamnya. Selly terlihat cantik didalam foto tersebut. Rio berencana datang kerumah Selly untuk mengembalikan kalung liontin tersebut kepada Selly.
Suasana pun tiba-tiba menjadi sepi tak seperti biasanya, Rio pun merinding & segera pulang kerumahnya. Sepi itu semakin menjadi ketika ia lewat dirumah Selly. Padahal awalnya Rio ingin bertamu ke rumah Selly, tapi Rio mengurungkan niatnya tersebut, ia berniat mengembalikan kalung tersebut nanti malam.

***
“Triittt…triiittt…triiiitttt” handphone Rio bordering tanda menerima sebuah SMS.
“Malam ini ada dirumah ngga?” FROM : Nina
“Ada kok, emangnya kenapa? Mau datang?” REPLY : Rio
“Iyam bantuin aku ngerjain tugas ya?” FROM : Nina
“Ok” REPLY : Rio

Setengah jam pun berlalu, namun Nina belum juga datang. Akhirnya Rio pun memutuskan untuk pergi kerumah Selly, mengembalikan kalung liontinnya yang jatuh dijalan.

“Tok…tok…tok… Permisi, Rina…?” kata Rio sambil mengetuk pintu rumah Selly

Namun setelah beberapa menit berlalu, pintu tak kunjung dibuka. Ternyata pintu rumah Selly tidak dikunci, Rio pun masuk kedalam rumah tersebut. Suasana sepi pun menyekat rasa, ditambah lagi dengan keadaan rumah Selly yang gelap. Perlahan-lahan Rio menelusuri ruang utama untuk mencari sakelar lampu. Setelah lampu dihidupkan, Rio kaget dengan keadaan rumah tersebut yang sudah tak terurus, berantakan, & kotor.

“Apa benar ini rumah Selly? Kok kotor ngga terurus gini sih” kata Rio

Tiba-tiba Rio dikejutkan dengan lewatnya sosok bayangan ke arah sebuah kamar. Rio pun mengikuti kemana bayangan tersebut pergi, & akhirnya Rio masuk ke sebuah kamar. Dikamar tersebut Rio melihat ada sebuah meja rias, diatasnya terdapat sepucuk surat, sebuah kotak musik, & sisir yang berdarah. Karena penasaran Rio pun mengambil kotak music & surat itu. Pertama, ia membuka kotak music tersebut, ia lihat ada foto Selly dengan seorang pria, yang ia duga sebagai pacarnya.

“Gebraakkkkk….!!!” Tiba-tiba suara barang jatuh mengagetkan Rio. Rio pun mulai merapatkan diri ke dinding, & Rio mencoba membaca surat yang dipegangnya itu.

Dear : Selly
Surabaya, 1 Januari 2001
Malam ini, terasa beda tanpamu…
Setelah kau memutuskan hubungan ini
Aku hampa tanpamu, aku tersadar bahwa aku tak bisa hidup tanpamu
Hidup & mati kita harus bersama, tak ada yang dapat memisahkan kita
Walau takdir menghadang, aku akan tetap mempertahankanmu
Malam ini aku akan datang untukmu, kita akan bahagia bersama
Aku akan menjemputmu mala mini, aku harap kau sudah bersiap-siap
Kita akan mengubah takdir, kita akan hidup bersama di alam abadi
TTD: Roy

“Apa maksudnya ini? Hidup bersama di alam abadi? Berarti Selly… Surat ini? 11 tahun yang lalu….” Ujar Rio

Tiba-tiba terdengar suara langkah yang berjalan ke arah Rio, suara tersebut diiringi tangisan seorang wanita yang memanggil Rio, wanita tersebut adalah Selly.

“Duk… duk… duk… duk” suara itu semakin dekat & tiba-tiba menghilang. Rio yang sedang ketakutan tak bisa berbuat apa-apa.

“Rio… rio… rio” terdengar sebuah rintihan kecil memanggil nama Rio, & tiba-tiba kotak musik yang Rio pegang terbuka dengan sendirinya. Kemudian muncullah sesosok wanita, yaitu Selly di cermin meja rias dihadapan Rio. Hal tersebut mengagetkan Rio karena Selly terlihat pucat & lehernya berdarah, tampak ia sedang memegang sisir yang Rio lihat di meja rias tadi. Rio pun berlari menuju pintu keluar untuk melarikan diri, namun entah kenapa pintu itu tiba-tiba terkunci.

“Tolong..!! Tolong..!!!” teriak Rio meminta pertolongan

Namun sepertinya tidak ada yang mendengar jeritan Rio tersebut. Rio mencoba mencari jalan keluar lain. Ia berlari menuju dapur, namun  lagi-lagi ia dikejutkan dengan sosok yang sedang terduduk sambil memandanginya, yaitu hantu Selly. Rio mencoba berlari tetapi tiba-tiba kakinya ditarik oleh sebuah tangan, & ternyata tanga tersebut adalah tangan hantu Selly.

“Jangan bunuh aku, tolong jangan bunuh aku!” jerit Rio
Didalam hati, Rio sembari membaca ayat-ayat al-Qur’an untuk mengusir hantu Selly. Tiba-tiba…

“Rio!!”

“Nina?! Tolong aku!!”

Nina pun datang menolong Rio yang sedang terduduk lemas tersebut.

“Ayo kita pergi sekarang!” ajak Nina

“Darimana kamu tahu kalau aku ada disini?”

“Aku tadi bertanya kepada tetangga sebelah kemana kamu pergi, & dia udah menceritakan semuanya, termasuk rumah hantu ini!”

Mereka berdua pun pergi, namun belum sempat Nina keluar dari pintu, ia seperti ditarik oleh seseorang, & Rio yang saat itu telah berlari keluar, mencoba menarik Nina. Namun gagal.

“Ninaaaa!!!” teriak Rio

Pintu rumah tersebut kemudian tertutup, Rio mencoba untuk membuka, namun tidak bisa.

“Tolong!! Tolong!!”teriak Rio

Tak lama datang lah beberapa penghuni sekitar perumahan tersebut karena penasaran dengan apa yang terjadi pada Rio.

“Lemparkan liontinnya!” ujar seorang kakek penghuni komplek tersebut./

Rio pun melemparkan liontin itu ke Rumah Selly. Setelah itu, pintu rumah tersebut buka dengan sendirinya. 

Terlihat Nina telah pingsan, warga pun segera menolong Nina & membawanya ke Rumah Sakit.

Ternyata rumah A13 tersebut adalah rumah berhantu yang pemiliknya bernama Selly. Ia dibunuh mantan kekasihnya 11 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 Januari 2001. Ia dibunuh karena mantan kekasihnya tidak rela jika Selly harus menikah dengan orang lain. Rumah berhantu tersebut sudah banyak memakan korban, rata-rata korban tersebut adalah pendatang baru & seorang laki-laki yang bertemu hantu Selly ketika sedang berolahraga pagi atau sekedar bersantai diluar rumah. Itulah mengapa pada pagi hari orang-orang tidak ada yang berani untuk keluar rumah karena takut bertemu dengan hantu Selly.

Minggu, 07 Juli 2013

AKHIR DARI SEBUAH MENUNGGU (Short Story By Fithriyyah)


Olive masih duduk menunggu & termenung memeluk sebuah lukisan di depan sebuah danau dimana ia bertemu dengan pujaan hatinya, Reza. Pada waktu itu Olive sedang melukisa pemandangan danau yang indah itu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang pria.
 
“Wah, lukisannya bagus ya” ujar pria itu

“Makasih. Ngomong-ngomong kamu siapa ya?”

“Kenalkan nama aku Reza, aku seorang fotografer. Kebetulan aku ingin memotret pemandangan disekitar danau ini. Kalau kamu pasti seorang pelukis ya?”

“Oh, fotografer. Hm, nama aku Olive aku bukan pelukis kok. Melukis Cuma hobi aku”

“Ohh, gitu ya. Tapi lukisan kamu bagus kok, bener deh. Ga kalah sama pelukis profesional”

Dari perbincangan itu Olive & Reza pun semakin dekat, tepat bulan ke 5 setelah mereka bertemu, Reza menembak Olive didanau mereka bertemu dulu.”

“Sejak awal kita bertemu sampai saat ini, aku ngerasa nyaman sama kamu, aku ngerasa kamu orang yang tepat untuk aku cintai terakhir kalinya. Will you be my girlfriend?” ucap Reza

“Sama, Za. Aku ngerasa sama kayak kamu, aku mau kok jadi pacar kamu.” jawab Olive
Sejak saat itu mereka resmi berpacaran, Reza berjanji akan segera mengajak Olive menikah apabila ia telah mengumpulkan cukup uang untuk pesta pernikahannya, suatu hari nanti.

***
Pada suatu hari, Reza diminta untuk menjadi fotografer di sebuah acara pameran bergengsi diluar negeri, sudah pasti gaji yang akan diberikan cukup besar daripada acara didalam negeri.

“Sayang, aku akan pergi ke Jerman selama 2 minggu. Aku janji setelah aku pulang nanti, aku akan langsung melamarmu & kita akan menikah.” ujar Reza

“Tapi sayang, apa ga kejauhan ke Jerman? Aku takut kamu kenapa-kenapa” jawab Olive sedih

“Aku tahu sayang ini mungkin sulit, tapi ini demi masa depan kita.”

Olive hanya bisa terdiam, kata-kata Reza benar. Reza melakukan hal ini untuk masa depan mereka.

Hari itupun tiba, Olive mengantar Reza ke bandara.

“Aku pergi dulu ya, sayang. Kita akan bertemu di danau itu lagi ya, Dah” kata Reza
Olive pun melepas kepergian Reza, dalam hatinya ia selalu berdoa agar semuanya akan baik-baik saja.

***

2 minggu sudah Reza pergi, seharusnya hari ini ia sudah pulang. Mungkin Reza mengalami suatu kendala sehingga ia tidak bisa pulang.

 ***

Sebulan sudah Reza tidak pulang, Olive masih menanti kedatangan Reza didanau tersebut.Wajahnya pucat, badannya agak kurus, pandangannya menerawang kosong. Ia pun jatuh pingsan, tak lama nafasnya pun perlahan-lahan hilang, detak jatungnya sudah tak terdengar, burung-burung sudah tidak berkicau lagi, hanya senja yang menyelimuti badannya yang dingin. Sebuah Koran tergeletak disampingnya, terdapat sebuah berita yang berbunyi:
PESAWAT PENERBANGAN JERMAN-JAKARTA JATUH TERGELINCIR & MENEWASKAN 10 ORANG PENUMPANG.
Jakarta, (04/02) Pesawat penerbangan Jerman-Jakarta jatuh tergelincir & membuat 10 orang penumpang tewas akibat terbakar, 40 penumpang lainnya berhasil selamat karena cepat menyelamatkan diri 10 menit sebelum terjadinya kebakaran didalam pesawat & penumpang yang tewas diperkirakan terjebak & pingsan tertimpa barang bawaan sehingga tidak dapat mengevakuasi diri. Penumpang yang tewas antara lain : Bcsing Thom (38), Anne Hchitz (50), Reza Putrawarsa (22),………

Sabtu, 22 Juni 2013

CINTA ADA KARENA LUKA (Special Short True Story About Broken Heart)


Senja itu langit perlahan berubah warna menjadi gelap, ya, mendung. Hiruk pikuk orang-orang di sebuah taman yang sedang berjalan ke satu tujuan dimana untuk menghindari hujan yang akan datang, atau bisa dikatakan mereka pulang kerumah. Namun, Evlin masih saja tetap bertahan dibangku itu, letaknya ditengah taman didekat danau, disampingnya terdapat sebuah pohon akasia yang daunnya mulai berguguran satu persatu diterpa angin.

“Huhhh…” rintih Evlin pelan

Kenangan itu kembali melesat dalam pikirannya, bayangan itu, seakan nyata didepan matanya. Ia masih bisa mengingat betapa basah pipinya karena air mata yang mengalir, ia juga masih bisa mengingat kejadian itu, yang rasanya baru saja terjadi, padahal itu telah terjadi berminggu-minggu yang lalu, serta ia bahkan masih bisa merasakan luka yang baru tergores saat itu, yang masih basah, tersayat dalam, & takkan terlupakan.

“Aku tahu, aku yang mengakhiri semua ini. Itu semua karena aku ga sanggup kamu buat seperti ini, aku sakit. Namun disisi lain, aku benar-benar tulus mencintaimu, tapi kenapa kamu ga pernah menghargai perasaan aku?”

“Maafkan aku, Evlin. Kita udah ga bisa bersama lagi, aku udah terima keputusanmu itu. Dan aku rasa lebih baik kita berteman saja…”

“Tapi Ben…”

Cinta memang menyakitkan untuk Evlin, ia yang selama setahun terus tersakiti oleh Ben, terpaksa mengakhiri hubungannya sendiri. Dan dari situlah, Evlin tahu. Bahwa Ben selama ini tidak pernah tulus mencintainya, tidak pernah ingin memperjuangkan hubungan mereka, dan ketika terbebas dari Evlin, Ben seperti burung yang lepas dari sangkar, Evlin sudah lelah berjuang sendirian untuk mempertahankan hubungannya itu. Walaupun sebenarnya berat, cinta itu sudah seperti akar pohon akasia yang hidup berpuluh-puluh tahun ditaman itu, kuat & dalam menembus tanah, banyak menyimpan kenangan, serta sukar untuk dihancurkan.
Tak terasa, air mata pun jatuh membasahi pipi Evlin, seiring dengan turunnya rintik-rintik hujan yang jatuh membasahi bumi.
***
“Ev, jalan yuk?” ujar Bella
“Kemana?” jawab Evlin
“Nonton bioskop, aku udah lama nih ga nonton film. Temenin yuk? Sekalian aku mau kenalin kamu teman-teman kuliah aku. Ya sebagai murid universitas yang baru & baik, harus punya banyak teman dong?”
“Hm, iya deh iya. Aku juga lagi bosen nih.”
“Oke sip, siap-siap gih sana!”
“Iya iya, bawel.”

Bella, merupakan sahabat Evlin. Mereka berteman sejak SMA, meskipun sekarang mereka berbeda universitas. Bella sangat mengetahui semua kisah yang dialami sahabatnya Evlin, seperti yang ia tahu sekarang bahwa Evlin trauma dengan suatu hal yang namanya CINTA. Semenjak putus dengan Ben, hidup Evlin kini tak jauh dengan air mata, oleh karena itu sebagai sahabat yang baik, Bella selalu ada disamping Evlin untuk menghibur.

“Ev, nih kenalin teman aku namanya Jill, Lily, & cowok yang satu ini namanya Kevin.” ujar Bella seraya menunjuk orang-orang yang dibilang temannya itu.
“Hai. Evlin…” ucapku dengan melemparkan sebuah senyuman ke mereka bertiga & berjabat tangan satu per satu.
Tiba-tiba saat bersalaman dengan Kevin…
“Hai, Ev. Aku Kevin…”
“Hei? Kok melamun? Ada yang salah dengan aku?”
“Oh, ngga ngga kok.”

Evlin melamun, terasa seperti Kevin memancarkan aura tersendiri saat didekat Evlin, rasanya Evlin pernah bertemu dengan Kevin. Namun, momen itu juga mengingatkan Evlin pada saat pertama kali berkenalan dengan Ben. Sesak & bingung, itulah yang ada dibenak Evlin sekarang. Ia tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Ternyata kegelisahan Evlin terbaca oleh Bella.

“Ev, kenapa?” tanya Bella
“Ngga kok, Bel. Oh iya aku tiba-tiba ga enak badan nih, aku pulang duluan yah?”
“Jangan bohong deh, Ev. Aku tahu, pasti sekarang kamu keingat sama Ben, kan? “
“Hm… Iya, Bel. Ntah kenapa perkenalan aku sama Kevin mengingatkan aku dengan Ben…”
“Ev, aku tahu kamu tulus mencintai Ben, karena dia juga cinta pertama kamu kan? Tapi Ev, sampai kapan kamu begini terus? Apakah Ben juga ngerasain apa yang kamu rasain sekarang? Ngga kan? Bahkan dia ga mungkin sering keingat dengan kamu, lihat aja kemarin dia ga ada usaha buat jelasin semuanya pas kamu bilang putus kan? Untuk apa mikirin orang yang ga pernah mikirin kamu? Untuk apa nangisin orang yang ga pernah nangisin kamu? Open your eyes, Ev!”

Evlin cuma diam, didalam hatinya ia membetulkan kata-kata Evlin. Namun semua itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Luka itu butuh waktu untuk sembuh, dan ketika sembuh juga pasti akan meninggalkan bekas, bekas yang akan dibawa seumur hidup. Cinta yang membuat semua ini, hanya cinta yang dapat membuat sebuah taman berbunga menjadi gurun pasir yang gersang.
***
Handphone Evlin berbunyi, ternyata ada seseorang yang menelpon. Namun, nomor tersebut tidak terdaftar dikontak handphone Evlin.

“Halo. Ini siapa ya?”
“Halo, ini Evlin kan? Aku Kevin…”

Evlin terkejut mendengar hal itu, siapa yang telah berani memberikan nomor handphonenya ke orang lain? Jawabannya pasti, Bella!

“Oh, iya ada apa ya?”
“Ngga, oh iya tadi Bella pesan sama aku, katanya nyuruh kamu untuk pergi ke taman ntar sore.”
“Hah? Ngapain? Kok dia ga telpon atau sms aku yah?”
“Ga tau juga sih, tapi tadi dia sibuk banget soalnya.”
“Oh iya deh, thanks ya, Kev.”
“Sama-sama.”

Suasana taman itu tidak terlalu ramai sore ini, mungkin karena hari ini bukan hari Minggu atau Sabtu, melainkan hari Senin. Dimana mungkin sebagian orang lelah akibat sibuk bekerja dan memilih pulang kerumah daripada menikmati keindahan taman ini.

“Mana sih Bella? Udah sejam nunggu, eh ga muncul-muncul.” gumam Evlin sambil memindahkan posisi duduknya.
“Hai, Ev!” panggil suara yang tidak asing ditelinga Evlin
“Kevin? Kok kamu disini?”
“Aku disini buat ketemu sama kamu.”
“Ketemu aku? Untuk apa?”
‘“Ga kenapa-kenapa. Oh iya kenapa kemarin kamu kelihatan murung?”
“Kapan?”
“Pas kita pertama ketemuan, kamu ada masalah?”
“Hm, ngga kok. Kamu jangan asal tebak deh.”
“Terkadang kita harus dipertemukan dengan seseorang yang salah, sebelum akhirnya dipertemukan dengan seseorang yang benar. Masa lalu bukanlah sebuah kejadian yang perlu disesali akan kehadirannya dalam hidup, namun masa lalu harus dijadikan sebuah pelajaran agar kesalahan itu tidak terulang untuk kedua kalinya. Mungkin Tuhan memisahkan kamu dengan orang yang kamu cinta, karena dia bukan yang terbaik untukmu, dia tidak tulus mencintaimu, dia tidak pernah berjuang untuk hubungan kalian, & dia dengan mudahnya membiarkan orang yang mencintainya pergi dari hidupnya. Percayalah, Tuhan akan menggantinya dengan seseorang yang cintanya lebih besar dari cintamu, yang akan berjuang dalam hubunganmu, & yang akan terus menggenggammu agar kamu tidak pergi dari hidupnya.”

Evlin terkejut mendengar semua perkataan Kevin barusan. Kenapa dia bisa tahu? Apa Bella sudah membocorkan rahasia hidupnya dengan orang lain? Evlin ingin marah, namun ia kembali teringat dengan Ben. Apa yang diucapkan Kevin memang betul apa adanya, namun sekali lagi, cinta yang dapat membuat seseorang bertahan sendirian dalam luka.

“Ayolah, Ev! Move on! Masih ada orang yang mencintaimu didunia ini, termasuk AKU!”
Bagai tersambar petir disiang hari, hal gila apa lagi ini? Seorang cowok yang baru sekali ia temui menyatakan cinta?
“Hah? Apa kamu gila? Kamu boleh menasehatiku dengan kata-kata puitis itu! Tapi ingat, kita baru sekali ketemu, dan dengan semudah itu kamu menyatakan cinta? Sepertinya kamu belum tahu makna cinta yang sesungguhnya…”
“Aku sudah tahu, bahkan sejak 4 tahun yang lalu! Sejak kita masih duduk di bangku SMA, ingat?”
Apa? SMA? Rasanya Evlin tidak pernah mempunyai teman SMA bernama Kevin, apa-apaan semua ini? Apa Evlin pernah amnesia sehingga tidak bisa mengingat dengan baik teman-temannya?
“SMA? Siapa kamu? Aku rasanya tidak mengenalmu sebelumnya!”
“Aku, Hobert Kevianus Eldern. Aku adalah cowok yang pernah menyukaimu, penampilanku memang culun dulu, dan aku biasa dipanggil Hobert. Ingat? Dan ketika aku masuk universitas, aku mengubah penampilan dan nama panggilanku. Dan sampai sekarang rasa suka itu berubah menjadi cinta, Ev. Oleh karena itu aku masih mencari tahu tentang informasi kamu, dan untungnya ada Bella.”
“Astaga? Jadi kamu Hobert? A-apa? Kamu ga bercanda kan?”

Hobert, ya, nama cowok itu tidak asing ditelinga Evlin. Dulu sewaktu diacara perpisahan Hobert pernah menembaknya sekali, namun ditolak Evlin. Evlin tidak menyangka Hobert itu adalah Kevin yang sangat jauh berbeda sekarang, tidak dapat dipungkiri, Hobert atau Kevin yang sekarang memang lebih tampan & berwibawa.

“Sekarang kamu sudah tahu kan? Ev, aku masih menunggu untuk cintaku diterima olehmu. Jadi, maukah kamu menjadi pacarku?” ujar Kevin sambil menyodorkan sebuah mawar merah yang telah layu.
“Mawar itu? Mawar itu yang dulu kamu sempat ingin berikan ke aku kan? Tetapi aku buang. Maaf, Kevin. Aku ngga bisa terima kamu…”
“Kenapa? Masih tentang Ben? Ev, life must go on, jangan gara-gara hal ini kamu menutup pintu hatimu. Jika Ben benar-benar tulus dan cinta sama kamu, mungkin pada saat kamu bilang putus dia tidak membiarkan mu pergi begitu saja. Apakah dia masih pantas diperjuangkan jika ia saja tidak mempedulikanmu?”

Evlin hanya diam, ia bingung, disisi lain ada hati yang terluka & cinta yang mulai tumbuh.

“Baiklah, Ev. Aku akan masih menunggu cintaku diterima olehmu. Tapi ingat Ev, Ben saja dengan mudahnya melupakanmu, tetapi kenapa kamu tidak dengan mudahnya juga melupakannya? Aku tahu cinta pertama memang sangat berbekas, tapi tak ada untungnya jika kita terus hidup dimasa lalu. Kamu masih punya kehidupan, Ev. Masih banyak yang harus kamu lakukan tanpa Ben, masih ada bintang yang menemani bulan, masih ada Tuhan yang menemanimu, Ev. Dia tahu yang terbaik untukmu, dan setiap kejadian yang terjadi adalah atas dasar kehendakNya, atas dasar rencanaNya yang suatu hari akan indah pada waktunya…”

Kevin pun pergi meninggalkan Evlin. Evlin hanya terdiam dan memandang kosong kejauhan. Ntah apa yang bergejolak dalam hati dan pikirannya, yang jelas semua itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Air mata pun mulai perlahan-lahan jatuh dari matanya.
***
Para pelayatpun satu per satu pulang meninggalkan makam tersebut. Namun ketika semua pelayat pergi, masih ada satu yang tertinggal, yaitu Evlin yang masih duduk disamping makam yang penuh dengan bunga tersebut. Evlin terisak, tidak menyangka bahwa semua akan berjalan secepat ini. Air matanya jatuh saat membaca sepucuk surat yang berikatan dengan setangkai mawar layu.

Dear Evlin,
Ev, mungkin ketika kamu baca surat ini, aku sudah tidak berada disampingmu lagi, mungkin aku telah pergi kesisi-Nya. Penyakit leukemia ku semakin parah, dan aku takut pada saat detik-detik terakhir hidupku, aku tidak bisa melihatmu dan menyatakan cintaku padamu untuk yang kesekian kalinya. Maka dari itu, aku meminta Bella untuk mempertemukan kita di bioskop kemarin, dan akhirnya pada pertemuan kedua, aku bisa menyatakan cintaku dan melihat wajahmu dari dekat lagi. Namun, aku berharap bahwa di detik-detik terakhir hidupku, aku dapat merasakan cinta dari mu, Ev. Tapi ternyata tidak, ternyata kamu masih belum bisa menerima cintaku. Tetapi itu tidak masalah bagiku, Ev, mendengar suara mu saja sudah bisa menghapus rinduku yang telah kusimpan selama setahun lamanya setelah kita lulus. Terima kasih Evlin, sudah menjadi orang terakhir yang aku cintai. Semoga kamu bisa menemukan cinta lain yang bisa membuatmu bahagia, ya. Berhenti tangisi masa lalu, karena tangisan itu akan berubah menjadi senyuman bahagia disuatu hari nanti.

Salam hangat,
Hobert Kevianus Eldern

“Kevin, maafkan aku, sampai diakhir hayatmu, aku belum bisa menerima cintamu… Jika aku tahu kalau usiamu tinggal 3 hari akibat leukemia itu, pasti aku akan menerima cintamu hari itu, disaat kita bertemu ditaman. Dan aku menyadari, bahwa kata-katamu benar, terima kasih telah menyadarkanku. Aku mencintaimu juga, Kevin…”