Rabu, 20 Mei 2015

Note


Have you ever feel so down? There’s no spirit in your life, you feel like you’re alone, you’re nothing, you can’t step your life anymore. I feel it now, I’m so tired of being like this. Same like this song, I really love this song, this is my favorite song since 3 years ago. This song always make me cries when I listen to it, in uncontrolled emotion. 

I just wondering my life in future, it is so make me impressed, it’s beautiful life. But, in the fact, everything gonna wrong. The process to make it true is hard, I never imagine it before. I don’t have anyone to talk, to tell all of my problems, I just have Allah. I just think, I can’t believe anyone even that my parents. They may be know my problems, but they may be not understand. But, Allah know,  Allah know everything in this world, what truly happened with me. That’s why, I always erase my stress feeling with listen this song and crying in the middle night, after I cried, my feel going to be okay. 

Dreams, ambition, passion, vision, and whatever it called. Its makes me feeling alive, everytime I fell down, I get up. I know, there’s no one thing in this world happened without Allah permission, and I believe too, what I’m feeling now, it’s a learning for me. But I don’t know, how long that I can hold and pretend like there’s nothing happened in my life. I just a girl, who have big ambition and thousands dreams.
The world like not fair for me, until now. I have to suffering on my honestly, but the cheaters are happy out there! I just try to start the real life with honest, although its hard when I have to realize, I just the only one who keep the honestly between the many cheat around me. Only Allah know it, I don’t have to tell to anyone, because they don’t know, they don’t understand.

If I talk about problems, there are so many problems I have in this time, and it’s not easy to leave. One more time, I can’t tell to anyone, because no one understand, no one knows how it feel.
I just asking how the success peoples around me enjoy their life? I know, there’s no success without suffer. They inspire me, make me more stronger than before. I want to be like them, I want to success, I want to be an extra ordinary girl. I want to do everything, to complete my skills. 

I’am trying to be wise, I don’t want to show my problems. But, how long can I keep this problems? I just a man, who have many imperfection. If you say that I was worng, tell it! And if you say that I am right, tell it too!

Now imagine the peoples inspire you, imagine your problems, imagine how suffer you  are, feel the pain, let it blow up in your eyes, let your tears fell down, and let yourself to cry. Take it out from yourself by the tears, let it go with all of your emotions now. Feel the angry, scream in your heart and throw all of your sadness in every tear you cry.

I always use this for make my feeling better, and after this, I went to sleep with peace and relax in my mind.

Well, maybe this is not a great write, because i'm confusing now. I can't write clearly, I don't know what i have to write. But, actually i want to write a motivation article by my story. Then, i can't think clearly about that. Maybe in the next write, i will have better topic than today.

Minggu, 17 Mei 2015

A Little Story in The Midnight

Malam ini sekitar jam setengah sebelas, dan saya masih duduk manis didepan laptop saya. Banyak hal yang berkecamuk dipikiran ini, rasanya dibulan-bulan tahun 2015 adalah bulan-bulan yang paling menguras tenaga dan pikiran saya. Banyak hal yang sudah saya lalui dan semua itu menguras emosi saya, dan saya hadapi itu sendirian. Mulai dari permasalahan Ujian Sekolah, Ujian Nasional, Masuk Kuliah, Komunitas, dll. Tetapi malam ini saya kembali dipusingkan dengan suatu project yang harus saya selesaikan dalam waktu cepat, dan project ini dicanangkan untuk waktu yang tidak sebentar, saya ditargetkan untuk membuat project ini tahan bertahun-tahun lamanya demi mencapai satu tujuan yang memang impian saya...

Berbicara tentang impian, saya baru sadar jika saya memiliki blog tetapi hanya untuk  memposting artikel atau cerpen saja... Padahal saya juga bisa berbagi cerita disini. Saya tergelitik untuk menulis tentang curcol saya kali ini karena melihat blog seseorang yang saya kagumi, seseorang yang saya anggap memiliki ambisi dan keinginan untuk mencapai cita-cita maupun impian sama seperti saya. Lucu rasanya, ternyata orang yang menginspirasi saya menuliskan kisah-kisah yang sebenarnya untuk menyemangati dirinya sendiri tetapi justru bisa menyemangati saya juga sebagai pembaca.

Well, sebenarnya saya sangat lelah malam ini, saya capek dalam 2 hari mengikuti kegiatan yang menguras pikiran. Namun karena masih ada masalah yang harus saya selesaikan, saya jadi susah tidur.

Berbicara tentang impian, semua orang pasti punya impian. Namun apakah mereka sudah memulai langkah mereka untuk mencapai impian tersebut? Ntahlah, saya juga tidak tahu. Tetapi menurut saya, bermimpi itu gratis dan dengan bermimpi kita bisa menjadi siapa saja yang kita inginkan, kita bisa mendapatkan apa saja, dan kita bisa melakukan apa saja. Hal inilah yang membuat saya senang bermimpi maupun berkhayal, karena mimpi atau khayalan itulah yang menyemangati saya. Jika ditanya berapa banyak impian saya? Saya menjawab pertanyaan tersebut adalah Unlimited Dreams yang tertulis didalam buku hidup saya. Saya mempunyai sebuah buku, yang dimana didalam buku tersebut saya tulis impian-impian saya, cita-cita, rencana hidup, karir, prestasi, serta cerita-cerita keseharian saya tetapi tertentu saja yang saya tulis, jika saya rasa itu memiliki pembelajaran. Serta target-target yang akan saya capai dalam waktu dekat maupun pendek. Itulah saya, saya senang dengan kata-kata motivasi sejak SMP,  saya belajar bijak darisitu. Namun seiring dengan berjalalnnya waktu, saya mencoba berubah arah. Saya mulai kehilangan bijak saya ketika menginjak SMA, saya sibuk dengan organisasi dan lomba-lomba, saya menyibukkan diri setelah "patah hati" yang dimana sekarang saya sadar bahwa Allah memisahkan saya dengan dia karena Allah tidak mau saya jatuh pada lelaki yang salah. Dan saya berterimakasih akan hal itu, karena dengan adanya kejadian seperti itu saya malah sibuk ikut kegiatan disana sini sehingga menambah nilai pada diri saya.

Saat ini, jika berbicara tentang sukses mungkin saya tidak akan habisnya berbicara. Namun, intinya sama saja dengan artikel-artikel yang membahas tentang sukses, mimpi, cita-cita, dll. Saya tidak perlu menuliskan panjang lebar karena sudah jelas bagaimana dan apa. Saya sadar bahwa prestasi dan pengalaman adalah sesuatu hal yang sangat bernilai dan tidak bisa didapatkan dengan mudah.

Saya calon mahasiswi Fakultas Kedokteran, Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura tahun 2015, pada awalnya saya memang ingin menjadi dokter sejak SMP. Cita-cita saya hanya itu, sehingga ketika masuk SMA kelas 2 saya mengambil jurusan IPA agar bisa masuk kedokteran. Namun, seiring berjalannya waktu dan banyaknya kegiatan saya yang berurusan dengan berbicara dan berorganisasi, saya menemukan passion baru di bidang Hubungan Internasional dan saya suka hal-hal yang berbau luar negeri, hingga saya ingin menjadi Duta Besar atau Diplomat. Akhirnya pada penerimaan mahasiswa baru jalur tes nilai rapot (SNMPTN) saya kebingungan untuk meletakkan pendidikan dokter atau hubungan internasional dipilihan pertama (yang lebih diprioritaskan), setelah berpikir panjang dibantu dengan konsultasi dari guru  les, akhirnya saya meletakkan dokter dinomor satu dan HI dinomor dua, sama-sama di Universitas Tanjungpura. Saya awalnya tidak yakin jika akan lulus kedokteran, karena saya juga sadar bahwa masih ada sekolah-sekolah lain yang murid-muridnya lebih pintar dari saya. Sehingga saya sudah optimis lulus di HI, dan saya kehilangan semangat dan passion saya di kedokteran, satu hal yang semakin membuat saya tidak tertarik kedokteran karena saya takut finansial saya tidak mencukupi untuk kuliah disana. Akhirnya ketika pengumuman tiba, saya harus menahan kaget setengah mati ketika tulisan berwarna hijau muncul dan menyatakan saya lulus dikedokteran Untan. Untung saja saya juga mendaftar sebagai peserta beasiswa bidikmisi sehingga saya tidak perlu memusingkan masalah uang kuliah lagi. Dari kejadian ini bisa saya simpulkan bahwa : target yang telah kita pasang jauh-jauh hari dan kita menempuh jalan-jalan yang dapat mengantarkan ke target tersebut, pasti akan tercapai.

Setiap orang memiliki jalannya masing-masing, tetapi orang tersebut harus menemukan jalan yang tepat dan nyaman agar ia bisa mencapai garis finish dengan mudah dan senang. Sekarang saya sadar bahwa berorganisasi maupun ikut dalam komunitas adalah hal yang menyenangkan, satu hal yang saya takutkan ketika saya sudah berkuliah adalah saya susah untuk aktif seperti sekarang. Karena saya juga berkuliah di level yang dapat dikatakan orang level anak-anak yang memang harus banyak belajar daripada berorganisasi. Tetapi itu adalah jalan hidup yang harus dijalani, saya telah memilih jalan ini dan Allah telah memberikan jalan ini juga kepada saya.

Mungkin tanpa saya sadari, saya telah membuat banyak orang bangga terhadap saya, saya sudah mem buat banyak orang terinspirasi karena melihat saya. Suatu kebanggaan bagi SMA Negeri 9 Pontianak ketika mengetahui ada salah satu siswinya yang masuk kedokteran prodi pendidikan dokter jalur nilai rapot, karena belum pernah ada yang bisa lolos lewat jalur itu. Awalnya, masuknya saya ke pendidikan dokter adalah hukuman, tetapi ternyata saya salah. Ini adalah hadiah, hadiah dari perjuangan saya selama bertahun-tahun untuk mempertahankan nilai meskipun fluktuatif. Mungkin tidak banyak prestasi yang bisa saya ukir 18 tahun ini, tetapi saya baru menemukan prestasi terbesar saya ketika saya SMA. Tetapi diluar sana masih banyak anak-anak muda yang memiliki prestasi lebih daripada saya, dan saya yakin saya juga bisa meningkatkan prestasi saya. Inilah yang menjadi kebanggaan saya, inilah kerja keras saya, inilah perjuangan saya...

Kamis, 16 April 2015

Problema Ujian Nasional (UN) 2015

Beberapa hari yang lalu, Ujian Nasional tingkat SMA/MA/sederajat telah selesai dilaksanakan. Namun, ada sesuatu yang menarik dari Ujian Nasional kali ini, yaitu soal yang bocor dan beredar melalui internet. Diduga pelaku yang mengunggah soal UN ini berasal dari Perusahaan Percetakan Negara. (Global Tv)

Ujian Nasional sampai sekarang tetap menjadi momok yang menyeramkan bagi seluruh pelajar di Indonesia, padahal tahun ini kelulusan tidak ditentukan oleh UN melainkan dari keputusan sekolah. Oleh karena itu, setiap penyelengaraan UN selalu diwarnai dengan bumbu-bumbu kecurangan yang sudah tidak menjadi rahasia umum lagi. Baik itu kunci jawaban yang diperjualbelikan, dengan jaminan bahwa 100% kunci itu benar, maupun soal-soal yang sengaja dibocorkan dengan digandakan oleh oknum-oknum tertentu. Berkualitaskah pendidikan kita jika seperti itu?

Terkadang bagi orang-orang yang iri, ketika berlaku jujur kita terlihat seperti orang yang sok alim.

Saya sendiri adalah seorang siswi SMA yang juga baru saja mengikuti Ujian Nasional 13-15 April yang lalu. Saya bukan ingin pamer, ataupun disebut sok pintar. Tetapi memang saya mengerjakan UN selama 3 hari itu murni dari hasil pemikiran otak saya, bukan dengan pemikiran otak orang lain maupun otak kunci jawaban. Saya mengamati sendiri kondisi serta situasi selama UN itu berlangsung 3 hari. Jika dihitung, tidak sampai 10 orang yang jujur dengan tidak membeli kunci jawaban maupun menyontek seangkatan saya. Saya miris melihat kondisi seperti itu. Memang yang tidak melihat kunci jawaban itu adalah siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik disekolah, rangking 1 dikelas, termasuk saya. Ketika SMP saya juga mengambil keputusan yang sama, dengan tidak menggunakan kecurangan sama sekali. Hal yang saya alami sekarang, kurang lebih sama ketika saya SMP.


Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai.


Saya tidak ingin munafik, tetapi saya tidak ada terbesit sama sekali niat untuk menyontek dengan kunci jawaban yang banyak diperjualbelikan oleh teman-teman saya. Tetapi dengan keputusan saya untuk tidak membeli kunci dan memilikinya, dianggap sesuatu yang aneh menurut teman-teman saya, saya  dibilang sok pintar, diejek, dibully, dan disumpah-sumpah. Saya tidak merasa saya pintar, saya hanya merasa saya bisa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Walaupun pada akhirnya, saya merasa pesimis dengan hasil pekerjaan saya dalam Matematika (hanya bisa mengerjakan 19 soal), Fisika, dan Kimia. Saya mengakui kekurangan saya di mata pelajaran tersebut, karena saya lemah dalam hitung-hitungan. Faktor lain yang membuat saya lemah dalam beberapa pelajaran karena saya jarang masuk sekolah, bukan karena bolos ataupun sakit. Tetapi selama 5 semester saya aktif dalam organisasi di sekolah baik OSIS, Kader Anti Narkoba, Komunitas Sekolah Hijau, dll. Serta saya sering diikutkan lomba disana-sini, ntah kenapa siswa-siswi yang dipercaya untuk mengikuti lomba-lomba yang ada hanya itu-itu saja. Belum lagi saya aktif organisasi diluar sekolah, forum-forum dan komunitas. Sehingga saya jarang masuk pelajaran, saya memiliki waktu luang untuk belajar yang sedikit, tak jarang saya tertinggal ulangan, dll. 

Tetapi Alhamdulillah, saya sampai semester 5 ini masih tetap bisa mempertahankan rangking 1 dikelas, semoga saja disemester 6 saya masih bisa mempertahankan rangking 1 itu.


Disinilah saya sedikit merasa kesal dengan teman-teman saya (yang melakukan kecurangan saat UN), mereka yang memiliki waktu belajar lebih banyak malah tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Seharusnya mereka yang hanya datang, duduk, diam, belajar, pulang, bisa lebih daripada saya, lebih tahu dan lebih bisa. Ketika UN semakin dekat, mereka juga tidak memanfaatkan waktu belajar dengan maksimal, mereka malah tidak sekolah, bolos les, cuek dengan pelajaran saat saya dan beberapa teman-teman saya sibuk diskusi dengan guru tentang soal-soal UN. Mereka hanya berpikir, bagaimana caranya agar bisa melewati UN dengan gampang.


Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.


Kembali lagi ke topik awal, menurut saya sistem UN manual yang masih dipertahankan saat ini masih akan terus membuat pelajar untuk melakukan kecurangan. UN yang sejatinya digunakan sebagai indikator pendidikan hanya sebagai sebutan saja, karena baik dalam pihak pemerintah maupun pelajar sama-sama memiliki oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Jika kita sebut bahwa indikator pendidikan yaitu UN dalam rentang 1-10 adalah baik, maka itu adalah kebohongan besar. Kejujuran masih sangat minim dilakukan oleh sebagian pelajar, perbandingan siswa yang jujur dengan yang tidak jujur bisa menjadi 1 : 100. Mereka yang melakukan kecurangan berpikir, 3 hari ini akan menentukan 3 tahun yang telah mereka lewati. 3 tahun bukan waktu yang sebentar, apakah  sekolah hanya menjadi rutinitas wajib yang tidak memberikan bekal apa-apa kepada pelajar? Apa yang mereka dapatkan selama 3 tahun dibangku sekolah jika mereka lebih percaya terhadap sesuatu yang belum tentu kebenarannya, jadi selama 3 tahun ini mereka hanya sekolah tanpa menyimpan ilmu sama sekali?


Sebenarnya mereka sadar bahwa mereka memudahkan hidup mereka selama 3 hari, tetapi mereka tidak sadar bahwa mereka akan menyusahkan hidup mereka sendiri selama 30 tahun yang akan datang.


Sebenarnya, lulus SMA bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari segalanya. Disinilah kita akan memulai, kemana kita akan melangkah, kemana kita akan menjadi, dan kemana kita akan bertindak. Jika diawal saja sudah dimulai dengan kecurangan, bagaimana nantinya? Hasil tidak pernah mengkhianati proses. Kemarin mereka boleh saja dengan nyaman melalui tantangan besar, tetapi tidak menjamin mereka bisa dengan nyaman pula melalui tantangan-tantangan lain yang menanti.


Wacana tentang UN yang akan diulang pun mulai menyeruak dimedia massa, hal ini menimbulkan respon positif dan negatif. Berdasarkan hasil pengamatan saya terhadap teman-teman saya, baik itu disekolah maupun digrub belajar, ada yang setuju dan ada yang tidak. Sisi positif jika UN diulang, maka siswa akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki nilai mereka dengan mempelajari materi yang tidak mereka kuasai saat UN kemarin. Tetapi dampak negatifnya adalah, akan ada penambahan anggaran untuk memproduksi soal-soal UN lagi, berdampak pada banyaknya pohon yang akan ditebang untuk keperluan kertas. Selain itu, siswa akan dipusingkan lagi dengan kondisi dan situasi UN yang dikenal banyak menimbulkan stress. Serta, ada yang berpendapat bahwa dengan diulangnya UN akan merugikan pelajar yang berbuat jujur, karena mereka yang memang sudah belajar dengan baik dan optimis dengan UN mereka terpaksa mengulang lagi, dan peluang nilai kedua lebih rendah dari nilai pertama juga membuat khawatir mereka.


Satu-satunya Ujian yang dapat menentukan kualitas dari individu tersebut adalah tes masuk perguruan tinggi, sudah pasti tes tersebut akan menyeleksi orang-orang terbaik dari yang terbaik. Disinilah kualitas individu akan terlihat, dan nilai hanya akan menjadi tulisan saja. 

Intinya, bagaimanapun pemerintah berusaha agar pelajar yang mengikuti UN tidak melakukan kecurangan adalah sesuatu yang hampir mendekati mustahil. Karena selalu ada orang-orang yang mencari celah dan kesempatan, serta selalu ada pelajar-pelajar yang membutuhkan bocoran. Mungkin dengan hadirnya sistem UN Online bisa memperbaiki kualitas pendidikan penerus-penerus bangsa ini menjadi lebih baik. Karena kami adalah calon guru, calon dokter, calon polisi, dan calon yang lain harus bisa memberikan contoh yang baik. Bagaimana seorang calon guru yang lulus dengan kecurangan bisa mendidik anak muridnya agar tidak melakukan kecurangan? Bagaimana calon penyalur aspirasi rakyat yang lulus dengan kecurangan bisa dipercayai untuk tidak melakukan penyimpangan ketika dia duduk dikursi jabatannya nanti?


Mungkin bagi kalian yang membaca tulisan ini ada yang merasa tersinggung, saya meminta maaf.  Tetapi inilah kenyataannya, bahwa kejujuran masih sangat minim diantara kita. Padahal, perkembangan zaman yang semakin modern menuntut kita agar memiliki bekal untuk menghadapinya, jangan sampai kita menjadi budak oleh orang asing dinegara kita sendiri karena tidak cukup pintar untuk melawannya.


Untuk teman-temanku yang berlaku jujur : Ingatlah teman, sesuatu yang diawali dengan kejujuran pasti akan diberkahi oleh Allah, mungkin bukan sekarang kita merasakannya, tetapi nanti. Karena perbuatan sekecil apapun pasti akan ada balasannya, Allah maha adil. Ia tidak mungkin membiarkan kita jatuh terpuruk ketika kita melakukan kebaikan. Yang terpenting adalah, terus berusaha diperjalanan awal kita saat ini, kita sudah mempunyai bekal untuk menghadapi dunia. Kita tinggal memilih jalan mana yang akan kita ambil, karena kita sudah memiiki visi kedepan. InsyaAllah jalan yang kita mulai dengan jujur ini akan dimudahkan oleh Allah. Jadikan mereka-mereka yang menjatuhkanmu, menghinamu, maupun menjelek-jelekanmu karena tidak mengikuti kecurangan sebagai acuan untuk maju, tunjukkan pada suatu hari nanti siapa yang bisa mencapai langit terlebih dahulu. 
Akan ada masanya dimana yang susah akan menjadi mudah, dan yang mudah menjadi susah. Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan.




{Tulisan ini hanyalah suatu opini dari pribadi saya sendiri dan hasil pengamatan saya terhadap lingkungan disekitar saya.}

Jumat, 11 Juli 2014

PESAN-PESAN TERAKHIR

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”


Malam itu Pontianak diguyur rintik-rintik hujan yang tak terlalu menggebu untuk jatuh ke muka bumi. Kota yang terkenal dengan kota Khatulistiwa itu kini merasakan segarnya air hujan setelah seharian dibakar oleh sang mentari. Disebuah toko kue dekat pinggiran jalan terlihat beberapa karyawan yang mengurungkan niatnya untuk pulang kerumah, sehingga mereka memilih kembali kedalam sambil menunggu hujan pergi tanpa meninggalkan jejaknya lagi. Kecuali seorang wanita muda yang masih sibuk dengan menghiasi sebuah kue dihadapannya. Wanita itu tampak serius dan hati-hati dalam setiap gerakannya untuk membuat pola hiasan kue. Sepasang baju dressan berwarna coklat sepanjang lutut menghiasi tubuhnya yang ramping, terlihat sangat pas sekali dengan warna kulitnya yang kuning langsat, rambutnya yang diikat ekor kuda bergulung-gulung indah, sebuah topi putih bertuliskan “Do & Mi” berwarna merah bertengger dikepalanya, wajahnya oval dan memiliki bola mata berwarna coklat. Dia adalah Resti seorang karyawati ditoko kue tersebut, ia sudah bekerja selama 2 tahun disana. Hidup di kota Pontianak memanglah tidak sesulit dengan hidup di Jakarta, namun Pontinak akan sama kerasnya dengan Jakarta apabila kita tidak memiliki keterampilan untuk bekerja.

Sebuah telepon berbunyi.

“Selamat malam, Do & Mi disini. Ada yang bisa dibantu?” sahut Resti menjawab telepon tersebut, “Baik, terimakasih. Besok pesanannya akan kami antar, selamat malam.”

Malam-malam seperti ini, masih saja ada memesan kue untuk acara keesokkan harinya. Untung saja ini adalah toko kue, dimana segala macam kue ada didalamnya kecuali kue tradisional. Sehingga tak perlu bersusah payah menentukan jenis kue apa yang tepat untuk dijadikan kudapan disebuah acara.

“Pesanan lagi?” Tanya Hani

“Iya nih, bagus deh kalau kita banyak dapet pesanan.” jawab Resti

“Oh iya, kamu belum mau pulang? Hujan sudah reda.”

“Tanggung nih, bentar lagi deh, aku belu selesai buat topping.”

“Oh iya deh, aku duluan ya.”

Malam itu ditutup dengan berrhentinya butiran-butiran hujan jatuh ke bumi. Suasana dingin pun menyeruak menghinggapi kulit orang-orang yang sedang terlelap, semakin membuat mereka tenggelam dalam buaian mimpinya.

Keesokkan harinya

“Permisi, ada yang bisa saya bantu?” Tanya Resti kepada seorang pelanggan laki-laki yang baru datang

“Saya mau mengambil pesanan kue tadi malam, sudah jadi?” ujar lelaki tersebut

Namanya pak Andri, sebenarnya dia bukanlah seorang yang sudah beristri ataupun tua, dia masih muda dan sepertinya seumuran dengan Resti. Sedikit lebih tinggi dari Resti, berambut cepak dan berwajah bulat serta sangat menawan dari caranya memakai kaos putih yang ditutupi jaket abu-abu, dengan celana jeans  yang menggantung. Tampak seperti anak muda biasa yang sedang menikmati hidup.

“Terima kasih sudah membeli. Ini barangnya.”

        Lelaki itu mengambil kue tersebut dan langsung berlalu meninggalkan toko kue itu. Rainbow Cake sebanyak dua buah langsung ia borong dari toko tersebut, ia tampak bahagaia ketika mendapatkannya. Sepertinya kue tersebut akan ia berikan kepada seseorang yang spesial.

“Besok libur,  jalan yuk?” ajak Hani

“Ayuk, tapi kemana?”

“Nonton bioskop aja, ada film baru Transformer, seru kayaknya.”

“Boleh banget tuh, udah lama juga aku ga nonton film.”

“Oke, besok aku jemput ya..”

Setelah seharian bekerja, kini waktunya untuk pulang kerumah. Resti mengemaskan barang-barangnya dan segera mengambil kunci motonya.

“Res, ada surat nih ntuk kamu. Aku temuin didepan pintu.” Ujar Hani menyodorkan sebuah surat

Resti langsung membuka surat itu, anehnya tidak ada nama pegirim surat tersebut, sepertinya pengirim tersebut langsung mengantarkannya kesini. Sebuah surat dengan amplop biru, dan didalamnya ada secarik kertas putih yang berisikan 1 kalimat singkat tanpa dibubuhi nama pengirimnya maupun tanda tangnnya.

Terimakasih, senang bertemu denganmu hari ini. Semoga kita bisa bertemu lagi.

Resti penasaran siapa pengirim surat ini, mengapa dia mengirim surat kepada Resti secara diam-diam. Serta kapan dia bertemu dengan Resti? Hari ini cukup banyak pelanggan pria datang membeli kue, sehingga Resti tidak dapat mengingat wajah mereka satu per satu. Resti langsung menyimpan surat tersebut dan bergegas pulang.

Libur kerja kali ini dimanfaatkan Resti bersama Hani untuk pergi menonton film di bioskop, setelah menunaikan haknya untuk memberikan suara pada PilPres 2014 mereka langsung menancap gas ke Ayani Megamall. Mall ini merupakan mall terbesar di Pontianak, dan setelah 15 menit menempuh perjalanan melewati jalan Jend. A. Yani, mereka pun sampai. 
 
“Sambil makan popcorn enak kayanknya.” Ujar Resti

“Oke, aku beli dulu. ”

Film tersebut seperti menghipnotis mereka berdua , mereka seakan masuk ke dalam film dan ikut mengambil peran didalamnya. Rasa senang dan terhibur pun mereka dapatkan setelah menonton film tersebut. Setelah puas menonton dan berkeliling untuk berbelanja, mereka memutuskan untuk pulang kerumah. Resti asik memainkan handphonenya ketika menuruni eskalator, dan tak sengaja menabrak seorang pria. Tetapi pria tersebut langsung menghilang ketika Resti berusaha mencarinya.

“Aku tak sempat melihat wajahnya tadi, apa kau melihatnya?”

“Ngga juga, makanya jangan main hape. Untung kamu ga kenapa-kenapa. Oh iya, makan kue bingke yuk? Aku lagi pengen nih.”

“Terserah lah, aku ikut kamu aja.”

Merekapun pergi menuju toko kue tradisional yang tak jauh dari Ayani Megamall, mereka melewati tugu Digulis yang berada disekitaran kompleks Universitas Tanjungpura, yang merupakan universitas tebesar di Kalimantan barat. Kue bingke merupakan makanan favorit Hani, kue tradisional ini memiliki ciri khas rasa yang legit dan manis. Serta tersedia dalam banyak pilihan rasa.

 “Ibu, pesan kue bingkenya 2 ya!”

Dengan lahap Hani menyantap kue bingke yang berbentuk bunga dan dipotong menjadi 5 bagian itu. Resti masih sibuk dengan handphone miliknya, sepertinya media sosial sudah membuat ia kecanduan.

“Eh, mawar siapa tuh res?”

"Mawar? Mana?”

“Itu di tas kamu.”

Resti langsung memeriksa tasnya, dan benar ada setangkai mawar merah yang diselipkan didalam tasnya. Tidak ada surat ataupun secarik kertas dari si pemberi. Resti teraneh-aneh

 “Itu dari siapa?”

“Aku tidak tahu.”
***
Hari ini toko agak sepi dari biasanya, sehingga suasana terasa suntuk dan membosankan. Sedangkan diluar sana, berbagai kendaraan berpacu satu sama lain dibawah teriknya matahari yang menyengat kulit. Resti kembali dikejutkan dengan kedatangan sebuah surat, yang kali ini dia temukan sendiri dipintu dapur, sepertinya pengirim tidak ingin pemilik toko tahu bahwa ada seorang karyawannya yang sedang mendepatkan surat cinta.

“Apa lagi ini…” keluh Resti sambil membuka surat tersebut

Kali ini surat tesebut dilengkapi dengan foto sebuah boneka beruang yang memegang bantal hati berwarna merah muda. Sangat lucu dan romantis menurutnya, tetapi sekali lagi, siapa pengirim surat ini? Mengapa dia tidak langsung menemuinya? Resti bertanya-tanya dalam hati.

Apa kabar hari ini? Senang bisa bertemu kamu di megamall kemarin, semoga kamu suka dengan bunga itu.

“Apa? Jadi dia yang kutabrak itu…”. Resti bingung dengan lelaki yang satu ini, Resti tidak mengenalnya sama sekali, tetapi lelaki ini mengenalnya, dan bahkan seperti memata-matai Resti. Resti mulai ingin mencari tahu siapa lelaki ini, ia berinisiatif untuk mengintai di dekat pintu dapur selama beberapa hari agar bisa mengetahui pria tersebut. Tetapi sepertinya hal itu sia-sia, karena lelaki itu tidak mengirimkan surat lagi.

“Mungkin dia tahu, sudah bosan dan pergi.”

Resti memberhentikan pengintaiannya itu, tetapi keesokkan hari setelah pengintaian tersebut berakhir, lelaki misterius itu kembali mengiriminya surat, dan kali ini diselipkan disebuah boneka beruang yang sama persis seperti didalam foto kemarin.

Terimakasih sudah menungguiku, aku harap kau suka dengan boneka ini. 

Meskipun senang karena mendapatkan sebuah boneka lucu kali ini, tetapi Resti sangat penasaran dengn sosok lelaki misterius itu. Ia yakin suatu hari nanti pasti ia bisa memergoki lelaki tersebut. Dimasukkannya boneka beruang itu ke dalam tasnya , dan Ia kembali bekerja.

“Ada yang bisa dibantu?” Tanya Resti kpada seorang pelanggan yang sedang kebingungan

Rainbow Cakenya masih ada?”

“Oh, bapak yang kemarin mesan kue itukan? Masih kok, tapi belum dikasi topping, kalau bapak mau bisa tunggu 10 menit, bagaimana?”

“Ya sudah kalau begitu, saya tunggu ya. Tetapi jangan manggil saya bapak dong, masih muda gini masa dipanggil bapak.”

“Oh, haha. Maaf, saya panggil mas aja ya.”

“Terserah enaknya bagaimana saja.”
 

“Iya mas, sebentar ya.”

Pelanggan itu, yang kemarin bernama Andri kembali datang untuk membeli Rainbow Cake ditoko tersebut. Kue ini memang banyak dicari orang, dan masih menjadi makanan favorit untuk anak-anak. Setelah 10 menit menunggu, kue yang dipesan akhirnya sudah jadi. Lelaki itupun langsung pergi meninggalkan toko tersebut dengan senyum sumringah tergurat diwajahnya, sepertinya ia puas mendapatkan kue tersebut.

“Kayaknya Rainbow Cake buatanmu itu laku keras ya, Res?”ungkap Hani

“Iya tuh, banyak kan yang mesan kuenya?” kata sofia

“Ah, biasa aja kok kak. Kue yang lain juga banyak yang beli juga kok.”

“Tapi aku nyicipin dikit kue buatanmu, emang enak kok.”

“Semua kue pasti enak kali, han. Hahaha.”

Resti juga jago membuat kue, dan kue andalannya memanglah Rainbow Cake. Dia telah belajar membuat kue sejak kecil, bersama ibunya. Tetapi ibunya sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Kini ia tinggal bersama ayahnya disebuah rumah tua milik ayah dan ibunya, ia bekerja untuk menghidupi ayahnya yang tidak bekerja karena sudah tua.

***

Sudah puluhan surat dan berbagai macam barang yang Resti terima dalam beberapa bulan ini. Boneka, cokelat, jam tangan, permen, gantungan kunci, dan kertas-kertas warna warni berisi kata-kata puitis. Siapa lagi yang mengirim kalau bukan lelaki misterius itu, Resti selalu gagal untuk megintai kedatangan lelaki itu. Semakin lama rasa jengkel mulai mendatangi Resti, ia merasa terganggu dengan semua itu. Akhirnya atas usul Hani, Resti menulis sebuah surat balasan kepada lelaki misterius itu.

Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu mengirim barang-barang ini? Aku bahkan tidak pernah bertemu denganmu, bahkan rupamu saja aku tidak tahu.

Itulah isi surat yang Resti tulis dan ia letakkan ditempat biasa ia temui surat dari lelaki misterius itu. Keesokkan harinya, surat itu menghilang. Sepertinya surat tersebut sudah dibawa oleh lelaki misterius itu, Resti berharap segera mendapatkan balasan darinya. Sore sebelum Resti memutuskan untuk pulang kerumah, ia kembali mengecek didapur. Ternyata sudah ada balasan dari lelaki tersebut. Seperti biasa, ia menyempatkan untuk membaca surat itu sebentar. Namun ada yang berbeda dari surat tersebut, kali ini lelaki itu menggunakan tinta merah yang sepertinya bocor sehingga meninggalkan bercak-bercak merah dikertas itu.

Aku hanya seorang laki-laki biasa yang tinggal satu daratan dengamu. Aku hanya seorang penggemarmu, aku menyukai kue-kue buatanmu. Tak usah khawatir, jangan merasa seperti dikuntit oleh petugas intel, aku hanya lelaki biasa, ingat itu.

Kali ini kata-kata didalam surat yang dikirim cukup panjang daripada surat-surat yang pernah dikirim sebelumnya. Siapa pria itu? Seandainya Resti bertemu dengan pria itu, ia akan sangat berterimakasih dengan semua pemberiannya selama ini.

“Gila, tuh orang sampai segitunya ya?” ungkap Hani

“Iya, aku juga ngga nyangka.” Jawab Resti

 “Namanya juga fans. Seharusnya kamu bangga dong bisa punya fans.”

“Tunggu, tapi dia ada bilang kalau dia menyukai kue-kue buatanku. Berarti dia pernah kesini dong?”

“Hmm, bisa jadi kan?”

Resti makin penasaran dengan lelaki tersebut, ia menduga bahwa lelaki tersebut sering membeli kue ditokonya. Lelaki itu tetap mengirim surat kepada Resti seperti biasa, dan isinya paling hanya menanyakan kabar dan ucapan-ucapan selamat pagi, malam, dan sebagainya. Resti mencoba membalas surat itu, tetapi tidak mendapat balasan lagi dari lelaki misterius tersebut. Resti pun mulai biasa-biasa saja dengan semua hal itu, ia menganggap seperti memang menjadi seorang idola yang memiliki penggemar rahasia.

“Sepertinya diabaikan, ya sudahlah.” Gumam Resti

Di rumah.

Malam ini, ayah tiba-tiba mengajak Resti untuk berbincang-bincang sebentar. Tak seperti biasanya, wajah ayah serius kali ini.

“Ada apa, yah?”

“Ayah ingin tahu, apakah kamu sudah memiliki pacar?”

“Belum, yah. Resti kan masih mau fokus kerja dulu, ada apa yah?”

“Ayah kan sudah tua, nak. Takutnya sewaktu-waktu ayah dipanggil, ada yang menggantikan ayah untuk melindungi kamu.”

“Jangan ngomong begitu dong, yah. Resti bisa kok jaga diri sendiri.”

“Tapi ayah tidak tenang sampai kamu memiliki suami.”

“Bagaimana aku mau menikah, yah. Pacar saja tidak punya.”

“Oleh karena itu, ayah ingin menawarkan sesuatu padamu. Kamu masih ingat kan dengan pak Rajimo?”

“Ingat, yah. Kenapa?”

“Dia sahabat ayah sampai sekarang, dan dia memiliki anak laki-laki bernama Putra, dan ayah ingin kamu menikah dengannya.”

“A..apa? aku saja tidak terlalu dekat dengannya, yah. Terakhir kami bertemu dua tahun yang lalu.”

“Tenang, nak. Kemarin ayah sudah berbicara dengan pak Rajimo dan Putra langsung, mereka setuju, Putra juga belum memiliki pasangan. Dan semua kembali kepada kamu, nak.”

Resti terdiam, apakah ia harus mengikuti perjodohan ayahnya? Putra memang seorang lelaki yang baik, dan bekerja disebuah toko Elektronik milik ayahnya, Pak Rajimo. Dia dapat dikatakan tampan dan dewasa. Tapi apakah Resti siap dengan perjodohan ini? Namun, memikirkan perasaan ayahnya juga, yang pasti ingin kebaikan untuk anaknya. Maka Resti menerima penawaran ayahnya itu. Besok, direncanakan pertemuan keluarga untuk membahas pernikahan Resti dan Putra.

“Apa? Kamu mau menikah?”

“Apa?!”

“Hah?!”


Semua teman-temannya terkejut mendengar berita yang baru Resti sampaikan tadi.

“Selamat ya, Resti. Jangan lupa undangannya.” Ujar Tiwi

“Iya, tenang aja. Kalian semua akan aku undang kok.”

“Pilihan orang tua pasti memang yang terbaik untuk anaknya, Res.” Sambung Hani

“Betul, Han. Aku percaya dengan pilihan, ayahku. Semoga memang yang terbaik.”

***

“Bulan depan saja, lagipula kita tidak perlu membuat acara yang terlalu mewah, bukan?” ujar pak Rajimo kepada ayah Resti

“Iya, tidak perlu yang muluk-muluk.” Jawab ayah Resti

Perbincangan antar keluarga tersebut masih berlangsung, sedangkan Resti bersama Putra duduk diluar sembari berbincang masalah lain. Sekalian untuk pendekatan diri satu sama lain karena selama ini mereka tidak pernah dekat sama sekali.

“Aku tidak menyangka, haha.” Ungkap Putra

“Aku juga, tetapi aku harap kita sama-sama ikhlas menjalaninya.” Jawab Resti

Saat itu terlihat semburan bahagia terpancar dari mata kedua insan tersebut, saling tertawa dan membuat lelucon satu sama lain semakin membuat mereka mabuk dalam cinta dadakan, meskipun awalnya terlihat canggung tapi Putra selalu saja bisa mencairkan suasana. Dan Resti mulai merasakan sesuatu yang berbeda kepada Putra, semoga ini merupakan awal yang baik untuk kedepannya.

Detik-detik pernikahanpun sudah didepan mata, tinggal seminggu lagi. Hari ini, Resti pergi ke toko kue tempatnya bekerja untuk meminta untuk cuti selama dua minggu. Serta ia menyempatkan diri untuk mengambil surat-surat dari penggemar rahasianya, ternyata lelaki misterius itu masih saja mengirimkan surat kepada Resti. Terlihat lima amplop warna warni berjejer rapi ditempat biasa ia diletakkan oleh lelaki itu, karena sudah 5 hari Resti tidak memeriksanya. Karena tidak sempat untuk membaca surat-surat tersebut, Resti memasukkannya kedalam tas dan segera pergi untuk fitting baju bersama Putra.

“Sampai ketemu nanti ya, Res. Semoga lancar.” Ujar Hani sambil memeluk Resti

“Iya, terimakasih ya, Hani…” jawab Resti sambil membalas pelukan Hani

Resti langsung pamit kepada teman-temannya, dan pergi bersama Putra menggunakan sepeda motor. Mereka langsung bertolak ke sebuah butik untuk memilih baju pernikahan mereka. Walaupun sederhana, tetapi baju dengan nuansa hijau yang dihiasi dengan motif akar-akaran sangat cocok dipakai Resti dan Putra, mereka akhirnya memutuskan bahwa baju ituolah yang akan digunakan dihari spesial mereka nanti. Setelah selesai Resti diantar pulang oleh Putra, dan rencananya besok mereka akan pergi mengantarkan undangan yang belum sempat diantar oleh Putra beberapa waktu yang lalu.

“Hati-hati, ya…” ujar Resti

“Iya, aku duluan ya.” Jawab Putra

Malam itu Resti beristirahat dengan bahagia, karena sebentar lagi ia akan menikah. Ternyata benar, pilihan ayahnya memang yang terbaik untuknya. Tak perlu menunggu waktu lama, Resti sudah terleleap memasuki alam mimpi yang membawanya keangan tertinggi.

Keesokkan harinya.

“Kita pergi kerumah sepupuku dulu, ya.” Kata Putra

Putra tak banyak menceritakan tentang sepupunya yang satu ini, yang Resti thu bahwa sepupunya adalah seorang laki-laki yang sedang sakit parah. Namun Resti tak terlalu ingin tahu tentang hal itu.

“Eh, nak Putra. Ada apa?”

“Ari mana ya, tante?”

“Wah, Ari lagi pergi ke toko kue katanya.”

“Oh begitu, kenalin tante ini calon istri saya. Saya kesini mau antarin undangan ini, minggu depan saya menikah, tante.”

“Wah, selamat ya… Siapa namamu, cantik?”

“Saya Resti, tante.”

“Semoga lancar ya pernikahannya, nanti tante kasi tahu Ari, ya.”

“Iya tante, makasih ya. Kami duluan ya, tan. Mau nganterin undangan yang lain soalnya.”

“Oh iya, hati-hati ya, nak.”

Tante Ari sangat ramah kepada Resti, walaupun beru pertama kali bertemu. Resti senang karena mendapat penerimaan yang baik dikeluarga Putra. Awalnya ia merasa minder, karena ia hanya seorang karyawan ditoko roti, tetapi Putra mau menerima dia apa adanya. Tak lama setelah diperjalanan, Resti mendapat telepon dari Hani, Hani meminta Resti untuk segera ke Do & Mi karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Resti dan Putra langsung menuju ke lokasi.

“Ada apa, Han?” Tanya Resti

“Ikut aku.” Ujar Hani

Resti diajak untuk masuk ke dalam dapur, agar pembicaraan mereka tak terdengar oleh Putra.

“Semalam ada laki-laki yang nyariin kamu, Res. Dan tadi juga dia datang mencari kamu lagi. Kayaknya aku pernah ngeliat dia, tapi lupa dimana.”

“Apa? Dia nyariin aku? Terus kamu bilang apa?”

“Aku bilang kamu lagi cuti nikah, lalu tadi dia nitipin ini dan dia minta aku ngasi ke kamu.”

Hani menyodorkan sebuah amplop besar yang sepertinya berisi sebuah CD dan sepucuk surat.

“Makasih, Han. Aku pulang dulu, ga enak sama Putra.”

***

Sesampainya Resti dirumah, ia langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat. Ia menghidupkan laptopnya, sembari menunggu laptop tersebut siap digunakan ia buka amplop besar berwarna coklat itu. Benar saja, ada sebuah surat dan sebuah CD, pertama ia membaca surat tersebut.

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu…

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” (Aku Ingin, karya : Sapardi Djoko Damono)

Aku tahu mungkin selama ini aku hanya bisa mengirimkan surat-surat dan semua barang itu tanpa menampakkan diriku yang sebenarnya. Jujur saja, aku sangat ingin bertemu langsung denganmu, berbincang-bincang sambil memandang bola matamu yang indah itu. Tetapi mungkin kau tidak sadar, bahwa selama ini kita pernah berbincang-bincang. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam, sungguh aku benar-benar mencintaimu. Tetapi aku tahu kita tak bisa bersama, kau tidak perlu tahu kenapa, tetapi yang perlu kau tahu hanya “bahwa aku mencintaimu”. Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan, keadaan ini memang menyakitkan. Tetapi dengan kau bahagia saja aku sudah bisa tersenyum. Aku harap kau tidak keberatan dengan semua ini. Aku harap kau tidak merasa dikuntit oleh seoerang agen intelijen, padahal aku hanya orang biasa yang ingin berusaha dekat denganmu, dan aku sekarang memang benar-benar ada didekatmu. Tetapi kini kau akan menjadi milik orang lain, hatiku terpukul saat melihat surat-suratku sudah tak kau baca lagi, ditambah ketika aku mengetahui kenyataan ini, bahwa kau akan menikah… Aku tak meminta kau membalas surat ini, bahkan membalas cinta ini. Tapi aku mohon, mengertilah…

Tiba-tiba Resti teringat dengan beberapa kata yang ada didalam surat tersebut, surat itu adalah surat dari lelaki misterius yang selama ini mengakui adalah penggemar Resti! Resti terkejut membaca surat itu. Ntah kenapa hatinya sedikit pilu membaca surat tersebut. Ia langsung mengambil CD yang ada bersama surat tersebut dan membuka dilaptopnya. Betapa terkejutnya Resti ketika melihat sebuah video rekaman lelaki yang duduk manis didepan kameranya dan membuat video itu untuk Resti. Lelaki itu adalah ANDRI.

“Hai Res, mungkin kau akan terkejut melihat video ini. Iya, aku adalah Andri, seorang pelanggan yang dua kali membeli Rainbow Cakemu. Aku lah lelaki misterius itu. Maaf jika selama ini aku tidak memberitahu yang sebenarnya. Kau wanita yang sederhana, terlihat dari cara kau menyapaku, kau langsung memikat hatiku.”

Didalam video itu, terlihat mata Andri berkaca-kaca, dan tak lama kemudian bulir-bulir air mata jatuh dipelupuk matanya.

“Jadi, kau akan menikah? Selamat kalau begitu, haha. Hiks… Semoga lelaki yang akan 
 mendampingi hidupmu dapat membahagiakanmu, ya. Maaf kalau aku cengeng, a…aku hanya berusaha menyadarkan diriku bahwa kau dan aku memang tidak bisa bersama. Kira-kira kau bisa bayangkan tidak betapa hati ini teriris. Ah, mungkin aku yang bodoh..”

Ditengah video itu, tiba-tiba aliran darah segar keluar dari hidung Andri. Resti semakin terkejut dengan semua itu, apa yang terjadi dengan Andri? Tetapi seakan tidak merasakan apa-apa, Andri membiarkan darah itu menetes hingga membasahi tangannya. Sayangnya itu hanya video, jika benar-benar Andri ada didepan Resti maka Resti akan mengelapnya.

“Mungkin setelah kau menonton video ini, aku sudah tiada Res… I…iya… aku sudah tiada. Lihat kan? Betapa lemahnya aku sekarang? Kanker otak yang sudah tak bisa ditolong. Kematian sudah didepan mata untukku. Tetapi aku senang karena diakhir hayatku, aku bisa mencintai wanita sepertimu. Kaulah cinta terakhir untukku, bahkan aku tak sempat untuk memelukmu terakhir kalinya, aku juga tak sempat untuk melihat bola matamu yang indah itu. Mungkin… mungkin inilah pesan-pesan terakhirku, setidaknya aku masih bisa memberikan isyarat kepada hujan yang telah menjadikanku tiada. Aku  akan selalu mencintaimu…

Semoga kau bahagia, doaku selalu menyertaimu. Selamat tinggal, Resti.”

Diakhir video itu, Andri menangis sesenggukkan. Tak sadar Resti pun ikut menangis, 
kenapa diam-diam ternyata ada orang yang benar-benar mencintainya? Resti merasa bersalah, ia bingung dengan semua ini. Tiba-tiba Putra menelpon.

“Halo, Res. Kamu dimana? Ayo kita kerumah sakit, Ari meninggal.” Ujar suara Putra disebrang yang terlihat sangat tersekat ingin menangis.

Tak lama kemudian Resti dijemput Putra untuk segera melaju ke Rumah Sakit Sudarso, Resti memahami luka yang menyelimuti Putra. Ia hanya diam saja, Putra pernah bilang bahwa ia dan Ari memiliki kedekatan seperti kakak adik, jadi Resti mengerti perasaannya.

Sesampai di rumah sakit mereka berdua berlari menuju ruangan yang telah diinformasikan tante Ari keada Putra sebelumnya. Sesampainya diruangan tersebut, tangisan pecah karena seluruh keluarga telah berkumpul dan menangis satu sama lain. Betapa terkejutnya Resti, melihat sosok yang terbujur kaku dengan darah segar masih mengalir dihidungnya, ia adalah… ANDRI. Jadi, ternyata selama ini Andri atau yang disapa Ari itu adalah…

“Andri mengalami tekanan beberapa hari ini, puncaknya ketika dia baru pulang dari sebuah toko kue tadi. Dia sudah tidak bisa bertahan, sesuai dengan prediksi kami, ia hanya mampu hidup selama beberapa bulan saja. Mari kita doakan yang terbaik untuknya, semoga ia tenang disana.” Jelas seorang dokter yang jasnya juga ikut berlumuran darah segar.