Senin, 05 November 2012

Legenda Keong Mas


Alkisah di daerah Jawa Timur, Indonesia, tersebutlah seorang raja bernama Kertamarta yang bertahta di Kerajaan Daha. Ia mempunyai dua orang putri yang cantik jelita, yang sulung bernama Dewi Galuh, sedangkan yang bungsu bernama Candra Kirana. Berita tentang kecantikankedua kakak-beradik tersebut tersebar hingga ke berbagai negeri. Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota yang gagah dan tanpan bernama Raden Inu Kertapati dari Kerajaan Kahuripan untuk meminang salah seorang dari mereka. Kedatangan pangeran tampan itu disambut baik oleh Raja Kertamarta bermasa permaisuri dan kedua putrinya. Saat melihat ketampanan Raden Inu Kertapati, Putri Dewi Galuh langsung jatuh hati. Ia berharap lamaran putra mahkota Kerajaan Kahuripan itu ditujukan kepadanya. Namun, ternyata Raden Kertapati lebih memilih Putri Candra Kirana. Raja dan permaisuri pun menyetujuinya dan segera menunangkan mereka. Sejak itu, Putri Dewi Galuh menaruh dendam dan iri hati kepada adiknya. Ia sakit hati, karena merasa dialah yang pantas bertunangan dengan Raden Inu Kertapati. Karena itu, ia berniat untuk mencelakai adiknya. Suatu hari, secara diam-diam ia pergi ke rumah seorang nenek sihir bernama Mbok Mian untuk meminta bantuan.
“Mbok Mian! Maukah kamu membantuku?” pinta Putri Galuh.
“Apa yang bisa Mbok bantu, Tuan Putri?” tanya Mbok Mian.
“Kamu sihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong! Setelah itu buanglah dia ke laut!” perintah Putri Galuh.
“Ampun, Tuan Putri! Ada apa gerangan dengan Tuan Putri Candra Kirana? Bukankah dia adik kandung Tuan Putri sendiri?” tanya Mbok Mian bingung.
“Dia itu adik yang tidak tahu diri. Ia telah merebut Raden Inu Kertapati dariku. Sudahlah Mbok, tidak usah banyak tanya! Laksanakan saja perintahku!” seru Putri Galuh.
“Tapi, bagaimana caranya, Tuan Putri? Bukankah Putri Candra Kirana jarang keluar istana? Jika aku menyihirnya di istana, pasti akan ketahuan Baginda Raja.” nenek sihir itu kembali bertanya.
“Benar juga katamu, Mbok! Ayahanda pasti curiga jika mengetahui hal ini.” jawab Putri Galuh sambil manggut-manggut.
Akhirnya, Putri Dewi Galuh pun memfitnah adiknya sehingga diusir dari istana. Ketika Putri Candra Kirana berjalan menyusuri pantai, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tawa nenek-nenek yang sangat menyeramkan.
“Iiii...hi... hi... hi...!!!” demikian suara tawa itu.
Setelah Putri Candra Kirana menoleh ke sekelilingnya mencari sumber suara tawa itu, namun tak seorang pun yang dilihatnya.

“Aneh! Kenapa ada suara tawa, tapi tidak ada orangnya?” pikirnya dengan heran.
Ketika Putri Candra Kirana hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba seorang nenek muncul dan berdiri di depannya. Ia tidak mengetahui jika nenek itu adalah Mbok Mian, suruhan kakaknya.
“Hai, Nek! Kamu siapa dan kenapa menghalangi jalanku?” tanya Putri Candra Kirana.
“Aku Mbok Mian si Nenek penyihir! Aku diperintahkan oleh Putri Galuh untuk menyihirmu menjadi keong emas, karena kamu telah menyakiti hatinya. Kamu telah merebut Raden Inu Kertapati darinya,” jelas Mbok Mian.
“Ampun, Nek! Jangan sihir aku!” iba Putri Candra Kirana.
Tanpa ampun lagi, Mbok Mian menyihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong emas. Sebelum membuangnya ke laut, nenek sihir itu berkata kepada Putri Candra Kirana,
“Hai, Putri! Sihir itu akan hilang jika kamu bertemu dengan tunanganmu.”
Sejak itu, Putri Candra Kirana hidup di laut sebagai seekor keong bersama keong lainnya. Suatu hari, ketika sedang mencari makan di antara batu karang di tepi laut, ia tersangkut pada jaring seorang nenek
bernama Mbok Rini yang sedang menjaring ikan.
“Waaah, indah sekali warna keong ini! Baru kali ini aku melihat keong berwarna kuning keemasan, “ gumam Mbok Rini takjub.
Mbok Rini pun tertarik untuk memelihara keong emas itu. Ia membawanya pulang dan menyimpan di dalam tempayan. Keesokan harinya, Mbok Rini kembali  ke laut mencari ikan. Hingga hari menjelang siang, ia belum juga mendapatkan seekor ikan pun. Akhirnya, ia memutuskan pulang ke pondoknya karena perutnya terasa sangat lapar. Betapa terkejutnya ia ketika tiba di pondoknya. Ia mendapati berbagai jenis makanan lezat lengkap dengan buah-buahannya telah tersedia di atas meja dapurnya.
“Hai, siapa yang menghindangkan makanan lezat ini?” gumam Mbok Rini heran.
Karena lapar sekali, Mbok Rini pun segera menyantapnya dengan lahap tanpa tersisa sedikit pun. Keesokan harinya, kejadian aneh itu terjadi lagi. Begitu pula pada hari-hari berikutnya, ia mengalami peristiwa yang sama. Kejadian aneh itu membuat Mbok Rini penasaran ingin mengetahui siapa pelakunya.
Suatu hari, Mbok Rini sengaja kembali dari laut lebih cepat dari pada biasanya. Dengan sangat hati-hati, ia mengintip ke dalam pondoknya melalui sebuah lubang kecil. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat
kebulan asap keluar dari tempayannya. Dalam sekedip mata, tiba-tiba seorang putri yang cantik jelita keluar dari kebulan asap itu dan langsung memasak. Melihat peristiwa ajaib itu, Mbok Rini semakin penasaran. Ia segera masuk ke pondoknya dan menghampiri putri cantik itu.
“Hai, Putri Cantik! Siapa gerangan kamu dan dari mana asalmu?” tanya Mbok Rini penasaran
“Maaf Nek, jika kehadiranku mengusik ketenangan Nenek! Namaku Putri Candra Kirana, putri dari Kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh seorang nenek, suruhan saudaraku.” jawab Putri Candra Kirana.
“Ampun, Tuan Putri! Jika nenek boleh tahu, kenapa saudaramu menyuruh nenek itu menyihirmu?” tanya Mbok Rini ingin tahu.
Putri Candra Kirana pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya hingga ia bisa berada di pondok Mbok Rini. Setelah itu, ia memberi tahu nenek itu bahwa sihir itu akan hilang jika ia bertemu dengan tunangannya. Untuk itu, ia meminta tolong kepada Mbok Rini agar mengantarnya pulang ke istana. Mbok Rini pun setuju.
Usai makan siang, Mbok Rini memasukkan Putri Candra Kirana yang telah berubah menjadi seekor keong emas ke dalam sebuah wadah kecil, lalu berangkatlah ia menuju ke istana. Setibanya di istana, Mbok Rini menyerahkan keong emas itu kepada Raja Kertamarta.
“Ampun beribu ampun, Baginda! Hamba datang kemari untuk mengantarkan keong emas ini,” kata Mbok Rini sambil memberi hormat.
“Untuk apa keong emas ini? Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya Raja Kertamarta bingung.
“Ampun, Baginda! Keong emas ini adalah penjelmaan putri Baginda, Candra Kirana” jawab Mbok Rini.
“Apa katamu, Nek? Keong emas ini putriku?” tanya sang Raja tersentak kaget seolah-olah tidak percaya.
Akhirnya, Raja Kertamarta pun mengerti setelah Mbok Rini menceritakan semua kejadian yang telah menimpa putrinya. Ia sangat menyesal, karena telah mengusir putri bungsunya yang tidak bersalah itu. Ia pun segera memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Raden Inu Kertapati yang berada di Kerajaan Kahuripan.
Sementara itu, Putri Dewi Galuh yang mengetahui hal itu segera menemui nenek sihir, Mbok Mian, secara diam-diam.
“Hai, Mbok Mian! Sihirlah Inu Kertapati menjadi batu agar ia tidak bertemu dengan Putri Candra Kirana!” seru Putri Dewi Galuh.
Mendengar perintah itu, Mbok Mian segera mengubah wujudnya menjadi seekor burung gagak, lalu terbang menuju ke istana Kahuripan. Di tengah perjalanan, ia melihat Raden Inu Kertapati sedang berjalan menuju keistana Daha untuk memenuhi panggilan Raja Kertamarta dan bertemu dengan tunangannya. Ketika ia hendak menyihir Raden Inu Kertapati menjadi batu, tanpa ia duga tiba-tiba seorang kakek memukul kepalanya dengan tongkat hingga berubah menjadi asap. Rupanya, kakek itu adalah orang sakti yang telah ditolong oleh Inu Kertapati di perjalanan saat sebelum bertemu dengan burung gagak itu. Raden Inu Kertapati mendapati kakek itu sedang kelaparan dan memberinya makan. Raden Inu Kertapati pun melanjutkan perjalanannya. Setibanya di istanaDaha, ia segera menemui  tunangannya. Begitu mereka bertemu, sihir yang mengenai Putri Candra Kirana pun pun hilang dan kembali berwujud manusia. Seluruh keluarga istana Daha dan Raden Inu Kertapati tertegun menyaksikan peristiwa ajaib itu. Putri Candra Kirana pun menceritakan semua perbuatan Putri Dewi Galuh kepada ayahandanya. Raja Kertamarta dan seluruh keluarga istana meminta maaf kepada Putri Candra Kirana, kecuali Putri Dewi Galuh. Karena malu dan takut mendapat hukuman dari ayahandanya, ia melarikan diri ke hutan. Di tengah hutan, ia terperosok masuk ke dalam jurang dan tewas seketika.
Akhirnya, Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati dinikahkan. Pesta pernikahan mereka dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam dan dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan kesenian. Undangan yang hadir pun datang dari berbagai penjuru negeri. Mereka sangat gembira melihat kedua mempelai duduk bersanding di atas pelaminan. Putri Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati hidup berbahagia. Kebahagiaan tersebut tidak membuat mereka lupa kepada orang-orang yang telah berjasa menolong mereka. Mereka pun memboyong Mbok Rini dan kakek sakti yang baik tersebut ke istana.

Sabtu, 01 September 2012

SELAMATKAN AKU ! (SAVE OUR ORANG UTAN)


Di pedalaman hutan Kalimantan, terdapat beberapa kelompok orang utan yang hidup sejahtera. Rumah (hutan) mereka sangatlah luas, terdapat banyak makanan, ekosistem yang masih terjaga. Semuanya terlihat indah & alami. Semua orang utan disana bebas bergelantungan dimana-mana, bermain, & mencari makan. Namun, keadaan itu perlahan-lahan berubah sejak hadirnya manusia didalam kehidupan mereka. Manusia-manusia tersebut sedikit demi sedikit menebang rumah mereka tanpa menanamnya kembali, bahkan ada yang mendirikan bangunan asing & menanam tanaman yang bukan semestinya menjadi pengganti rumah mereka. Kehidupan mereka makin lama makin terusik dengan bisingnya suara alat-alat untuk menebang pohon baik dari orang-orang dari kota yang menggunakan alat canggih, maupun penduduk sekitar yang masih menggunakan kapak & sejenisnya, suara kendaraan-kendaraan proyek yang berlalu lalang, serta suara-suara manusia yang berteriak ntah membicarakan apa. Orang utan-orang utan tersebut hanya bisa bersembunyi ketakutan di atas pepohonan sambil melihat apa yang telah terjadi terhadap rumahnya. Namun, kini selain ancaman kehilangan rumah, orang utan-orang utan itu pun terancam nyawanya, karena sekarang manusia-manusia itu sedang memburu mereka. Ntah untuk dijual sebagai hewan peliharaan atau dibunuh untuk dijadikan obat-obatan, yang pasti orang utan-orang utan itu hanya bisa lari & bersembunyi dari manusia yang sedang membawa sebuah senjata untuk menangkap mereka.
Malangnya nasib para orang utan, sudah rumahnya perlahan-lahan diambil, untuk mencari makan pun juga susah, karena makanan-makanan mereka sedikit demi sedikit habis. Sekarang malah mereka diburu untuk 1 kepentingan yang tidak jelas, apa salah mereka?
Karena makanan mereka sedikit demi sedikit habis, & rumah mereka hilang. Mereka pun terpaksa masuk ke wilayah manusia untuk mencari makanan. Ternyata disana, disebuah kebun terdapat banyak sekali makanan, baik buah-buahan maupun sayuran & masih segar. Apalah daya dari seekor binatang yang tidak mempunyai akal untuk berpikir? Mereka pasti tidak menyangka bahwa makanan yang mereka makan adalah milik manusia yang sengaja ditanam untuk kepentingan hidup manusia itu sendiri.
“Orang Utan! Orang utan! Mereka hama! Sudah berani mereka mengganggu kebun kita!” teriak manusia-manusia yang memergoki para orang utan yang sedang makan tanaman mereka.
Sudah pasti para orang utan lari ketakutan melihat manusia yang berbondong-bondong mengejar dirinya sambil membawa senjata, ntah itu golok, tongkat, maupun senapan. Namun sayangnya ada beberapa orang utan yang terlambat menyelamatkan diri sehingga mereka tertangkap, & apa yang terjadi? Orang utan tersebut dipukuli layaknya seorang maling yang ketahuan membobol rumah, tanpa kenal kata “kasihan” . seandainya mereka bisa berbicara, pasti saat itu mereka berkata :
“Jangan siksa aku! Jangan bunuh aku! Aku hanya ingin makan, aku tak punya tempat tinggal…!”
Namun manusia-manusia itu tidak mengerti karena orang utan-orang utan tersebut hanya menjerit-jerit saja, karena itulah bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Mereka tetap dipukuli tanpa ampun, hingga ada beberapa dari orang utan itu yang mati mengenaskan, & sisanya dikurung dalam kandang sempit tanpa diberi makan, kalaupun ada pasti hanya sedikit, karena manusia-manusia tersebut lebih mementingkan kehidupan dirinya & keluarganya sendiri. Untuk makan saja susah, bagaimana mau memberi makan orang utan & merawatnya? Betapa menyedihkannya jika posisi kita seperti itu.
Kini hidup orang utan yang selamat dari  incaran manusia, kembali terancam. Manusia-manusia itu pergi ke hutan untuk mencari mereka, menangkap, bahkan membunuh. Karena orang utan telah dianggap sebagai HAMA oleh manusia, padahal orang utan tersebut tidak akan menjadi hama apabila rumah mereka tidak dirusak oleh manusia itu sendiri. 1 per 1 orang utan ditangkap, bahkan ada yang tega menembak ibu orang utan yang sedang menjaga anaknya dari ancaman bahaya, sehingga membuat orang utan kecil menjadi yatim piatu. Bayangkan jika orang utan kecil itu dapat berbicara :
“Jangan bunuh ibuku! Dia tidak bersalah, kami tidak tahu apa-apa…!”
“Ibu, bangun… Ibu, jangan  tinggalin aku. Nanti aku tinggal dengan siapa?”
Hal ini terjadi terus menerus sehingga menekan jumlah populasi orang utan menjadi terus menurun tiap tahunnya. Untungnya didunia ini masih ada manusia-manusia yang berhati mulia, memiliki prikemanusiaan & tingkat kepedulian yang tinggi terhadap hewan, mereka bisa kita sebut Aktivis Lingkungan, Pecinta Hewan, tokoh masyarakat, & organisasi-organisasi lain yang peduli dengan lingkungan & hewan. Mereka datang kerumah penduduk 1 per 1 maupun ke hutan untuk menyelamatkan orang utan yang terlantar, tidak terurus, & yang kehilangan tempat tinggal. Namun sayangnya jumlah mereka tidak sebanding dengan orang-orang yang telah merusak lingkungan & membuat orang utan menjadi salah satu hewan langka didunia.
Sungguh mengenaskan keadaan orang utan-orang utan yang ditemukan, ada yang matanya telah buta akibat ditembak, ada yang sedang depresi/stress berat, kekurangan makan, dehidrasi, kondisi badan yang kurus & cacat, & keadaan-keadaan menyedihkan lainnya yang susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Orang utan-orang utan tersebut ditampung di suatu penangkaran untuk direhabilitasi, mengembalikan keadaannya seperti semula, setelah itu baru dilepas liarkan lagi, namun semua itu membutuhkan proses yang lama, apalagi untuk orang utan yang depresi berat akibat terlalu lama dikurung & disiksa.
Tapi sekali lagi, orang utan masih saja diburu, namun kini untuk diperjual berlikan secara gelap menjadi binatang peliharaan, harganya? 50-150 ribu! Itukah harga dari seekor hewan yang sedang terancam punah saat ini? Belum lagi jika orang utan tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, orang utan itu pasti tidak akan terurus, bahkan mati. Sayangnya hukum di Negara kita Indonesia ini masih belum tegas dalam menghukum pelaku perdagangan gelap hewan yang dilindungi, sehingga masih banyak nasib-nasib orang utan yang perlu diselamatkan. Kesadaran masyarakat masih kurang, sehingga sulit juga untuk memberantas perjual-belian hewan yang di lindungi di Indonesia.
Orang utan sedang diambang kepunahan, jumlah orang utan Kalimantan & Sumatera makin tahun makin menurun. Bagaimana dengan 10 tahun kedepan? Mungkin mereka hanya tinggal nama & gambar, serta anak cucu kita tidak dapat melihatnya. Akankah Indonesia kehilangan 1 spesies asli dari Indonesia sendiri? Hutan mereka perlahan-lahan menjadi sempit, bahkan musnah, kemana mereka akan pergi?
Setiap makhluk dimuka bumi ini memiliki perannya masing-masing, begitu juga dengan orang utan, ia memiliki peran untuk menyebarkan biji-bijian di hutan. Jika mereka punah, akankah hutan kita akan tumbuh subur? Bisakah ekosistem alam berlanjut jika orang utan tiada? Seandainya orang utan-orang utan tersebut dapat berbicara, pasti mereka akan berkata :
“Kembalikanlah rumah kami… Kami juga makhluk Tuhan yang ingin hidup sejahtera.”
“Kembalikanlah rumah kami yang rusak, janganlah kalian hancurkan lagi…”

Jumat, 31 Agustus 2012

Jangan Biarkan Aku Punah (Save Our Orang Utan)

Rumahku telah hilang...
Makananku perlahan berkurang
Manusia-manusia itu,
Telah mengambil semuanya

Aku kelaparan
Aku tak punya tempat tinggal
Aku diburu,
Karena aku memakan tanaman mereka
"Orang Utan! Orang Utan! Mereka hama!"
Manusia-manusia itu menghujatku

Seandainya aku bisa bicara,
"Jangan siksa aku!"
"Jangan bunuh aku! Aku hanya ingin hidup!"
"Aku tak punya tempat tinggal & makanan"
Namun mereka tak mengerti...

Jangan biarkan aku punah
Kembalikanlah rumahku
Aku juga makhluk Tuhan...
Yang ingin hidup sejahtera
Kembalikanlah rumahku yang rusak,
Janganlah kalian hancurkan lagi



Rabu, 29 Agustus 2012

SURAT UNTUK BINTANG ( CERPEN BY FITHRIYYAH )

Sudah 3 hari aku merasa tidak enak badan, ntah kenapa akhir-akhir ini aku badanku terasa lemas, cepat lelah, & pusing. Sehingga membuat aku tidak semangat belajar di sekolah.
“Kamu sudah minum obat, Bin?” tanya ibu
“Belum, bu. Nanti saja, soalnya Bintang belum makan” jawabku
“Jangan lupa minum obat ya, nak. Nanti sore mau ke dokter tidak?”
“Tidak usah, bu. Mungkin Bintang Cuma kecapekan karena baru selesai Ujian Sekolah”
Keluarga ku memang termasuk keluarga yang sederhana, sehingga aku tidak mau terlalu membebani ibu dalam mengeluarkan uang. Aku kadang membantu paman memetik cabe dikebunnya, sehingga ada sedikit tambahan rejeki untuk aku jajan disekolah. Meskipun aku baru duduk dikelas 9 SMP, tetapi aku sudah disuruh untuk belajar mandiri oleh ayah, maka dari itu aku sudah mulai mencari pekerjaan, meskipun hanya pekerjaan sementara.
***
“Bu, Pak,  Bintang pergi sekolah dulu ya. Assalamualakum” salam ku sambil bergegas ke sekolah
Aku berangkat bersama sahabatku, Nana menggunakan sepeda. Diperjalanan kami berbincang tentang rencana tour yang akan datang. Tiba-tiba aku kembali merasakan pusing, disertai mimisan. Nana yang melihat itu segera turun dari sepedanya & menolongku.
“Kamu kenapa, Bin? Tanya Nana
“Ga tau nih, akhir-akhir ini aku sering sakit kepala & capek. Tapi, baru kali ini mimisan” jelasku
“Kamu udah ke dokter?”
“Belum”
“Kenapa belum? Ntar pulang sekolah kita ke dokter yah?”
“Tapi…”
“Ihh, udah. Ga pake tapi-tapian, ntar kenapa-kenapa baru tau. Tante sama Om udah tau belum kalau kamu sakit?”
“Udah, tapi aku bilang aja kalau aku Cuma kecapekan karena abis Ujian Sekolah kemarin”
“Ohh, pokoknya pulang sekolah kita langsung ke dokter. Oke?”
“Iya deh”
Aku tidak bisa menolak ajakan dari Nana, karena Nana itu orangnya sedikit keras kepala, jadi semua kemauan dia yang menurutnya baik pasti harus dituruti.
***
Setelah pulang sekolah, aku & Nana pergi ke dokter terdekat untuk memeriksakan diri. Untung saja, hari ini aku membawa uang lebih untuk membayar biaya pemeriksaan nanti.

“Gimana dok keadaan teman saya?” tanya Nana
Sedangkan aku baru saja turun dari tempat pemeriksaan
“Sepertinya teman adik terkena Leukimia, tetapi ini perlu diberi tindakan lanjut dengan memeriksakan teman adik ke Rumah Sakit yang lebih lengkap perawatannya” jelas dokter
“Apa? Leukemia?” ujar ku
“Wah, serius dok? Kira-kira udah parah belum Leukimianya dok?” tanya Nana
“Kalau menurut hasil pemeriksaan saya, sepertinya sudah hampirn parah. Karena belum ada tindakan untuk mengobatinya. Sebaiknya dibawa ke Rumah Sakit, supaya penyakitnya tidak semakin parah”
“Ohh, baiklah dok. Kalau begitu terima kasih ya, dok. Kami pulang dulu”
“Sama-sama, hati-hati dijalan ya dik”
Aku tidak menceritakan hal ini kepada Bapak & Ibu, karena aku tidak mau membuat mereka khawatir. Setelah pulang dari pemeriksaan, Nana langsung mengajakku pergi ke Rumah Sakit untuk mengetahui kebenaran penyakitku. Aku melakukan tes darah & harus menunggu 3 hari untuk menerima hasil tes. Aku & Nana pun pulang.
***
Bel tanda masuk berbunyi, seluruh siswa masuk ke kelasnya masing-masing termasuk juga aku. Hari ini pelajaran Pak Rio guru Bahasa sekaligus walikelasku. Setelah mengucapkan salam & berdoa, Pak Rio mengenalkan seorang murid baru kepada siswa kelas 9A.
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Namanya Kevin, ayo perkenalkan dirimu nak” ujar Pak Rio
“Hai teman-teman, nama saya Kevin, saya pindahan dari SMP 21 Sanggau. Semoga kita bisa berteman baik ya” ujar siswa baru tersebut
Setelah itu, Pak Rio menyuruh siswa baru itu duduk. Kebetulan, Agus selama ini duduk sendiri, jadi Kevin dipersilahkan Agus duduk disampingnya.
Siswa baru tersebut sepertinya merupakan anak yang pintar, karena sewaktu Pak Rio memberi tugas, ia bisa mendapat nilai 10.
“Kayanya tuh cowo pintar deh” ujarku
“Iya tuh, langsung dapet 10 lagi tugasnya itu” sambung Nana
“Gimana kita ntar kenalan sama dia aja? Mau ngga?”
“Ide bagus. Mau deh…”
Saat istirahat, aku & Nana pun mengajak siswa baru itu berkenalan.
“Hai, kenalin aku Bintang & ini sahabat aku Nana” ujar ku
“Hai juga, aku Kevin” jawabnya sambil tersenyum
“Oh iya, kamu itu pintar ya? Tugas aja bisa dapat 10. Hehe” kata Nana
“Ah, ngga juga kok. Mungkin Cuma kebetulan aja” jawab Kevin
“Kalo boleh tau, rahasianya apa sih? Kasi tau donk” goda ku
“Hahaha, ga ada rahasianya, Bin. Cuma belajar dengan tekun aja, Insya Allah kita jadi bisa ngerjain soal apapun” ujarnya
Ternyata Kevin itu seorang cowo yang ramah, friendly, & humoris. Sebentar saja aku & Nana sudah bisa akrab dengannya. Sepulang sekolah Kevin mengundangku untuk datang kerumahnya untuk menghadiri acara selamatan nanti sore karena mereka baru saja menempati rumah baru. Aku & Nana pun menerima ajakannya tersebut.
Rumah Kevin tidaklah mewah, sederhana sekali. Orang tuanya ramah kepada aku & Nana, menurutku keluarga Kevin adalah keluarga sederhana tetapi bahagia. Selain itu, ternyata Kevin sering membantu Ayahnya bekerja di perkebunan, baik sayur atau buah. Aku menjadi kagum padanya.
3 hari pun berlalu, Nana mengingatkan ku untuk mengambil hasil tes di Rumah Sakit, rencananya sepulang sekolah aku & Nana baru akan pergi ke Rumah Sakit. Tetapi, saat dalam perjalanan ke Rumah Sakit, aku & Nana bertemu dengan Kevin. Alhasil, Kevin pun ingin ikut dengan kami, aku pun mengizinkannya.
“Emang kamu sakit apa sih, Bin?” tanya Kevin
“Katanya sih Leukimia, tapi ini juga butuh hasil tes untuk pembenarannya” jawab ku
“Wah, Leukimia? Kok bisa sih?”
“Aku juga ga tau”
“Moga aja ga terjadi apa-apa ya sama kamu”
“Iya, makasih ya, Vin”
Jantungku berdetak kencang ketika ingin membuka surat hasil tes tersebut. Alangkah terkejutnya, ternyata aku positif mengidap Leukimia. Aku pun menangis, hidupku serasa tidak berguna lagi. Nana & Kevin pun berusaha menenangiku.
“Sabar, Bin. Mulai sekarang kamu harus banyak minum obat, terus makan makanan yang sehat” ujar Nana
“Betul tuh, yang penting sekarang tetap optimis aja ya. Insya Allah penyakit kamu bisa sembuh” sambung Kevin
“Tapi umur aku udah ga lama lagi, aku sedih banget” kataku
“Hussh…! Ga boleh ngomong kaya gitu. umur, jodoh, rezeki itu Tuhan yang atur. Jadi kamu ga boleh sedih ya” kata Kevin menyemangatiku
“Betul tuh” sambung Nana
Sejak saat itu, aku menjadi pemurung & tidak semangat. Aku juga lebih sering sakit kepala & mimisan, kedua orang tua ku tidak ku beritahu tentang hal ini. Aku semakin takut jika mereka khawatir & sedih atas penyakitku ini. Aku tahu mungkin semua ini salh, tetapi aku tidak mau merepotkan kedua orang tuaku.
Keesokkan harinya, aku bersekolah seperti biasa. Tetapi hari ini, Kevin tidak masuk sekolah. Aku tidak tau mengapa, padahal baru kemarin dia menyemangati aku pada saat di Rumah Sakit.
“Eh, Kevin kemana? Kok ga masuk sekolah?” tanya ku pada Agus
“Dia sakit, dia ada ngirim surat” jelas Agus
“Ohh, demam ya?”
“Mungkin aja kali”
Aku pun sedikit lega mendengar penjelasan dari Agus. Rencananya aku & Nana mau menjenguk Kevin sepulang sekolah.
***
“Assalammualaikum, Kevin” salam ku & Nana
“Waalaikum salam, eh ada Bintang & Nana. Yuk masuk” jawab ibu Kevin
“Iya, tante. Kevin ada?” tanya Nana
“Ada ,kok, dia lagi demam jadi tidak sekolah” jelas ibu Kevin
“Ohh, iya tante. Tadi aku juga tau dari Agus” kata ku
“Duduk dulu ya, biar tante buatin minum”
“Ga usah repot-repot tante, saya & Nana Cuma sebentar kok”
“Ohh, ya sudah. Tante tinggal dulu ya”
“Iya tante”
“Kamu ga kenapa-kenapa, Vin? Pucat banget kamu” tanya ku
“Ga kenapa-kenapa kok, palingan 3 hari aku juga udah sekolah lagi” jawab Kevin
“Ohh, banyak-banyak istirahat ya” ujar Nana
“Iya, makasih. Oh iya, ada PR ga?”
“Ga ada kok, Cuma ngerjain tugas aja”
“Ohh, syukurah”
“Emm, udah dulu ya, Vin. Aku & Nana mau pulang dulu, soalnya udah siang. Takutnya dimarahin orang tua lagi. Hehehe” kata ku
“Iya, hati-hati ya”
“Oke, cepat sembuh ya. Kami pulang dulu, Assalammualaikum”
“Waalaikumsalam”
***
Sudah seminggu Kevin tidak masuk sekolah, & tidak ada kabar darinya, baik melalui surat ataupun informasi dari Agus. Aku khawatir akan keadaan Kevin.
“Eh, Bin. Ada kabar dari Kevin ga?” tanya Nana
“Ga ada, Na. Kok demam bisa sampe seminggu gini ya?” tanyaku
“Aku juga ga tau, Bin. Gimana kalau kita jenguk dia lagi besok?”
“Boleh, mumpung libur gitu”
“Sekalian beliin dia buah, mau ngga”
“Ide bagus tuh”
“Siip”
Keesokkan harinya aku & Nana pergi ke toko buah dahulu, untuk membelikan Kevin buah, setelah itu kami lanjutkan pergi kerumah Kevin.
“Assalamualaikum, Kevin” salam ku & Nana
“Waalaikumsalam, Bintang? Nana?” jawab ibu Kevin
“Kevinnya ada tante?” tanyaku
Tiba-tiba ibu Kevin terdiam sebentar, sesudah itu dia menyuruh kami masuk ke rumah. Di dalam rumah, ibu Kevin duduk disampin ayah Kevin & menangis. Aku & Nana yang tidak tahu apa-apa hanya bisa heran.
“Ibu kenapa? Kevin mana bu?”
“Nak, sebenarnya Kevin telah meninggal 2 hari yang lalu” ujar Ayah Kevin
Aku & Nana terkejut mendengar hal itu, seketika air mata ku tak dapat dibendung lagi.
“Memangnya dia kenapa om? Kenapa tidak kasi tau kami?” tanya Nana sambil menangis
“Di sebenarnya mengidap penyakit Leukimia, tetapi sudah patah & tidak bisa disembuhkan lagi. Sehingga ia sering sekali sakit, & kemarin ia tak dapat bertahan lagi. Kami tidak memberitahu kalian karena sesuai dengan permintaan Kevin. Karena ia tidak ingin teman-temannya sedih akan kepergiannya” jelas Ayah Kevin
Aku & Nana hanya bisa menangis terisak-isak, aku tidak percaya bahwa Kevin telah tiada, rasanya baru kemarin aku melihat senyumannya. Namun sekarang ia sudah tiada lagi.
“Oh iya, nak. Kevin ada menitipkan surat ini untuk kalian. Om Cuma amu kinta maaf jika selama Kevin berteman dengan kalian, ia banyak melakukan kesalahan” ujar Ayah Kevin sambil memberikan sebuah surat.
Dear Bintang,
Bintang, mungkin saat kamu buka surat ini, aku sudah tidak ada lagi di hadapan kamu. Aku mau minta maaf karena aku ga bisa nemenin kamu untuk melawan penyakit leukimia kamu. Sejujurnya, aku juga terkena penyakit leumimia, Bin. Penyakit aku udah ga bisa disembuhkan lagi, jadi aku Cuma bisa menghitung hari. Tetapi, sambil menghitung hari tersebut, aku melakukan hal-hal yang berguna buat ku ataupun orang lain. Seperti membantu kedua orang tuaku bekerja di kebun, belajar dengan giat, karena aku tau hidupku tinggal sebentar lagi. Oleh karena itu, aku berharap kamu harus tetap kuat, ga boleh putus asa, karena jodoh, rezeki, umur, itu urusan Tuhan. Yang terpenting sekarang kamu lakukan hal-hal positif yang berguna ya. Oh iya, titip salam juga buat Nana, aku juga minta maaf sama dia karena ga bisa nemanin dia saat nyemangatin kamu.
Semoga  penyakitmu cepat sembuh ya, Bin.
Salam hangat,
KEVIN SEPTIAN
Air mataku menetes deras, sosok Kevin telah menjadi seorang motivator ku untuk menghadapi penyakit ini, dia telah mengajariku arti kehidupan, supaya tidak disia-siakan, arti pentingnya setiap detik hidup agar dimanfaatkan sebaik mungkin. Terima kasih Kevin, semoga kamu tenang disana.